Meloncat aku dari kursiku, kusambut jabat tangannya dan pelukan erat kerinduanku padanya. "Baik," kataku,"Aku sehat, dan berbahagia seperti yang kau lihat."
"Hahaha...," renyah tawa Udin memenuhi lab.
"Jadi, apa yang bisa kubantu?"
"Proyek Matematika. Kami sedikit kesulitan menyelesaikan tugas. Dan pembicaraan mengalir mengenai proyek matematika. Â Udin lebih banyak bicara. Dia? Tentu saja diam, sesekali menyela, lantas diam.
"Jadi, kami harus membuat modelnya?"
"Ya, buat modelnya dulu lantas bisa kalian simpulkan setelah pengamatan dan diagnosa."
"Kudengar kau akan mendaki?" Dia mengalihkan pembicaraan.
"Ya, Ungaran dan Telomoyo dengan Rama, Abi, dan Al. Kenapa?"
"Boleh aku ikut?" Udin menyela, "Aku belum pernah mendaki Ungaran."
"Boleh," sahutku.
"Kau ikut?" Tanya Udin padanya.