Itu pilihan Anda. Namun sebagai orang yang mengaku muslim, jika Al Qur’an dan As Sunnah tidak menjadi pegangan utama kita, apakah kita masih layak menyebut diri kita muslim?
Pak Basuki yang terhormat, selama tinggal di Jakarta saya mengalami dua periode gubernur. Pak Fauzi Bowo dan Pak Basuki.
Katakanlah kinerja Pak Basuki ibarat makanan yang sangat enak (walaupun tentu saja ini debatable) , bungkus makanan ini sangat kotor. Saya ambil analogi makanan kesukaan saya adalah Mie Ayam. Saya akan menolak memakan mie ayam itu jika dibungkus memakai kulit babi yang busuk. Namun saya akan memakan mie ayam tersebut jika dibungkus dengan wadah yang bersih dan halal.
Jika ada dua pilihan untuk masyarakat Jakarta:
1. Makanan enak namun bungkusnya kotor dan haram
2. Makanan enak dan bungkusnya bersih dan halal
Maka saya yakin masyarakat Jakarta ini akan memilih yang kedua. Bagaimana dengan Anda?
Jakarta, 7 Oktober 2016
“BR”
ANALOGI NGAWUR YANG PERTAMA
Pada tulisannya tersebut, kesalahan Brili Agung yang pertama adalah mengambil analogi ngawur sbb :
Pernyataan AHOK :
“Anda dibohongin orang pakai surat Al Maidah 51″