Belum lagi dengan Timor-Timor-sekarang Timor Leste-, diawali tekanan Pemerintahan Jimmy Carter yang menyarankan Indonesia menginvasi Timor-timor dengan harapan pengaruh komunis disana bisa dihempang.
Kemudian diakhiri dengan tekanan Presiden Bill Clinton yang menyarankan Indonesia mengakomodasi keinginan rakyat Timor-Timor melaksanakan jajak pendapat (yang dicurigai penuh dengan rekayasa). Dan hasilnya, kita semua sudah tahu, Indonesia harus angkat kaki dari sana. Sangat pahit, mengingat operasi Seroja mengorbankan ratusan tentara Indonesia yang gugur disana.
Belum lagi bicara kejatuhan Soeharto, IMF badan donor bentukan Amerika Serikat, dengan cerdik membuat Soeharto harus meminta pertolongan dengan syarat-syarat yang sangat memberatkan ekonomi Indonesia. Â Soeharto yang terkenal sangat kuat dan otoriter, jatuh tidak berdaya dihadapan Direktur IMF saat itu, Michel Camdessus.
Bagaimana dengan Barack Obama?Presiden yang satu ini kasusnya berbeda. Meskipun berasal dari Partai Demokrat, Â memori dan kenangan Obama semasa tinggal di Indonesia, menjadi modal berharga bagi SBY dan jajarannya dalam melakukan pendekatan terhadap beliau. Di masa pemerintahan beliau, AS lebih toleran terhadap isu hak azasi dan demokrasi.
Kesimpulannya, meskipun Donald Trump terlihat buruk dengan segala karakternya, tetapi kebijakan beliau tidak sampai mengganggu kepentingan nasional Indonesia. Seburuk-buruknya Donald Trump, lebih baik dari Joe Biden, calon Presiden Partai Demokrat.Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H