Akibatnya manusia cenderung bersifat individualistik dan sulit untuk berkomunikasi dengan dunia yang berada di luar dirinya. Tahap perkembangan fragmentasi adalah egalitarianisme yang berusaha mengkritik struktur agama secara hierarki. Kritik egaliterianisme menekankan prinsip persamaan dan kemampuan individual dalam beragama.17
Modernisme membawa kemajuan yang spektakuler dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di satu sisi, modernisme kehilangan landasan spritualitas keagamaan, sehingga manusia modern semakin kehilangan identitas kemanusiaannya. Manusia modern mengalami dekandensi moral dan degradasi nilai-nilai kemanusiaan.Â
Perubahan dramatis dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak disertai dengan kesiapan mentalitas manusia, sehingga manusia modern mengalami krisis primordial yang sering disebut dengan "nestapa manusia modern".Â
Ketidaksiapan mentalitas manusia modern dalam menghadapi realitas sosialnya telah menyebabkan mereka melakukan eskapisme yang berujung pada terjadinya kehampaan hidup (hollow man) dari nilai-nilai spritualitas keagamaan.Â
Baca juga : Teologi Absensia: Tawaran Berteologi dalam Konteks Postmodernisme
Manusia modern terjebak ke dalam split personality yang selalu menggunakan topeng sosial serta berusaha menyembunyikan identitasnya dalam suasana hipokrit.Â
Manusia modern telah kehilangan nilai-nilai parrenial yang terdapat dalam spritualitas agama, sehingga mereka akan dikendalikan secara mekanistik tanpa mempertimbangkan nilai ketenangan psikis yang ditawarkan oleh agama.Â
Dapat disimpulkan bahwa modernisme ditandai dengan adanya pengakuan kemerdekaan manusia, revolusi ilmu pengetahuan (scientific revolution) dan degradasi nilai-nilai keagamaan.Â
Selain itu, modernisme juga ditandai dengan semakin berkembangnya pertumbuhan masyarakat yang semakin tidak terkontrol, kerusakan lingkungan hidup akibat industrialisasi dan munculnya kejenuhan manusia terhadap makna kemanusiaan yang semakin materialistik.
Seiring semakin terdegradasinya nilai keagamaan di masa modernisme, maka Patricia Aburdane dan John Naisbitt sebagai tokoh futurolog dalam karyanya Mega Trend 2000: Ten New Direction for the 1990's memprediksikan bahwa di abad 21 akan muncul kembali kebangkitan agama (religion resurgence).Â
Manusia berusaha menemukan kembali nilai-nilai kemanusiaannya dalam agama. Rasionalitas ternyata tidak mampu menyelesaikan persoalan kejiwaan manusia, oleh karena itu manusia mulai melirik kembali alternatif penyelesaian ketenangan jiwa yang ditawarkan oleh agama.Â