Kita akan melewati gurun pasir nan tandus sepanjang perjalanan, menyusur Makkah hingga Madinah. Walaupun bus jamaah berpendingin udara, tapi rasa gerah alias panas suam-suam masih terasa. Apalagi di luar sana.Â
Atau coba ke Yordania dan Mesir. Kita akan melihat gunung batu padas yang jadi tempat pertempuran lima hari Arab Israel yang legendaris, atau ke dataran tinggi Golan.Â
Itu semua gunung batu keras, Men! Yang panasnya, nauzubillahi mindzalik!.
Dan gilanya, ini jadi tempat rebutan. Jadi tempat perang berebut "batas kekuasaan" yang ga jelas! Padahal tak ada emas, permata, nikel atau tambang berharga apapun di sana. Tumbuhan pun tak ada yang sudi hidup. Bahkan kaktus pun tak nampak. Sungguh, manusia itu hobinya bikin ribet dan ribut sendiri.Â
Lha, bayangkan jika tempat itu berisi emas perak seperti di negeri kita. Pasti pertempuran dan kehancuran lebih parah lagi.Â
Sungguh ini menunjukkan sifat asli manusia yang super rakus dan tamak! Termasuk diriku, hehe.Â
Dan saking panas, terik, dan keringnya tempat itu, sehingga sering tampak gambaran indah serupa surga, di hadapan mata kita, padahal sebenarnya hanya fatamorgana, halusinasi yang muncul dari dahaga yang sangat. Nampak seolah air ada di mana-mana. Padahal cuma khalayan semata.
Ya, pada akhirnya mereka butuh air, bukan minyak!Â
Sedang disini, di negeri ini, apa yang terjadi? Air berlimpah di mana-mana. Malah seenaknya dicemari oleh pabrik dan industri, bahkan oleh kita sendiri. Ya... aku, kamu, dan kita semua yang mengotorinya dengan sampah dan limbah.Â
Pohon yang begitu banyak, berjajar indah. Sumber oksigen terbesar dimuka bumi ada di negeri ini. Malah dibabat, digunduli, dijadikan mall, hotel , apartemen dan perumahan. Juga pabrik dan industri.
Tanpa peduli, pohon di bukit dan gunung adalah penyangga tanah dan bumi.