Â
2. Penyakit Jantung Koroner dan Stroke
Â
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan jantung yang disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner oleh plak atherosclerosis, yaitu plak yang dibentuk oleh kolesterol. Walaupun jantung merupakan pompa yang dipenuhi darah, otot jantung tidak mampu menyerap sumber energi dari darah yang dipompanya secara langsung. Jantung mendapatkan energi dari arteri koroner, sehingga lancarnya aliran darah pada arteri ini sangat mempengaruhi fungsi dan keberlangsungan hidup jantung. Jika sumbatan ini cukup berat atau lama dan sel jantung tidak mendapat cukup makanan, sebagian sel jantung dapat mati dan disebut infark.
Â
Sedangkan, stroke merupakan gangguan kesadaran dan kelemahan setengah anggota gerak akibat gangguan peredaran darah di otak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh sumbatan atau perdarahan. Sumbatan pada pembuluh darah otak memiliki kesamaan dengan sumbatan pada pembuluh darah jantung, yaitu sama-sama disebabkan oleh plak atherosclerosis. Kita akan lebih membahas tentang stroke karena sumbatan dibandingkan stroke perdarahan.
Â
Plak atherosclerosis sangat terkait dengan gaya hidup seseorang, karena plak ini muncul pada orang dengan kadar kolesterol darah yang tinggi. Walaupun begitu, ternyata sejak ribuan tahun yang lalu, sudah ada individu-individu yang memiliki plak aterosclerosis. Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaan pada berbagai mumi, yang dapat dilakukan secara langsung ataupun menggunakan CT-scan. Hal ini membuktikan bahwa penyakit jantung maupun stroke sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
Â
Sebagaimana dikutip oleh jurnal tulisan tim peneliti pimpinan Adel H Allam pada 2011, penelitian dengan pembedahan mumi biasa dilakukan pada abad 20. Di saat itu, orang belum terlalu peduli dengan rusaknya mumi tersebut sebagai artifak sejarah, sehingga tidak masalah jika mumi dibedah untuk keperluan penelitian. Pembedahan oleh Johann Nepomuk Czermak pada mumi wanita tua mesir menghasilkan temuan berupa plak atherosclerosis pada aorta, yang merupakan bukti adanya risiko gangguan jantung dan pembuluh darah. Sir Marc Armond juga mendapatkan temuan serupa pada aorta maupun beberapa arteri besar dari pembedahan beberapa mumi Mesir berusia 3000 tahun. Sedangkan, Allen long pada 1931 mendapati adanya plak aterosclerosis maupun jaringan ikat pada otot jantung mumi bernama Lady Teye, yang hidup pada sekitar 1000 tahun sebelum masehi. Temuan ini membuktikan adanya sumbatan yang mengakibatkan infark otot jantung semasa hidup wanita tersebut.
Â
Sedangkan, Allam dan timnya sendiri memeriksa 52 mumi mesir dari berbagai zaman dengan CT-scan, walaupun 8 di antaranya tidak dapat diperiksa karena pembuluh darah atau jantung yang rusak karena waktu. 12 di antaranya jelas memiliki plak atherosclerosis. Di antaranya, 2 mumi memiliki plak pada arteri koroner, yang dapat menyebabkan gangguan jantung.
Â
Di Cina, terdapat pula penemuan mumi wanita bernama Lady Dai, yang diduga meninggal karena infark otot jantung pada abad ke-2 sebelum masehi. Mumi ini dikatakan terawetkan dengan baik, dan pada arteri koronernya ditemukan pula sumbatan berupa plak atherosclerosis. Mumi ini ditemukan di kuburannya bersama beberapa obat herbal China yang ternyata tidak dapat menyelamatkan nyawanya.
Â
Stroke sendiri juga memiliki catatan panjang dalam sejarah manusia, dan dikenal dengan macam-macam nama lain di masa lalu.
Â
Menurut Edward H Reynolds dan James V Kinnier Wilson, peradaban Babylonia kuno pada abad 11 sebelum masehi sudah mengenal stroke, Bell’s palsy, maupun epilepsy. Mereka sudah membedakan diagnosis berdasarkan ciri-cirinya, di mana kelumpuhan setengah anggota badan disebut sipir misitti. Mereka sudah dapat membedakan antara stroke dengan kelumpuhan pada separuh wajah saja, yang saat ini disebut Bell’s Palsy. Namun diagnosis stroke tercampur dengan epilepsi, karena pembedaan keduanya tidak begitu jelas pada tulisan-tulisan mereka pada prasasti batu.
Â
Pada masa itu, stroke dianggap disebabkan oleh racun atau makhluk halus, dan pengobatan hanya terbatas pada pemberian ramuan biji-bijian pada bagian yang lumpuh dan menggerak-gerakkan sisi yang lumpuh. Dikatakan pula bahwa pada abad 7 sebelum masehi, raja Elamite bernama Humban-nimena terserang stroke dan lumpuh berbulan-bulan, sehingga kota Babylon direbut bangsa Asiria.
Â
Sebagaimana dikutip tim peneliti pimpinan Catherine E Storey, Hippocrates juga sudah menuliskan tentang stroke pada catatannya yang dibuat pada tahun 400 sebelum masehi, dan saat itu stroke masih disebut apoplexy. Saat itu stroke dikatakan sebagai ketidakseimbangan cairan tubuh.