Kasus terdamparnya satwa akuatik di perairan Indonesia masih kerap kita temukan. Terbaru, seekor hiu tutul terdampar di Pantai Nyamplong Kobong, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember, Jawa Timur pada 3/12/2024 yang lalu. Sayangnya, hewan hiu tersebut akhirnya ditemukan dalam keadaan mati oleh nelayan setempat.
Jauh sebelum ini, kasus serupa juga sering terjadi. Berikut beberapa kasus terdamparnya ikan dan satwa akuatik di perairan Indonesia dalam dua tahun terakhir:
Pertama, Sebanyak tiga ekor Hiu Paus terdampar di Pesisir Selatan Jawa Timur (Agustus 2022).
Dalam dua hari, tiga ekor hiu paus (Rhincodon typus) ditemukan terdampar mati di pesisir selatan Tapal Kuda, Jawa Timur. Lokasi penemuan: Pantai Canga'an di Jember, Pantai Wotgalih di Lumajang, dan Pantai Nyamplong Kobong di Jember. Penyebab kematian diduga akibat terperangkap alat tangkap jaring aktif atau penyakit.Â
Kedua, Hiu Paus di Pantai Parangtritis, Yogyakarta (November 2023).
Seekor hiu paus ditemukan terdampar di Pantai Parangtritis. Penemuan ini menarik perhatian warga dan wisatawan setempat.
Ketiga, seekor Paus di Pantai Lombok Timur (Maret 2024).
Seekor paus berbobot sekitar 300 kg terdampar di Pantai Lombok Timur. Upaya penyelamatan dilakukan oleh tim gabungan dari berbagai instansi.
Keempat, seekor Hiu Paus di Pesisir Selatan Sumatera Barat (September 2024).
Seekor hiu paus ditemukan terdampar dan mati di Pesisir Selatan Sumatera Barat. Penemuan ini menambah daftar panjang kasus serupa di wilayah tersebut.
Kelima, Paus Pilot di Alor, Nusa Tenggara Timur (September 2024).
Puluhan ekor paus pilot terdampar di pantai Alor. Para ahli masih menyelidiki penyebab terdamparnya mamalia laut ini.
Keenam, Hiu Paus di Pantai Kincia (September 2024).
Seekor hiu paus terdampar di Pantai Kincia, Nagari Salido, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Nasib hiu paus ini menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah setempat.
Fenomena terdamparnya ikan dan satwa akuatik ini dapat menjadi bukti bahwa kita masih memiliki pekerjaan rumah yang harus dicari solusinya. Mulai dari pentingnya edukasi masyarakat, hingga pentingnya penanganan kedaruratan pada hewan. Salah satunya adalah persoalan ketersediaan jumlah dokter hewan dalam penanganan kasus tersebut.Â
Padahal, dalam kondisi darurat seperti itu, kehadiran dokter hewan menjadi kunci untuk memberikan penanganan profesional yang berbasis ilmiah. Â
Kompetensi Dokter Hewan Â
Dokter hewan memiliki keahlian yang tidak tergantikan dalam memahami anatomi, fisiologi, serta perilaku satwa akuatik. Dengan kompetensinya, dokter hewan dapat: Â
Pertama, Mendiagnosis Penyebab Terdampar.
Dokter hewan mampu melakukan necropsy (otopsi pada hewan) untuk mengidentifikasi penyebab kematian satwa akuatik atau memeriksa kondisi medis pada satwa yang masih hidup. Â
Kedua, Memberikan Perawatan Medis.Â
Dalam beberapa kasus, satwa yang terdampar masih dapat diselamatkan dengan perawatan medis, seperti pemberian cairan infus, antibiotik, atau pengobatan luka. Â
Ketiga, Menangani Rehabilitasi.
Dokter hewan memiliki kemampuan untuk mengelola proses rehabilitasi sebelum satwa dilepaskan kembali ke habitat alaminya. Â
Keempat, Membantu Penyusunan Protokol Penanganan.
Dengan pengetahuannya, dokter hewan dapat membantu pemerintah dan organisasi konservasi menyusun pedoman penanganan satwa terdampar. Â
Peran dalam Kolaborasi dan Edukasi Â
Penanganan kedaruratan satwa akuatik memerlukan kolaborasi berbagai pihak, termasuk komunitas lokal, lembaga pemerintah, LSM, dan akademisi. Dalam hal ini, dokter hewan berperan sebagai penghubung yang menjembatani ilmu pengetahuan dengan implementasi di lapangan. Â
Sebagai contoh, dokter hewan dapat melatih masyarakat lokal untuk melakukan langkah-langkah pertama saat menemukan satwa terdampar, seperti menjaga satwa tetap basah, menghindari penanganan yang berlebihan, atau melaporkan kasus ke pihak berwenang. Edukasi seperti ini sangat penting, mengingat keterbatasan jumlah dokter hewan yang bisa terjun langsung ke setiap kasus. Â
Selain itu, dokter hewan juga berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut. Melalui kampanye konservasi, mereka dapat menjelaskan dampak buruk dari polusi, perburuan ilegal, atau aktivitas destruktif lainnya terhadap kesehatan satwa akuatik. Â
Tantangan yang Dihadapi Â
Meski memiliki peran yang signifikan, dokter hewan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam menangani kedaruratan satwa akuatik, antara lain: Â
Pertama, Keterbatasan Sumber Daya.
Fasilitas dan alat medis yang memadai untuk menangani satwa akuatik masih sangat terbatas, terutama di wilayah terpencil. Bahkan, minimnya penerimaan Aparatur Sipil Negara (ASN) dokter hewan di sektor ini juga menjadi penyebab utama keterbatasan sumber daya.
Kedua, Kurangnya Spesialisasi.
Dokter hewan dengan spesialisasi satwa akuatik masih sedikit jumlahnya di Indonesia. Â
Ketiga, Koordinasi yang Belum Optimal.
Penanganan kedaruratan sering terkendala koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat, termasuk pemerintah, lembaga swasta, dan komunitas lokal. Â
Keempat, Keterbatasan Dana.
Anggaran untuk penelitian dan penanganan kasus satwa akuatik sering kali menjadi hambatan, mengingat prioritas anggaran lebih banyak dialokasikan untuk sektor lain. Â
Solusi dan Harapan Â
Untuk mengoptimalkan peran dokter hewan dalam penanganan satwa akuatik, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan: Â
Pertama, peningkatan Kapasitas.
Pemerintah dan lembaga akademik perlu menyediakan lebih banyak pelatihan dan pendidikan untuk menghasilkan dokter hewan spesialis satwa akuatik. Selain itu, penambahan ASN dokter hewan di lingkup penanganan satwa terdampar juga perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Kedua, Pengembangan Infrastruktur.
Fasilitas medis yang mendukung penanganan satwa akuatik, seperti klinik hewan laut atau pusat rehabilitasi, perlu dibangun di berbagai wilayah strategis. Â
Ketiga, Kolaborasi Lintas Sektor.
Diperlukan kerja sama yang lebih erat antara pemerintah, universitas, LSM, dan masyarakat lokal untuk mempercepat respons terhadap kasus kedaruratan. Â
Keempat, Peningkatan Anggaran.Â
Alokasi dana untuk penelitian dan penanganan satwa akuatik harus ditingkatkan agar upaya konservasi dapat berjalan dengan maksimal. Â
Dengan demikian, peranan dokter hewan dalam penanganan kedaruratan satwa akuatik di perairan Indonesia adalah hal yang sangat penting dan tidak bisa diabaikan. Dengan kompetensi mereka, dokter hewan tidak hanya berkontribusi dalam menyelamatkan satwa-satwa yang terancam, tetapi juga berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut yang menjadi tulang punggung kehidupan manusia. Â
Namun, agar peran ini dapat dioptimalkan, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat umum. Dengan sinergi yang baik, diharapkan Indonesia tidak hanya mampu melindungi satwa akuatiknya, tetapi juga menjadi contoh bagi negara lain dalam upaya konservasi laut. Â Semoga!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H