Mohon tunggu...
Dues K Arbain
Dues K Arbain Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk membungkam pikun

Slogan Sufi Anak Zaman : Jika Allah mencintai manusia, maka akan terwujud dalam tiga kwalitas : 1. Simpatik Bagaikan Matahari 2. Pemurah Bagaikan Laut 3. Rendah Hati Bagaikan Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gigolo

28 Februari 2014   02:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:24 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

”Waahh...hebat….”

”Ayahku pun berpindah kewarganegaraan”

”Luar biasa. Tak banyak orang pribumi yang sukses menikah dengan lelaki asing. Banyak dari mereka yang meninggalkan isterinya untuk kembali ke negara asal. Contohnya ayahku. Dulu dia diplomat Swedia yang ditugaskan di Indonesia. Menikah dengan ibuku yang bekerja sebagai tukang terjemahnya, lalu mereka berpisah setelah ayah kembali ke negaranya. Ayahku dari jenis lelaki yang memandang perempuan tak lebih dari pemuas nafsu belaka” bisikmu kala itu sambil menyeka pusaran matamu yang bertelaga. Tapi kau segera tertawa, seolah ingin melepaskan beban yang kurasa sangat berat.

”He he.... Kamu sempurna, sangat jantan!” pujiku ketika mendapatkan kemampuanmu menularkan riang menghapus lara.

”Ah, biasa saja, aku hanya menikmati kegelapan kala gelap, dan menikmati terang kala terang”, katamu yang bagiku sudah cukup untuk menangkap liarnya birahi dari sosok tegapmu.

”Lalu kenapa kamu tidak menyusul ayahmu? Bukankah di sana lebih hidup dalam dunia yang sebenarnya?” tanyaku menyergah dengan posisi sedikit merapat ke arahmu.

”Klise, saat itu aku lebih dekat ke ibuku. Lagi pula, ayah banyak meninggalkan harta dan usaha yang memerlukan generasi penerus. Tetapi Ibu, setelah Ayah pergi, berpindah ke beberapa pelukkan lelaki lain, hingga akhirnya aku tidak mengenalinya lagi” jawabmu singkat.

”Itukah yang membuatmu berkeliaran dari hotel ke hotel?” tanyaku lagi

”Salah satunya. Aku dendam pada Ibuku, juga dendam pada Ayahku. Banyak wanita yang membutuhkan aku, mereka bertebaran dimana-mana, mencari kenikmatan sesaat. Dari lelaki penjaja cinta yang sekaligus haus kenikmatan dan kasih sayang. Dan aku memenuhi kriteria itu.Di musim penghujan seperti ini, hotel mewah diserbu para pengunjung. Dan aku menyelam ke dalamnya. Aku sangat menikmati. Hingga akhirnya aku butuh senyap, yang mendekatkan aku ke kamu”. Ceritamu yang membuatku merinding tapi menikmati desiran dari sentuhan demi sentuhanmu. Sunyi mencekam malam. Hujan tak kunjung reda, tiupan pusaran angin seakan menyahut lengkingan tubuhku. Dalam basah, dalam simbah keringat, dalam asmara yang terlepas pasrah di pacuan kudamu.

==##==

Pertemuan berikutnya. Masih diiringi gemuruh angin yang menghantarkan hujan di peraduan malam. Luapan Sungai Pesanggerahan membuat penduduk Ulujami bersiaga banjir. Air tak dapat dijinakkan apalagi untuk dijadikan teman. Udara dingin menusuk tulang belulang. Tapi kehangatan yang engkau berikan mampu menghalau angin memancarkan gejolak dari darah yang bergelora.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun