Demikianlah demi kehidupanmu, tidak ada yang lebih berharga
Daripada kekhawatiranmu terhadap orang seperti dia.
Siapakah yang bisa menjadi Abu Nuwasmu,
Jika aku membunuh Abu Nuwasmu?"
Kontroversial tentang Abu Nawas
Sebagaimana disebutkan di awal, Abu Nawas dikenal baik akan kepiawaian dalam bersastranya. Kitab Diwan adaah salah satu buktinya. Muhammad Dedad Bisaraguna Akastangga dalam artikelnya Abu Nawas dan Kitab Diwan Abu Nawas menulis:
"Kitab Diwan Abu Nawas yang dikaji di sini didasarkan pada kumpulan-kumpulan puisi yang diedit oleh Salim Syamsuddin, diterbitkan Maktabah al- Ashriyyahdi Baerut tanpa penyebutan tahun terbit. Kitab ini menghimpun puisi-puisi Abu Nawas yang termasyhur dan mewakili pandangan-pandangannya tentang berbagai soal. Kitab Diwan Abu Nawas ini terdiri dari delapan tema puisi: Khamriyyat terdiri dari 299 judul; Ghazal (elegi) terdiri dari 367 judul; Madah (pujian) terdiri dari 100 judul; Haja’ (ejekan) terdiri dari 113 judul; Ratha’ (ratapan) terdiri dari 22 judul; I’tab (teguran) terdiri dari 30 judul; Zuhd terdiri dari 30 judul; dan Tard (perburuan) terdiri dari 54 judul."
Abu Nuwas dikenal dekat dengan para khalifah dari dinasti Abbasiyah. Namun, meski demikian, menurut M. Faisol Fatawi dalam Abu Nawas: Tuhan Tak Pernah Mengatakan “Celakalah Orang-orang yang Mabuk”, Abu Nawas memiliki sikap kritis. Ia bahkan tidak segan-segan mengritik penguasa. Melalui syair-syair khamernya (tentang arak), Abu Nawas telah menyoroti penguasa dan gaya hidup mereka.
"Di tangannya, khamer yang merupakan minuman yang sudah dikenal masyarakat Arab jauh sebelum Islam datang, diubah dan diolah menjadi untaian syair yang mampu menyedot perhatian penguasa. Khamer tidak saja sebagai minuman biasa, tetapi dijadikan senjata untuk menyerang perilaku penguasa pada saat yang cenderung hedonis dan merugikan rakyat," ungkap Fatawi sambil memberikan satu contoh salah satu syair khamer Abu Nawas berikut ini:
Jauhkan masjid untuk hamba-hamba, yang engkau diami
Mari dengan kami mengelilingi para peminum khamer, untuk minum bersama-sama
Tuhan-mu tidak mengatakan 'celakalah bagi orang-orang yang mabuk'
Tetapi, Tuhan berfirman: 'celakalah orang-orang yang shalat diantara kita'
"Melalui syair itu, secara jelas Abu Nawas mengkritik perilaku orang-orang yang secara agama taat. Tetapi perilaku mereka tidak mencerminkan nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Inilah cara cerdas Abu Nawas 'membalik' logika keagamaan dengan menarasikan khamer yang diharamkan dalam agama," tandasnya.
Sikap dan pernyataan Abu Nawas ini kemudian menuai kontroversi. Ia pun dicap zindiq, sebagai seseorang yang tidak berpegang teguh kepada agama. Hanya saja, menurut tim redaksi Kisah Muslim Siapakah Sebenarnya Abu Nuwas (Abu Nawas)? tidak kurang dari Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah (14:73), ketika menyimpulkan tentang kehidupan Abu Nuwas beliau berkata, “Kesimpulannya, para ulama banyak sekali menceritakan peristiwa kehidupannya, juga tentang syair-syairnya yang mungkar, penyelewengannya, kisahnya yang berhubungan dengan masalah khamr, kekejian, suka dengan anak-anak kecil yang ganteng serta kaum wanita sangat banyak dan keji, bahkan sebagian orang menuduhnya sebagai pezina. Di antara mereka juga ada yang menuduhnya sebagai seorang yang zindiq. Di antara mereka ada yang berkata: ‘Dia merusak dirinya sendiri.’ Hanya saja, yang tepat bahwa dia hanyalah melakukan berbagai tuduhan yang pertama saja, adapun tuduhan sebgian orang yang zindiq, maka itu sangat jauh dari kenyataan hidupnya, meskipun dia memang banyak melakukan kemaksiatan dan kekejian.”
Begitu banyak versi sejarah dan tulisan seputar sosok nyentrik dan kontroversial ini. Begitu banyak kisah ataupun tulisan yang dinisbahkan atau diatribusikan kepadanya. William Harold Ingrams, sebagaimana dikutip encyclopedia.com dalam Abu Nawas dalam Kehidupan dan Legenda (1933), membagi pembahasan biografinya menjadi tiga bagian: aktual, apokrif, dan mitos. Selain adanya versi yang non-kanonik atau versi tidak baku dari kisah Abu Nawas, bahkan menurut Ingrams tidak sedikit yang jelas-jelas masuk kategori mitos. Untuk itu, kita tidak harus terlalu terganggu dengan detail tahun kelahiran dan kewafatannya, misalnya.
Eksentrisitas Abu Nawas barangkali terletak pada gaya pendekatan via negativa atau teologi apofatisnya. Beberapa orang menggapnya sebagai sufi sekaligus wali. Kata-kata dari encyclopedia.com menarik untuk dicermati: