Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nyawanya Melayang karena Cinta Terlarang

4 November 2020   19:57 Diperbarui: 4 November 2020   20:06 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makanya, setelah kuketahui hubungan gelap itu, aku lebih melihat diriku. Diriku yang lebih sibuk bekerja tanpa peduli pada penampilanku. Ya, fisik wanita itu lebih menarik dari diriku yang kurang terawat.

Hanya ini yang menjadi penghiburan hatiku. Dia jatuh ke pelukan wanita itu karena diriku yang tak lagi terawat.

***

Pagi itu, kami bertiga pergi ke kota. Si sulung tidak mau ikut. Dia lebih memilih bermain dengan teman-temannya daripada pergi ke kota.

Perjalanan tak terlalu jauh. Hanya 10 menit.

Setelah menurunkan kami di depan pintu masuk mall, dia pergi memarkirkan mobilnya. Tidak juga terlalu jauh dari pintu mall. Kami masih bisa melihat dia memarkirkan mobilnya.

Di saat sementara memarkirkan mobilnya, dua orang berkendara sepeda motor, berjaket hitam, dan berhelmet tiba-tiba mendekati mobilnya. Seseorang turun dan langsung menuju bagian kiri mobil kami. Lalu, terdengar letusan hebat memecah keramaian mall. Letusan senjata api.

Seketika itu pula, orang-orang di sekitar kaget. Aku yang melihat peristiwa itu hanya berteriak sambil menyebut namanya. Tanpa peduli si bungsu, aku berlari ke mobil. Terlambat.

***

Di depan peti jenasahnya, aku membayangkan dirinya. Yang tidak terlalu romantis dan tidak gampang jatuh cinta. Kukenal dia dengan baik.

Aku yang lebih cenderung aktif mendekatinya sewaktu masih bekerja di tempat yang sama. Makanya, aku selalu heran ketika dia harus jatuh pada hubungan terlarang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun