"Bukan itu, Don," jawab Fajar seadanya.
"Terus kenapa? Rice cooker di kostan lagi rusak?" kata gue lagi, masih dengan nada bercanda.
"Aku baru aja putus, Don." Jawab Fajar singkat.
"Oalah, putus toh," jawab gue juga dengan singkat. "Hah? Putus? Sama Ajeng? Kalian kan baru beberapa minggu jadian, masak udah putus, sih?" Ujar gue lagi bertanya dengan perasaan tidak percaya.
"Ternyata, punya pasangan yang 'sama' aja itu gak cukup, Don. Karena terlalu sama, semua jadi terasa membosankan." Kata Fajar dengan pandangan kosong, sambil memandang ke arah langit yang cerahnya sudah mulai tertutupi oleh gelap.
Gue sedikit kaget dan terkejut mendengar kalimat terakhir dari Fajar. Padahal, secara kasat mata orang awam, gue melihat mereka berdua sangat cocok sekali. Seperti yang gue pernah bilang, mereka berdua itu memiliki banyak kesamaan dalam berbagai hal. Seketika, gue mulai berpikir, mungkin apa yang dibilang Fajar itu ada benarnya juga.
Ibaratnya, terdapat 2 pasangan yang merupakan pencinta makanan. Pasangan pertama, mereka sama-sama menyukai makanan Jepang, Sushi. Sedangkan pasangan kedua, meskipun berbeda menu pilihan, namun mereka sama-sama pencinta makanan khas Indonesia. Kesukaan si cewek ialah senang sekali memakan mie ayam, sedangkan si cowok merupakan pencinta nasi goreng. Setiap kali kedua pasangan ini jalan dengan pasangan mereka masing-masing, mereka selalu memesan makanan yang sama sesuai kegemaran mereka. Tidak pernah berubah sekali pun. Hingga suatu hari, pasangan 1 dan 2 ini sama-sama makan di sebuah rumah makan yang menjual menu masakan Indonesia dan Japanese Food. Secara bersamaan pula, kedua pasangan ini bertengkar, karena mereka merasa bosan harus memakan makanan yang sama setiap hari. Secara mengejutkan, ketika kedua pasangan yang duduk di meja bersebelahan ini tengah bertengkar, muncul seorang pria tua berkata,
"Untuk kalian yang memakan Sushi, kalian harus menerima semua resikonya, karena bagaimana pun kalian itu akan selalu 'sama' dan tidak akan pernah bisa merasakan perbedaan, kecuali salah satu dari kalian mau untuk berubah. Sedangkan untuk kalian, yang memakan nasi goreng dan mie ayam, kalian tidak usah khawatir dan bertengkar lagi. Kalian bosan? Kalian cukup tukar saja, menu makanan kalian. Kenapa? Ya, supaya kalian bisa saling mencoba, untuk merasakan perbedaan rasa yang ada di antara makanan kalian."
Inti dari perumpamaan di atas sangat simpel, bahwa memiliki pasangan yang terlalu 'sama' itu ternyata membosankan. Mungkin, kalau kita memiliki kesamaan dengan pasangan dalam 1 atau 2 hal, mungkin itu akan menyenangkan. Namun, apabila dalam segala hal kita memiliki kesamaan dengan pasangan, maka itu namanya bukan pacaran, namun itu namanya, saudara kembar. Kenapa gue bilang begitu? Karena bagi gue, pasangan itu hadir untuk saling berbagi, melengkapi, dan mengisi satu sama lain, dengan hal-hal baru yang belum pernah kita ketahui sebelumnya.
Ibaratnya, seperti pasangan pertama di atas, ketika mereka sudah bosan memakan Sushi, maka mereka hanya bisa pasrah melakukan itu sebagai rutinitas semata. Sedangkan, jika pasangan kedua bosan dengan menu makanannya, mereka bisa saling bertukar makanan dan merasakan betapa nikmatnya perbedaan rasa dari makanan mereka. Sehingga, mereka bisa sama-sama tahu, bahwa perbedaan itu ada untuk saling melengkapi dan menyatukan hubungan, bukan justru untuk saling menjauhkan.
"Sudah sabar aja, Bro. Kita ini rantau, harus kuat, apalagi cuma sama patah hati gini," kata gue coba menghibur Fajar.