"Gue senang aja liat lo, penampilannya rapih gitu, setiap hari pakai batik sama kemeja setiap hari ke kampus. Suka gue ngeliat cowo kaya lo, keren, hehe," ujar Harti kembali memuji gue.
"Iya Don, lo tuh ganteng tau, mirip artis korea favorit gue, hehe," Khilda ikut menimpali ucapan Harti dengan melemparkan senyuman manis ke arah gue.
"Aahh, bisa aja kalian ini. Kan, aku jadi malu, hehe," ujar gue mendadak tersipu malu, sambil gigitin kabel mouse laptop.
"Gapapa mirip artis korea, asalkan jangan mirip Justin Bieber aja. Nanti gue jadi males buat nge-fans sama Justin Bieber lagi, kalo dia mirip sama lo, hehe." Kata Harti meledek gue.
Di tengah serunya obrolan kami, mendadak Harti mengangkat telepon dan kemudian pergi meninggalkan kami. Bukan, dia bukan pergi untuk menghadiri acara pengajian dari Justin Bieber, tapi dia mau bertemu dengan temannya sebentar.
Kini, di perpustakaan hanya sisa gue dan Khilda saja. Kami pun melanjutkan obrolan yang sempat berhenti sejenak, karena menunggu Harti mengangkat telpon.
"Kenapa lo gak nyari pacar, Don? Padahal, lo kan baik, pasti banyak yang mau," tiba-tiba Khilda mendekatkan diri ke meja dan memandang gue dengan tatapan tajam.
"Err~ aku belum siap, Khil," jawab gue gugup.
"Kenapa gak siap, Don?" tanya Khilda lagi.
Setelah pertanyaan terakhir dari Khilda, gue pun berusaha menjelaskan kepada Khilda, alasan kenapa gue bilang belum siap. Ya, karena gue jujur, kalau gue belum bisa move on dari gebetan gue di SMA dulu. Seumur-umur sih, gue memang belum pernah pacaran sama sekali. Di saat orang lain, sudah pernah merasakan dipeluk sama cewek, gue hanya bisa pelukan sama kucing. Itupun, setelah gue peluk, kucing tersebut langsung positif terkena flu babi.
Terakhir, di penghujung SMA gue memang sempat hampir punya pacar, namun hubungan kami saat itu hanya sebatas suka sama suka saja, alias belum sampai ke tahap yang lebih serius. Dia adalah adik dari teman kelas gue dulu di SMA. Nama perempuan itu, Fani.