”Dapatkah kita hidup bersama?” tanyamu sambil menatapku tajam
Permintaanmu tiba-tiba. Mustahil kuterima, tapi mustahil juga kutolak. Tapi aku merapat ke arahmu. Kubiarkan gelap membayangi cahaya. Kita berpagut saling merengkuh. Mengusir dingin yang sudah terlebih dahulu pergi. Seperti sepasang kekasih yang berjalan di bawah rinai hujan hingga gerimis reda menampakkan dada yang bidang di hamparan permadani merah. Ah, kita seakan terlelap dalam gelapnya malam hingga menjadi masai.
”Aku ingin pergi jauh” Ucapmu tanpa kuduga sama sekali
”Hah, serius?” tanyaku meyakinkan diri sendiri
”Apa aku kelihatan main-main?” kamu balik bertanya
”Tidak. Tapi….”
”Ya. Aku mau menetap di Swedia….”
”Secepat itukah?”
”Maksudmu?”
”Kita baru menikmati kebersamaan ini. Aku begitu bergairah merasakan dunia membentang luas di hadapan kita. Dentuman irama lagu yang mengaransemen musik indah akan kita jemput. Kita dikepung musim semi yang menyingkap tabir gelap di ranah yang kita tuju, kenapa kamu akan membelokkan arah itu?”
”Oh tidak, aku tak sanggup menikmati keromantisanmu. Aku tak mau terikat dalam rasa, juga tak bisa bertekuk lutut pada teduhnya tatapanmu”