Mohon tunggu...
DODYK ARIF SUWANDONO
DODYK ARIF SUWANDONO Mohon Tunggu... Administrasi - Koorcam TPP Prambon, SDA, Jatim. 351502

Hanya pengabdi di Desa-desa se-Kecamatan Prambon dalam bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa sesuai tujuan pembangunann nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Peran Rumah Desa Sehat Garda Depan Kesehatan Masyarakat di Kecamatan Prambon-Sidoarjo-Jatim

13 Januari 2025   22:18 Diperbarui: 13 Januari 2025   22:57 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rapat Evaluasi Seluruh Kegiatan Kader Kesehatan (Kader; Rematri, PUS/WUS, Catin, Bumil, Bufas, sampai Balita)

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 adalah regulasi yang dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia untuk mengatur percepatan penurunan stunting di Indonesia. Peraturan ini berisi kebijakan, strategi, dan kerangka kerja lintas sektoral untuk mempercepat penurunan angka stunting, yang menjadi salah satu tantangan besar dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia.

Diperkuat melalui Peraturan Bupati Sidoarjo Nomor 90 tahun 2021 Peran  Desa Dalam Upaya Pencegahan Dan Penurunan Stunting Terintegrasi

Pokok-Pokok Perpres Nomor 72 Tahun 2021:

Tujuan Utama:

Mengatur langkah-langkah percepatan penurunan prevalensi stunting pada balita menjadi 14% pada tahun 2024.

Strategi Utama:

Peningkatan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.

Penguatan koordinasi lintas sektor di tingkat pusat, daerah, dan masyarakat.

Tugas dan Tanggung Jawab:

Kementerian dan Lembaga (K/L): Mengintegrasikan program yang mendukung upaya percepatan penurunan stunting.

Pemerintah Daerah: Menyusun rencana aksi daerah, mengoptimalkan sumber daya, dan memobilisasi masyarakat.

Tim Percepatan Penurunan Stunting: Dibentuk di tingkat pusat hingga desa untuk memantau dan mengoordinasikan pelaksanaan program.

Pendekatan Program:

Mengutamakan keluarga berisiko stunting, terutama ibu hamil, menyusui, dan anak balita.

Pemberian edukasi dan peningkatan akses layanan kesehatan, air bersih, dan sanitasi.

Sasaran Prioritas:

Daerah-daerah dengan prevalensi stunting yang tinggi.

Pendanaan:

Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta sumber-sumber lain yang sah.

Implikasi Perpres:

Penguatan Kolaborasi: Seluruh pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat, terlibat secara aktif.

Monitoring dan Evaluasi: Dilakukan secara berkala untuk memastikan implementasi berjalan sesuai rencana.

Jika Anda ingin mengetahui informasi lebih rinci, seperti teks lengkap dari Perpres ini, saya dapat membantu mencarikan tautan atau dokumen resminya. Apakah Anda memerlukan bantuan lebih lanjut?

Stunting sebagai Isu Prioritas Nasional

Stunting merupakan kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan yang menyebabkan tinggi badannya berada di bawah standar yang sesuai dengan usianya. Kondisi ini tidak hanya mencerminkan masalah gizi kronis, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia di masa depan. Oleh karena itu, stunting telah menjadi salah satu isu prioritas nasional di Indonesia.

Alasan Stunting Menjadi Prioritas, Dampak Jangka Panjang

Stunting memengaruhi perkembangan otak, sehingga dapat menurunkan kemampuan belajar dan produktivitas di masa dewasa.

Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit tidak menular, seperti diabetes dan hipertensi, di kemudian hari.

Prevalensi Tinggi

Berdasarkan data survei, prevalensi stunting di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir masih cukup tinggi, meskipun telah mengalami penurunan. Pemerintah menetapkan target untuk menurunkan angka stunting menjadi 14% pada tahun 2024.

Imbas Sosial dan Ekonomi

Stunting berkontribusi pada kemiskinan antar generasi karena menurunkan potensi sumber daya manusia.

Biaya kesehatan dan sosial meningkat akibat dampak kesehatan jangka panjang dari stunting.

Strategi Penanganan Stunting di Indonesia

Pemerintah telah meluncurkan berbagai program dan kebijakan untuk mengatasi stunting, di antaranya:

Intervensi Gizi Spesifik

Pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamil dan balita.

Suplementasi zat besi dan vitamin A.

Penyediaan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi.

Intervensi Gizi Sensitif

Penyediaan air bersih dan sanitasi.

Isu Stunting di Indonesia: Tantangan dan Upaya Penanganannya

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis yang menyebabkan tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan standar usianya. Masalah ini bukan sekadar persoalan fisik, melainkan mencerminkan kurangnya asupan nutrisi yang dibutuhkan selama periode 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Di Indonesia, stunting telah menjadi isu serius dalam bidang kesehatan masyarakat dan pembangunan, mengingat dampaknya yang luas terhadap kualitas hidup generasi masa depan.

Prevalensi Stunting di Indonesia

Menurut laporan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) dan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Indonesia telah menunjukkan penurunan, namun angkanya masih tergolong tinggi. Pada tahun 2021, prevalensi stunting mencapai sekitar 24,4%, meskipun angka ini turun dari 37% pada 2013. Target nasional yang dicanangkan pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024.

Stunting tersebar secara tidak merata di berbagai daerah di Indonesia. Wilayah-wilayah dengan angka stunting tinggi seringkali berada di daerah terpencil, pedalaman, atau daerah dengan akses terbatas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi. Selain itu, faktor-faktor seperti kemiskinan, rendahnya pendidikan ibu, serta akses terhadap air bersih dan sanitasi turut memengaruhi angka stunting di daerah tertentu.

Penyebab Utama Stunting

Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tunggal, melainkan merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling terkait:

Kekurangan Gizi pada Ibu Hamil dan Anak

Kekurangan gizi pada ibu hamil meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang berkontribusi pada stunting. Setelah lahir, asupan gizi yang tidak memadai, baik dari pemberian ASI eksklusif hingga makanan pendamping ASI, juga menjadi penyebab utama stunting.

Infeksi Berulang

Anak-anak yang sering mengalami infeksi, seperti diare atau infeksi saluran pernapasan akut, lebih rentan mengalami stunting. Kondisi ini memperburuk penyerapan nutrisi dan memperlambat pertumbuhan.

Sanitasi dan Akses Air Bersih yang Buruk

Lingkungan yang tidak sehat, seperti kurangnya akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak, meningkatkan risiko penyakit infeksi yang memperburuk kondisi stunting.

Kemiskinan dan Ketimpangan Sosial

Kemiskinan menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar, termasuk makanan bergizi, perawatan kesehatan, dan pendidikan.

Kurangnya Edukasi Gizi

Minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya asupan nutrisi seimbang selama masa kehamilan dan awal kehidupan anak turut memperparah masalah ini.

 

 

Dampak Stunting

Stunting memiliki dampak jangka panjang yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik individu maupun masyarakat:

Kognitif dan Pendidikan

Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah, kesulitan belajar, dan performa akademik yang buruk.

Kesehatan

Stunting meningkatkan risiko penyakit tidak menular di masa dewasa, seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular.

Produktivitas Ekonomi

Dalam jangka panjang, individu yang mengalami stunting cenderung memiliki produktivitas kerja yang lebih rendah, yang dapat memengaruhi daya saing ekonomi negara.

Upaya Penanganan Stunting di Indonesia

Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai program untuk menanggulangi stunting, baik melalui intervensi langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah beberapa langkah yang telah dan sedang dilakukan:

Intervensi Spesifik

Pemberian Suplemen Nutrisi: Pemerintah menyediakan tablet tambah darah untuk ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, dan makanan tambahan untuk bayi dan anak balita.

Peningkatan Akses Layanan Kesehatan: Program imunisasi, pengobatan infeksi, dan pemantauan tumbuh kembang anak dilakukan untuk mencegah dan mengatasi stunting.

Intervensi Sensitif

Perbaikan Sanitasi dan Akses Air Bersih: Kampanye untuk mengurangi praktik buang air besar sembarangan (BABS) dan peningkatan akses air bersih dilakukan melalui program nasional, seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Pengentasan Kemiskinan: Program keluarga harapan (PKH) dan bantuan sosial lainnya ditujukan untuk meningkatkan daya beli keluarga miskin terhadap makanan bergizi.

Peningkatan Edukasi dan Kesadaran

Kampanye edukasi melalui Posyandu, puskesmas, dan media massa dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi dan pola hidup sehat.

Pendekatan Multisektoral

Pemerintah menggandeng berbagai pihak, termasuk sektor swasta, organisasi masyarakat, dan lembaga internasional, untuk bersama-sama menangani stunting melalui pendekatan holistik dan terintegrasi.

 

Tantangan dan Harapan

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, penanganan stunting di Indonesia masih menghadapi tantangan, seperti minimnya koordinasi lintas sektor, keterbatasan anggaran, serta keberlanjutan program di tingkat daerah. Selain itu, perubahan perilaku masyarakat dalam hal kebiasaan makan dan kebersihan juga memerlukan waktu dan usaha yang konsisten.

Harapan besar terletak pada komitmen semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha, untuk bekerja sama mengatasi stunting. Dengan langkah yang terintegrasi dan berkelanjutan, Indonesia dapat mencapai target penurunan stunting dan memastikan terciptanya generasi yang lebih sehat, cerdas, dan produktif di masa depan.

Stunting adalah tantangan yang harus dihadapi dengan serius, tetapi sekaligus merupakan peluang untuk memperbaiki kualitas hidup bangsa secara keseluruhan. Penanganan yang efektif tidak hanya membawa manfaat kesehatan, tetapi juga menjadi fondasi bagi pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Oleh karena itu peran Pengurus Rumah Desa Sehat Desa-desa di Kecamatan Prambon Kabupaten Sidoarjo harus didorong dan dimaksimalkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun