Makanya, setelah kuketahui hubungan gelap itu, aku lebih melihat diriku. Diriku yang lebih sibuk bekerja tanpa peduli pada penampilanku. Ya, fisik wanita itu lebih menarik dari diriku yang kurang terawat.
Hanya ini yang menjadi penghiburan hatiku. Dia jatuh ke pelukan wanita itu karena diriku yang tak lagi terawat.
***
Pagi itu, kami bertiga pergi ke kota. Si sulung tidak mau ikut. Dia lebih memilih bermain dengan teman-temannya daripada pergi ke kota.
Perjalanan tak terlalu jauh. Hanya 10 menit.
Setelah menurunkan kami di depan pintu masuk mall, dia pergi memarkirkan mobilnya. Tidak juga terlalu jauh dari pintu mall. Kami masih bisa melihat dia memarkirkan mobilnya.
Di saat sementara memarkirkan mobilnya, dua orang berkendara sepeda motor, berjaket hitam, dan berhelmet tiba-tiba mendekati mobilnya. Seseorang turun dan langsung menuju bagian kiri mobil kami. Lalu, terdengar letusan hebat memecah keramaian mall. Letusan senjata api.
Seketika itu pula, orang-orang di sekitar kaget. Aku yang melihat peristiwa itu hanya berteriak sambil menyebut namanya. Tanpa peduli si bungsu, aku berlari ke mobil. Terlambat.
***
Di depan peti jenasahnya, aku membayangkan dirinya. Yang tidak terlalu romantis dan tidak gampang jatuh cinta. Kukenal dia dengan baik.
Aku yang lebih cenderung aktif mendekatinya sewaktu masih bekerja di tempat yang sama. Makanya, aku selalu heran ketika dia harus jatuh pada hubungan terlarang itu.