Berikut adalah tiga hal yang perlu dilakukan suami-istri ketika terlibat masalah di antara keduanya.
Pertama, Berdiam diri
Filosofi "diam itu emas" kadang bermakna dalam sebuah relasi. Diam di sini bukan berarti menerima begitu saja perlakuan kesewenang-wenangan dari pasangan, tetapi mengontrol diri untuk membalas kelakuan dari salah satu pihak.
Tak jarang terjadi, sikap diam membuat salah satu pasangan menjadi salah tingkah. Bahkan dia bisa merasakan ada yang tak beres dari relasi di antara kedua belah pihak. Â
Seorang teman berhadapan dengan kelakuan suaminya yang sering mabuk. Menariknya, mereka tinggal serumah dengan mamanya.
Ketika suaminya mabuk, dia tak sekalipun membicarakan itu kepada mamanya atau pun memarahinya di depan anak-anak.
Begitu pula, ketika suaminya sudah sadar dari kemabukan. Awalnya, dia menegur. Namun, karena kejadiannya sering terulang, dia pun memilih untuk diam.
Sikap diamnya ini malah membuat suaminya kerap salah tingkah ketika sadar dari pengaruh alkohol. Bahkan suaminya yang jadi lebih sering meminta maaf karena sudah mabuk daripada menunggu istrinya untuk menasihati.
Terlihat bahwa upaya teman itu berdiam diri dengan persoalan suaminya mendapat titik baik. Berdiam diri memang pada satu sisi bisa menyebabkan luka batin. Namun, di sisi lain ini bisa menyelamatkan muka pasangan dari pikiran negatif anggota keluarga lainnya. Â
Ya, tak semua hal perlu kita bicarakan. Ada hal-hal yang menjadi konsumsi pribadi, apalagi kalau hal-hal itu bisa dikendalikan di dalam diri.
Kalau kita sudah tak bisa mengontrol emosi, baru kita mencari orang yang tepat untuk berkonsultasi.