Bagaimanapun, beban hutang meningkat, dan di saat yang sama terjadi inflasi. Inflasi dalam jangka panjang menurunkan nilai uang -- ada perhitungan nilai waktu dari uang. Kalau kita ingat, dahulu tahun 2000 membawa uang sebesar Rp 100.000 adalah hal besar, jumlah besar. Tapi sekarang jumlah yang sama tidak lagi terasa besar, membeli lebih sedikit barang.
Kombinasi inflasi tinggi dan bunga hutang tinggi, membuat orang tidak mampu produktif karena daya upayanya habis antara kebutuhan konsumsinya sendiri dan membayar beban bunga. Bahkan dalam banyak situasi, misalnya di Inggris, orang tidak lagi mempunyai cukup pendapatan untuk konsumsi. Akibatnya, mereka tidak lagi membayar hutangnya.
Bagaimana bank mengelola uang? Mereka menerima uang yang ditabung, funding. Kemudian bank menyalurkan uang kepada peminjam, lending. Atau, bank membeli surat berharga dari bank sentral. Berapa banyak uang tabungan yang bisa bank pinjamkan? Dalam kasus di Amerika Serikat, seluruh uang tabungan bisa dipinjamkan kepada orang lain, dengan The Fed sebagai penjamin.
Apa yang terjadi bila peminjam tidak membayar sama sekali? Bank bisa menyita aset yang dijadikan agunan oleh peminjam. Tetapi, bagaimana jika nilai agunan itu terus merosot sangat dalam? Bank punya masalah, yang muncul saat penabung mau menarik uang tabungannya: tidak ada uang di bank. Mulai jadi masalah di bank-bank di Amerika Serikat.
Dalam hal ini, kasus ekstra besar terjadi di China, akibat masalah di properti. Cerita lain lagi.
Tapi kita lihat baru-baru ini terjadi heboh di Inggris. Menteri Keuangan Inggris, Kwasi Kwarteng mengumumkan akan memotong pajak dan melakukan serangkaian kebijakan fiskal, menyusul turunnya Poundsterling terhadap USD secara drastis. Pernyataan ini diikuti oleh Bank of England -- bank sentral Inggris -- bahwa mereka bersiap menaikkan tingkat suku bunga setinggi yang dibutuhkan.
Yang terjadi? Masyarakat menjadi panik dan malah menjatuhkan nilai Poundsterling lebih dalam. Inflasi sudah tinggi sekali di Inggris, hingga rakyat tidak bisa membeli bahan makanan. Pendapatan terlalu rendah, harga-harga bahan pokok dan energi terlalu tinggi. Ekonomi Inggris runtuh.
Kalau Anda adalah investor, apa mau berinvestasi di Inggris? Rasanya tidak. Malah kalau masih ada investasi, lebih cepat menjual investasi itu lebih baik. Terus keluar, mencari tempat yang lebih aman, setidaknya tidak seruntuh Inggris. Ini reaksi yang rasional, dan secara keseluruhan membuat Inggris semakin terbenam dalam masalah.
Apakah The Fed akan berhenti menaikkan suku bunga? Mereka bilang akan jalan terus selama inflasi masih tinggi. Kini Fed Rate di 3,25%, dan banyak ekonom yang menduga akan terus naik paling sedikit sampai 4,5%, bisa lebih. Apakah kenaikan suku bunga menyelesaikan masalah Amerika Serikat?
Masalahnya adalah deglobalisasi yang terjadi. Kini usaha terhenti karena perdagangan jadi berat akibat tingginya nilai USD. Melambatnya perdagangan, menghancurkan penawaran di dunia: untuk barang apapun dari manapun, harganya makin mahal. Ini membuat inflasi terjadi, yang juga membuat harga di Amerika Serikat tetap tinggi.
Penyebabnya: sudah lama Amerika Serikat tidak lagi memproduksi barang-barangnya di dalam negeri. Banyak yang mereka impor, termasuk dari Indonesia. Jauh lebih murah membuat barang di luar negeri daripada di Amerika Sendiri, di mana hukum membuat upah dan pajak sangat tinggi bagi usaha.