"Oh, bagus itu. Ini pentas seni sekalian bisa menjaga budaya nasional kita. Kalo perlu bantuan, Oom bisa ajarin main angklung."
"Boleh, Oom."
"Baik, gimana kalo besok malam kalian ke rumah. Abis sholat tarawih ya..."
***
Malam, jam 8. Dzul, Toro, dan teman-teman yang lain sedang berkumpul untuk belajar angklung. Tak ketinggalan Pak Rubi, ayahnya Toro ada di situ.
"Selamat malam, anak-anak."
"Selamat malam, Oom."
"O, ya. Coba Oom hitung dulu berapa yang datang malam ini. Satu, dua... Ada empat belas. Sudah cukup buat kelompok musik angklung. Kalian boleh pinjam angklung-angklung ini," kata Pak Rubi.
Dzul, Toro dan teman-temannya memerhatikan penjelasan Pak Rubi dengan serius.
"Baik, sekarang kita bagi masing-masing alat. Tujuh orang pegang angklung dengan nada rendah. Tujuh lagi yang nada tinggi."
Dzul, Toro dan teman-temannya pun mengambil masing-masing satu angklung.