Masing-masing dari kita, sebagai manusia yang masih hidup, tentu pernah menjumpai berbagai macam penyakit. Baik itu batuk pilek, influenza, diare, atau penyakit yang lebih berat. Ada kalanya penyakit-penyakit tersebut sulit untuk diobati, bahkan dengan teknologi terbaru. Apabila itu yang terjadi, maka banyak dari masyarakat yang memilih mencari pengobatan alternatif atau berusaha ‘kembali ke cara nenek moyang’. Banyak yang beranggapan bahwa penyakit-penyakit dengan istilah modern adalah sesuatu yang baru dan muncul karena kita hidup tidak alami. Banyak yang menganggap bahwa asalkan kita kembali ke alam atau mengikuti ilmu leluhur, maka kesembuhan akan penyakit tersebut dapat dijamin, karena nenek moyang kita juga hidup sehat dan alami.
Memang sebagian penyakit dapat disebabkan oleh gaya hidup modern yang kurang sehat. Pendahulu kita yang tidak punya kendaraan dan berjalan kaki setiap hari dapat lebih sehat atau bugar dari seorang bos yang duduk nyaman di sofa dan diantar supir setiap hari. Tapi benarkah pendahulu kita itu sehat sempurna dan mampu mengobati apa pun? Apakah perjuangan manusia melawan penyakit adalah pertarungan yang masih baru dan dahulu sama sekali bukan masalah? Artikel ini tentu terlalu singkat untuk membahas perjuangan manusia melawan penyakit, tetapi penulis akan berusaha untuk membahas beberapa penyakit yang sudah muncul di zaman pendahulu kita dan sampai sekarang masih harus dikembangkan karena beratnya lawan yang dihadapi. Beberapa yang akan dibahas di sini adalah ulasan singkat kanker, penyakit jantung koroner, stroke, hepatitis dan polio pada zaman dahulu.
1. Kanker
Kanker merupakan tumor ganas yang memiliki kemampuan menyebar ke seluruh tubuh. Kemampuan penyebaran inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak. Kanker sendiri sebenarnya merupakan kumpulan sel yang berubah fungsi karena kesalahan dalam proses pembelahan, mengakibatkan sel-sel yang membelah tidak terkendali dan merusak keseimbangan fungsi dengan sel-sel lain. Banyak yang menganggap bahwa kanker adalah penyakit yang baru ditemukan, padahal sebenarnya bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa berbagai macam kanker telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu. Orang yang pertama menyebut penyakit ini sebagai kanker bahkan hidup pada yunani kuno, sekitar abad 6 sebelum masehi. Beliau adalah Hippocrates, yang banyak dianggap sebagai bapak kedokteran modern. Nama tersebut diberikan karena pembuluh darah yang muncul di sekitar benjolan dianggap mirip dengan kaki kepiting yang mencengkeram.
Terdapat berbagai catatan maupun sisa tubuh manusia yang menunjukkan adanya kanker di masa lalu. Catatan paling tua tentang kanker adalah kertas papyrus mesir yang ditemukan oleh Edwin Smith pada 1862. Catatan ini diperkirakan dibuat pada tahun 1600 sebelum Masehi, lebih dari 3000 tahun yang lalu. Di situ dijelaskan berbagai cara-cara pengobatan di zaman itu, termasuk penggunaan mantra untuk mengobati “benjolan seperti bola yang keras dan menyebar di dada”. Benjolan semacam itu pada zaman sekarang kemungkinan akan didiagnosis sebagai kanker payudara. Catatan ini dibuat versi modernnya dan bisa diakses online di http://archive.nlm.nih.gov/proj/ttp/flash/smith/smith.html (kasus kanker payudara tercatat pada kasus no. 45 gulungan tersebut)
Terdapat pula peninggalan tulang belulang manusia pada masa lalu yang menunjukkan tanda-tanda penyebaran sel kanker ke tulang. Walaupun kerusakan tulang ini juga dapat disebabkan oleh jamur, kerusakan oleh alam, atau serangga, ahli yang mendalaminya dapat membedakan sebab-sebab tersebut.
Sebagaimana dikutip oleh Michaela Binder dan tim penelitinya pada 2014, Terdapat sekitar 200 tulang dan mumi yang diduga semasa hidupnya menderita kanker. Salah satu contoh tertua dari tumor ganas pada sisa tubuh manusia adalah pada tulang belulang yang ditemukan di Austria oleh Strouhal dan Kritscher, yang diduga berasal dari 4000 tahun sebelum masehi dan diperkirakan menderita multiple myeloma semasa hidupnya. Contoh lainnya, di Mesir, terdapat empat tulang belulang yang masa hidupnya bervariasi, sejak 2300 SM – 300 Masehi, diduga menderita kanker nasofaring (saluran napas di belakang hidung) selama hidupnya. Sedangkan kanker prostat pernah ditemukan melalui CT scan pada mumi mesir berusia sekitar 2200 tahun.
Binder sendiri bersama timnya meneliti peninggalan tulang belulang pria pada Amara Barat, Sudan. Perkiraan masa hidup individu tersebut sekitar tahun 800 SM, sekitar 28 abad lalu, dan bentuk kerusakan tulang kemungkinan disebabkan oleh penyebaran kanker sekunder dari tempat lain.
2. Penyakit Jantung Koroner dan Stroke
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan jantung yang disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner oleh plak atherosclerosis, yaitu plak yang dibentuk oleh kolesterol. Walaupun jantung merupakan pompa yang dipenuhi darah, otot jantung tidak mampu menyerap sumber energi dari darah yang dipompanya secara langsung. Jantung mendapatkan energi dari arteri koroner, sehingga lancarnya aliran darah pada arteri ini sangat mempengaruhi fungsi dan keberlangsungan hidup jantung. Jika sumbatan ini cukup berat atau lama dan sel jantung tidak mendapat cukup makanan, sebagian sel jantung dapat mati dan disebut infark.
Sedangkan, stroke merupakan gangguan kesadaran dan kelemahan setengah anggota gerak akibat gangguan peredaran darah di otak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh sumbatan atau perdarahan. Sumbatan pada pembuluh darah otak memiliki kesamaan dengan sumbatan pada pembuluh darah jantung, yaitu sama-sama disebabkan oleh plak atherosclerosis. Kita akan lebih membahas tentang stroke karena sumbatan dibandingkan stroke perdarahan.
Plak atherosclerosis sangat terkait dengan gaya hidup seseorang, karena plak ini muncul pada orang dengan kadar kolesterol darah yang tinggi. Walaupun begitu, ternyata sejak ribuan tahun yang lalu, sudah ada individu-individu yang memiliki plak aterosclerosis. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan pada berbagai mumi, yang dapat dilakukan secara langsung ataupun menggunakan CT-scan. Hal ini membuktikan bahwa penyakit jantung maupun stroke sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
Sebagaimana dikutip oleh jurnal tulisan tim peneliti pimpinan Adel H Allam pada 2011, penelitian dengan pembedahan mumi biasa dilakukan pada abad 20. Di saat itu, orang belum terlalu peduli dengan rusaknya mumi tersebut sebagai artifak sejarah, sehingga tidak masalah jika mumi dibedah untuk keperluan penelitian. Pembedahan oleh Johann Nepomuk Czermak pada mumi wanita tua mesir menghasilkan temuan berupa plak atherosclerosis pada aorta, yang merupakan bukti adanya risiko gangguan jantung dan pembuluh darah. Sir Marc Armond juga mendapatkan temuan serupa pada aorta maupun beberapa arteri besar dari pembedahan beberapa mumi Mesir berusia 3000 tahun. Sedangkan, Allen long pada 1931 mendapati adanya plak aterosclerosis maupun jaringan ikat pada otot jantung mumi bernama Lady Teye, yang hidup pada sekitar 1000 tahun sebelum masehi. Temuan ini membuktikan adanya sumbatan yang mengakibatkan infark otot jantung semasa hidup wanita tersebut.
Sedangkan, Allam dan timnya sendiri memeriksa 52 mumi mesir dari berbagai zaman dengan CT-scan, walaupun 8 di antaranya tidak dapat diperiksa karena pembuluh darah atau jantung yang rusak karena waktu. 12 di antaranya jelas memiliki plak atherosclerosis. Di antaranya, 2 mumi memiliki plak pada arteri koroner, yang dapat menyebabkan gangguan jantung.
Di Cina, terdapat pula penemuan mumi wanita bernama Lady Dai, yang diduga meninggal karena infark otot jantung pada abad ke-2 sebelum masehi. Mumi ini dikatakan terawetkan dengan baik, dan pada arteri koronernya ditemukan pula sumbatan berupa plak atherosclerosis. Mumi ini ditemukan di kuburannya bersama beberapa obat herbal China yang ternyata tidak dapat menyelamatkan nyawanya.
Stroke sendiri juga memiliki catatan panjang dalam sejarah manusia, dan dikenal dengan macam-macam nama lain di masa lalu.
Menurut Edward H Reynolds dan James V Kinnier Wilson, peradaban Babylonia kuno pada abad 11 sebelum masehi sudah mengenal stroke, Bell’s palsy, maupun epilepsy. Mereka sudah membedakan diagnosis berdasarkan ciri-cirinya, di mana kelumpuhan setengah anggota badan disebut sipir misitti. Mereka sudah dapat membedakan antara stroke dengan kelumpuhan pada separuh wajah saja, yang saat ini disebut Bell’s Palsy. Namun diagnosis stroke tercampur dengan epilepsi, karena pembedaan keduanya tidak begitu jelas pada tulisan-tulisan mereka pada prasasti batu.
Pada masa itu, stroke dianggap disebabkan oleh racun atau makhluk halus, dan pengobatan hanya terbatas pada pemberian ramuan biji-bijian pada bagian yang lumpuh dan menggerak-gerakkan sisi yang lumpuh. Dikatakan pula bahwa pada abad 7 sebelum masehi, raja Elamite bernama Humban-nimena terserang stroke dan lumpuh berbulan-bulan, sehingga kota Babylon direbut bangsa Asiria.
Sebagaimana dikutip tim peneliti pimpinan Catherine E Storey, Hippocrates juga sudah menuliskan tentang stroke pada catatannya yang dibuat pada tahun 400 sebelum masehi, dan saat itu stroke masih disebut apoplexy. Saat itu stroke dikatakan sebagai ketidakseimbangan cairan tubuh.
Ibnu Sina, seorang dokter timur tengah juga menuliskan tentang stroke pada bukunya yang terkenal, The Canon (Al Qanun) pada abad 10 masehi. Stroke disebutnya sebagai sekteh, dan seperti Hippocrates, dianggap sebagai gangguan keseimbangan cairan. Penanganan stroke pada buku tersebut dibahas dalam jurnal buatan tim peneliti pimpinan Arman Zargaran.
Sedangkan, menurut manuskrip kristen Eropa berjudul Codex Calistinus pada abad 12, stroke dianggap sebagai kutukan naga.
Seorang penulis terkenal, Sir Arthur Conan Doyle, yang juga seorang dokter, juga menggambarkan stroke pada salah satu petualangan Sherlock Holmes yang ditulis pada akhir abad 19 sampai awal abad 20. Pada judul “the crooked man”, terdapat salah satu karakter yang tewas karena apoplexy.
Walaupun sudah tercatat selama ribuan tahun, pengobatan stroke baru muncul pada akhir abad 20, kurang dari setengah abad yang lalu.. Walaupun tidak menjamin kesembuhan 100%, sumbatan pada pembuluh otak kini sudah dapat dihancurkan dengan obat.
3. Hepatitis
Hepatitis dan polio merupakan contoh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Banyak orang menganggap bahwa penyakit ini adalah penyakit baru dan nenek moyang kita tidak bermasalah dengan penyakit tersebut walaupun tanpa imunisasi. Bahkan ada yang menganggap bahwa virus untuk penyakit-penyakit ini diciptakan ilmuwan modern untuk tujuan politik tertentu. Benarkah demikian?
Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis. Virus ini menyerang liver sehingga mengganggu fungsi liver untuk mengeluarkan bilirubin, yang berfungsi melarutkan lemak dan mewarnai kotoran. Bilirubin yang akhirnya masuk ke darah menyebabkan pewarnaan kuning pada kulit dan sklera mata. Hepatitis yang terjadi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan permanen liver (cirrhosis hepatis) ataupun kanker liver.
Ciri yang paling jelas dari hepatitis yang sudah teramati sejak ribuan tahun lalu adalah perubahan warna kulit dan sklera mata menjadi kuning.
Menurut jurnal review tulisan Christian Trepo, catatan hepatitis tertua terdapat pada prasasti batu dari Sumeria yang ditulis tahun 3000 sebelum Masehi. Orang-orang pada zaman itu menganggap hepatitis sebagai kutukan iblis bernama Ahhazu. Pada zaman tersebut, liver dianggap sebagai tempat adanya ruh, dan serangan iblis pada liver menyebabkan hepatitis.
Hippocrates juga menuliskan tentang hepatitis pada tulisannya. Waktu itu pengobatan masih terbatas pada konsumsi madu dan air.
Epidemi (penyebaran luas) “penyakit kuning” juga pernah menimpa Yunani dan Roma kuno, tetapi catatan atas kejadian tersebut tidaklah jelas. Catatan mengenai hepatitis pada masa itu tercampur aduk dengan catatan mengenai leptospirosis dan malaria, yang terkadang juga dapat menyebabkan pewarnaan kuning dalam kondisi berat.
Pada abad ke 18 dan 19 terjadi berkali-kali epidemi hepatitis. Sebagai contoh, pada American Civil war (perang sipil Amerika) tahun 1861-1865, terjadi kematian 52000 jiwa karena hepatitis, sedangkan pada perang dunia kedua, korban hepatitis mencapai 16 juta jiwa. Tahun 1942, terdapat pula penularan besar-besaran hepatitis pada angkatan laut Amerika Serikat, dan sekitar 56000 orang terinfeksi hepatitis.
Pembedaan tipe-tipe hepatitis baru dimulai pada 1947. Mac Callum mengamati penderita hepatitis dan menduga bahwa terdapat dua tipe hepatitis. Berbagai percobaan akhirnya membuktikan bahwa terdapat hepatitis A dan B, dan keduanya semakin dapat dibedakan dengan penemuan surface antigen Hepatitis B pada 1963. Pada tahun 1974, ditemukan lagi tipe lain yang berbeda dari keduanya, dan disebut hepatitis C. Selanjutnya, tahun 1977, ditemukan hepatitis D, dan pada 1983, dapat dikonfirmasi adanya virus Hepatitis E. Bertambahnya tipe-tipe ini menandakan pemahaman manusia yang semakin bertambah, dan bukan menunjukkan bahwa jenis hepatitis semakin banyak.
Vaksin untuk Hepatitis B baru mulai dikembangkan pada 1971, dan mulai digunakan tahun1975-1976. Sedangkan, pengobatan untuk virus hepatitis B baru ditemukan tahun 1980an dengan menggunakan interferon alpha dan masih dikembangkan sampai sekarang. Sampai sekarang pun obat antiviral terbaru hanya mampu mengendalikan gejala hepatitis B, namun belum dapat menyembuhkannya.
4. Polio
Poliomyelitis, atau terkadang disingkat polio, adalah penyakit yang disebabkan oleh poliovirus. Virus ini dikeluarkan pada kotoran manusia yang terinfeksi. Apabila orang tersebut kurang bersih dalam mencuci tangan setelah buang air, virus dapat diberikan kepada orang lain melalui tangan, lalu masuk ke saluran cerna melalui mulut saat orang tersebut makan. Virus lalu masuk ke darah, dan dapat menyebabkan kelumpuhan jika menyerang otak.
Walaupun kata poliomyelitis terdengar modern, penyakit ini diduga sudah ada sejak manusia pertama muncul.
Catatan tertua tentang polio adalah prasasti batu di Mesir pada zaman Fir’aun. Pada prasasti tersebut dijelaskan tentang pendeta bernama Rom yang memiliki kelainan pada tungkai bawahnya. Kelainan tersebut sangat mirip dengan kondisi yang disebabkan polio. Gambar prasasti tersebut dapat dilihat di sini: http://jgv.microbiologyresearch.org/content/journal/jgv/10.1099/vir.0.036988-0#tab2
Walaupun ciri-cirinya mencolok, ternyata tidak banyak ditemukan kasus polio dalam sejarah sampai abad ke-18. Mungkin hal ini disebabkan karena kurangnya pencatatan yang dilakukan, tetapi jelas bahwa penyakit ini sudah ada sejak lebih dari 3000 tahun yang lalu.
Polio baru mulai menarik perhatian saat terjadi sejumlah besar kasus kelumpuhan bayi di Amerika Serikat dan Scandinavia pada 1880. Di amerika Serikat, epidemi terjadi setiap tahun sejak awal 1900an sampai tahun 1955.
Tahun 1955, barulah ditemukan vaksin injeksi untuk polio, atau IPV. Tahun 1961, dikembangkan vaksin oral, yaitu vaksin polio yang diberikan lewat mulut, atau OPV. Tahun 1955, jumlah kasus polio di amerika turun secara drastis, walaupun belum hilang sepenuhnya.
Di seluruh dunia, diperkirakan pada akhir 1980an, masih terdapat 350000 kasus baru polio setiap tahunnya. Tahun 1988, World Health Assembly mencanangkan Global Polio Eradication Initiative, sebuah proyek besar untuk vaksinasi besar-besaran di seluruh dunia yang didukung oleh WHO, UNICEF, pemerintah dari negara-negara seluruh dunia, dan banyak organisasi lain, termasuk Bill and Melinda Gates Foundation. Hasilnya bisa kita nikmati sekarang. Tahun 2003, tersisa kurang dari 1000 kasus polio di seluruh dunia. Dan tahun 2012, hanya ada sebanyak 60 kasus.
Demikian sedikit uraian tentang beberapa penyakit “modern” yang sebenarnya sudah ada sejak lama. Tujuan dari artikel ini bukanlah untuk menolak segala hal yang tradisional. Namun perlu disadari bahwa perjuangan manusia melawan penyakit telah berlangsung sejak awal manusia ada. Dan sampai sekarang, tidak seorang pun bisa menemukan obat segala penyakit. Jika ada seseorang yang mengaku bisa mengobati segala penyakit setelah belajar hanya tiga tahun, sudah pasti dia seorang pembohong, terlepas dari di mana belajarnya.
Pengobatan tradisional dari nenek moyang masih menyimpan potensi yang belum tergali oleh pengobatan modern. Tetapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan khasiatnya. Ilmu kedokteran sudah memiliki sejarah yang sangat lama untuk akhirnya bisa menemukan metodologi penelitian yang baku. Sudah banyak obat yang terbukti bermanfaat dalam penelitian yang melibatkan ribuan orang. Mencoba pengobatan tradisional boleh, tetapi untuk penyakit yang lebih berat, seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal, atau kanker, sebaiknya pengobatan yang lebih pasti tetap dilanjutkan.
Referensi:
1. http://archive.nlm.nih.gov/proj/ttp/flash/smith/smith.html
2. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3956457
3. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM3405812
4. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3956457
5. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1936878X11000660
6. http://internationaljournalofcardiology.com/article/S0167-5273(13)01698-7/abstract
7. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/21484728
8. CE Story, et al. 2010. Handbook of Clinical Neurology
9. Reynolds EH, Wilson JVK. 2004. Stroke in Babylonia. History of Neurology.
10. Caplan LR. 2004. Cerebrovascular Disease: Historical Background, with an Eye to the Future. Cleveland Clinic Journal of Medicine
11. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/22475661
12. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1440-1746.2001.02509.x/full
13. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/8182274
14. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/liv.12409/full
15. http://nature.com/nature/journal/v485/n7400/full/485547b.html
16. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2991634
17. http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1445-2197.2007.04329.x/full
18. http://vir.sgmjournals.org/content/93/3/457.long
19. Sir Arthur Conan Doyle. 1893. The Adventure of Crooked Man.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H