Mohon tunggu...
Doni Arief
Doni Arief Mohon Tunggu... Dosen - Faqir Ilmu

Pencari dan penikmat kebenaran paripurna

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Agama dan Ilmu Pengetahuan

9 Juli 2019   11:59 Diperbarui: 25 Juni 2021   15:16 8127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga yang ingin dilihat dalam agama ini adalah bagaimana perkembangan interpretasi manusia terhadap konsep mendasar agama tersebut untuk merespon gejolak sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat. 

Oleh karena itu, untuk mengetahui secara komprehenshif mengenai perkembangan agama tersebut dibutuhkan korelasi interdisipliner bidang keilmuan lain, seperti antropologi dan psikologi.

Agama dalam tinjauan sosial memiliki patron yang berbeda dalam pendekatannya, sehingga agama sering diartikan dengan pengertian yang beraneka ragam tergantung dari sudut pandang pendekatannya. 

Sebagaimana yang diutarakan oleh Roland Robertson, pengertian agama secara general dapat diklasifikasikan kedalam dua bentuk, yaitu inklusif dan eksklusif. Secara inklusif, agama diartikan dalam pengertian yang seluas mungkin sebagai sistem kepercayaan dan ritual yang yang diresapi dengan "kesucian" atau yang diorientasikan pada "penderitaan manusia yang abadi". 

Sedangkan secara eksklusif agama dipandang sebagai manifestasi dari ekspresi spritual terdalam manusia yang diwujudkan dalam seperangkat aturan dan ritual melalui simbol kegamaan yang berdimensi transenden dengan melakukan subordinasi terhadap masalah empiris yang pelaksanaannya dilakukan dibawah naungan organisasi sosial masyarakat, sehingga agama itu harus diakui secara kolektif oleh seluruh anggota masyarakat.

Baca juga : Epistemologi sebagai Hakikat Ilmu Pengetahuan

Agama pada dasarnya telah menjadi kebutuhan yang paling mendasar (fundamental need) dalam kehidupan manusia -seprimitif atau semodern apapun dia-, ketidakmampuan manusia untuk menangkap realitas keMahaan yang berada diluar dirinya telah mendorong manusia untuk menciptakan aturan-aturan yang bersifat suci dan sakral untuk menjaga kestabilan dan mewujudkan ketenteraman dalam kehidupannya. 

Sehingga didalam jiwa manusia itu terdapat unsur kehalusan (fitrah) yang selalu berusaha mendekat kepada unsur keMahaan yang dianggap memiliki kekuatan diluar batas kemampuannya. 

Hampir senada dengan hal itu, Rudolf Otto dalam karyanya The Idea of The Holy yang menyatakan bahwa manusia terdiri dari struktur apriori irasional yang merupakan dimensi keinsafan (sensus religious) manusia dalam menginterpretasikan kepekaan perasaannya terhadap sesuatu yang Maha dan struktur apriori rasional.

Dimana manusia selalu berusaha menjadikan agama sebagai jawaban terhadap realitas kehidupan sehingga agama itu dijadikan sebagai bentuk kanopi sakral (sacred canopy) yang mampu memberikan rasa kedamaian pada manusia.

Perkembangan agama dengan agama dalam pengertian inklusf dan eksklusifnya merupakan asumsi yang ekuivalen untuk mengatakan bahwa agama itu muncul sebagai bentuk kesadaran mendalam dari manusia yang tidak dapat dilepaskan dari dirinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun