Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak akan Masuk Surga, Orang yang Sombong

13 Februari 2023   19:18 Diperbarui: 13 Februari 2023   19:24 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artinya, "Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata, "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya." (QS Al-Kahfi: 35)

Ketika seseorang berada dalam puncak kesombongannya, ia tidak pernah sadar bahwa apa yang dimilikinya adalah hal yang fana. Ia selalu mengira bahwa miliknya kekal. Sama halnya dengan sahabat yang ingkar ini. Ia mengira bahwa kebunnya adalah hal yang abadi. Ia benar-benar tenggelam dalam harta dan kekayaan yang dimilikinya. Dengan penuh percaya diri, ia berkata,

Artinya, "Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang. Dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari kebun-kebun itu." (QS Al-Kahfi: 36)

Sahabat yang ingkar ini mengira bahwa di akhirat, ia akan mendapatkan kedudukan yang serupa bahkan lebih tinggi dibandingkan yang Allah berikan di dunia. Mendapati sahabatnya yang semakin lalai karena berada di puncak kesombongan, maka si sahabat yang beriman pun berusaha memberikan sebuah nasihat.

Artinya, "Kawannya (yang mukin) berkata kepadanya --sedang dia bercakap-cakap dengannya, "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna? (QS Al Kahfi: 37)

            Sang sahabat juga melanjutkan kembali nasihatnya,

Artinya, "Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu 'masyaAllah, laa quwwata illa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan." (QS Al-Kahfi: 39)

Pada akhirnya temannya yang ingkar mendapatkan balasan atas kesombongannya. Kebun yang ia bangga-banggakan dan diklaim atas hasil keahliannya telah Allah binasakan. Jubah kesombongan yang ia kenakan, hanya menuntunnya pada kemurkaan Allah. Tentang kebinasaan kebun tersebut Allah abadikan juga di dalam ayat ke-42 yang berbunyi,

Artinya, "Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah ia belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: "Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku." (QS Al-Kahfi: 42)

Dari kisah tersebut, Allah memberikan wasiat pertama kepada kita agar jangan sampai memiliki penyakit hati yang bernama sombong. Sombong merupakan keadaan di mana kita menolak adanya kebenaran dan justru merendahkan keberadaan orang lain. Artinya, ketika mendapatkan nasihat, ia tidak akan melihat kebenaran dari nasihat tersebut, melainkan setinggi apa derajat orang yang menyampaikannya.

Kebalikan dari sifat sombong adalah tawadhu atau rendah hati. Sifat ini begitu penting untuk dijadikan sebagai pondasi hidup kita. Sama halnya seperti kisah pemilik dua kebun tadi, Allah juga karuniakan kebun-kebun kepada kita. Kebun di sini bukan hanya berbentuk fisik, tetapi juga bisa berupa kebun jabatan, rumah, dan berbagai kebun-kebun kenikmatan lainnya yang terlimpahkan pada kehidupan kita. Bukankah ketika nikmat tersebut diberikan kepada kita artinya Allah sedang menitipkannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun