Mohon tunggu...
H.D. Silalahi
H.D. Silalahi Mohon Tunggu... Insinyur - orang Tigarihit

Military Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bagi Indonesia, Lebih Baik Donald Trump

15 Agustus 2020   13:02 Diperbarui: 16 Agustus 2020   11:58 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Donald Trump & Jokowi (sumber foto : internasional.kompas.com)

Sesungguhnya, kalau mau jujur, warga +62 familiar  dengan karakter yang dipertontonkan Donal  Trump ini. Warga Indonesia juga sangat nasionalis, malah terkadang berlebihan sehingga memunculkan sikap seperti Trump tadi.

Masih segar di ingatan ketika Singapura, Malaysia dan China bermasalah dengan kita. Sontak jagad medsos langsung dipenuhi kata-kata rasis, bully-an dan keegoisan. Singapura itu negara kecil, berani-beraninya menghina Indonesia, kita kencingi beramai-ramai, tenggelam itu negara( emang air senimu seberapa banyak sih). Nah, kalimat "America First" apa bedanya dengan slogan "NKRI harga mati".

Partai Republik vs Partai Demokrat

Pergaulan antar negara memang seperti itu, kepentingan nasional diatas segalanya, tidak ada yang namanya sahabat sejati, gombal itu. Malah terkadang prinsip musuh dari musuhmu adalah temanku menjadi hal biasa dalam diplomasi antar negara.

Prinsip partai politik di AS memang sangat berbeda dengan partai politik yang ada di Indonesia. Karakter dan ciri khas partai disana sudah mapan, jelas dan tidak mencla-mencle. Partai Republik identik dengan ciri konservatif, ortodoks, nasionalis dan sangat mementingkan kedigdayaan AS, sebaliknya Partai Demokrat identik dengan progresif, liberal, menjunjung tinggi kebebasan demokrasi, perdamaian dan hak azasi.

Tidak heran, Presiden AS yang berasal dari Partai Demokrat akan selalu cerewet dengan isu Hak Azasi, LGBT dan kehidupan demokrasi di seluruh dunia.

Nah, belajar dari sejarah, sejatinya  kepentingan nasional Indonesia lebih terakomodasi apabila jabatan Presiden Amerika dipegang oleh Presiden yang berasal dari Partai Republik. Deretan kebijakan Richard Nixon, Gerald Ford, Ronald Reagan, George HW Bush dan Donald Trump saat ini, memang keras dan intimidatif, tetapi tidak sampai terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. 

Contohnya sekarang, Freeport diambil alih PT. Inalum,Trump anteng-anteng saja. Begitu juga dengan konflik di Papua, tidak terdengar Trump nyinyir mengurusi masalah hak azasi disana,  malah pemerintahan Donald Trump berusaha menggandeng Indonesia dalam perselisihan di Laut China Selatan.

Memang Trump akan bereaksi keras kalau kepentingan AS terganggu. Sebagai contoh kasus, melihat neraca dagang yang minus dengan Indonesia. Pemerintahan AS langsung menawarkan penjualan pesawat tilt rotor MV-22 OSprey dan jet tempur F-16 Viper untuk menyeimbangkan neraca dagang dengan Indonesia.

Berbeda halnya, apabila membicarakan Presiden AS yang berasal dari Partai Demokrat. Sederet sejarah kelam bangsa Indonesia akan tersangkut dengan keterlibatan Presiden AS yang berasal dari Partai Demokrat. 

Apabila mengulas sejarah kejatuhan Presiden Sekarno yang diawali dengan Pemberontakan PKI, nama John F. Kennedy,Presiden AS yang berasal dari Partai Demokrat, akan selalu disebut.  Tidak heran, dokumen CIA (yg sudah dipublikasikan) dan sebagian pendapat para ahli sejarah menyimpulkan bahwa pemberontakan G30 S PKI adalah skenario AS menggulingkan Soekarno dengan cara kudeta merangkak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun