Mohon tunggu...
Donald Sitompul
Donald Sitompul Mohon Tunggu... -

I'm cool.........

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lampion Merah buat Mey

31 Januari 2011   16:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:01 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_87953" align="alignright" width="300" caption="Barongsay"]

1296489648544524065
1296489648544524065
[/caption]

Aaahh... Mey melamun di kamarnya, sendirian. Ia masih membayangkan mama pasti menyediakan kue keranjang, kue lapis, ikan bandeng bumbu dan penganan lain, ornamen rumah dihias meriah dengan lilin merah dan lampu lampion. Senangnya bersama koko Sansan menonton atraksi barongsay di sebuah kelenteng di bilangan Petak Sembilan.

"Mey.... Tolonglah oma, ia mau membuat lampion, kamu beli kertas minyak ya di kota..." suara lembut ibu menyapanya, rupanya ia tak mendengar ketukan di pintu kamarnya saat mama masuk ke kamar.

"Oma mau membuat lampion khusus buat kamu, lihatlah Oma, walau kamu sering bertengkar dengannya, ia sangat menyayangimu..."

"Aah Mama, aku sebentar lagi mau berangkat casting, lagian kan bisa menyuruh pak Jikin supir untuk pergi membelinya, ia sudah tahu kok tempatnya..." Mey sebisa mungkin mencari alasan, sebenarnya ia mau ke mal menonton film Acha Septriasa dan Irwansyah, Love Story di bioskop 21 Cineplex, bersama Chitra dan Karin, temannya.

Mey tahu, setiap tahun mama pasti membeli dan mempersiapkan sendiri lampion di rumah, oma selalu membuat sendiri khusus buat cucunya. Dulu Mey sangat menyukai lampion buatan oma, tetapi sekarang ia mempunyai dunia sendiri. Ia bercita-cita ingin menjadi presenter atau bintang apa lah, ia menyukai seni peran.

***

Pagi itu, hujan rintik-rintik menyambut hari-hari menjelang Imlek tiba, mama memberitahu bila cici-cici dan keponakan serta koko San akan tiba di rumah, bersama-sama merayakan tahun baru.

Mey ingin pergi saja meninggalkan kesibukan rumah. Ia jengkel mendengar suara popo, oma yang nyinyir, mulutnya sebaiknya disumpal saja. Mey ingin hang out saja. Kehidupan modern lebih mempesona. Lampu-lampu di mal lebih menggodanya. Lilin-lin, lampion hanya tradisi baginya, apa maknanya bagi masa depan? Mey mencintai kehidupan terkini.

Mey cemburu pada Chitra yang bisa semaunya pergi dari rumah tanpa diganggu suara-suara seperti oma, berjalan santai berpegangan tangan dengan pacar.  Memanjakan diri berleha-leha sekedar melepaskan penat dan stress sehabis kuliah. Pergi ke toko buku Gramedia mencari bacaan baru. Atau pergi mencari pizza sambil bercanda dengan teman-teman. Sementara ia harus bertempur di rumah menulikan telinga.

Chit, kita nonton aja yuuk, ada film bagus tuuh... Males gue di rumah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun