"Aina menjadi penghuni terlama di rumah singgah pejuang hati. Teman-temannya ada yang sudah menjalani transplantasi hati, dan ada juga yang sudah meninggal," ungkapnya.
"Saya harus terus terlihat kuat di depan Aina. Tapi terkadang, saya ingin menangis di belakang Aina. Saya tak kuat melihat penderitaan Aina," imbuhnya.
***
Lilik Fauziah pamit pergi ke kamar untuk menemani Aina tidur siang. Raut wajah Aina memang terlihat sedih. Barangkali menahan rasa sakit yang teramat.
Di hidung Aina terdapat selang kecil menuju lambung. Fungsinya: untuk memasukkan susu yang rasanya tidak dia sukai, tapi harus dia konsumsi. Dan semua pasien Atresia Bilier menggunakan selang itu.
Tak aneh, jika pada wajah bocah-bocah tanpa dosa itu terlihat lilitan selang kecil.
Lilik menyalakan kipas angin yang menempel pada dinding kamar Rumah Singgah Pejuang Hati, rumah singgah yang menampung penyintas Atresia Bilier dari seluruh penjuru tanah air yang tengah menjalani proses penyembuhan.
Aina menangis. Sepertinya, dia merasa kepanasan.
"Saya ingin buru-buru pulang ke Cirebon. Kumpul bersama keluarga. Semoga, Aina segera mendapatkan hati yang baru," kata Lilik, sambil mengelus tubuh Aina.
Aina terlelap. Barangkali sudah tidak kepanasan lagi. Atau memang, sentuhan penuh cinta dari Lilik membuat Aina merasa nyaman dan sejenak tidak merasakan sakit.
***