Inilah berkah dari adanya tajdid yang tetap memberikan amplifikasi nur (cahaya) yang dipancarkan Nabi Muhammad saw. Dalam perspektif ini, lamat-lamat sebuah hadits yang menyatakan bahwa para sahabat-sahabat Nabi saw seibarat bintang mendorong saya untuk memercikkan sebuah tanya: "Mungkinkah para mujaddid adalah termasuk kategori sahabat dalam dimensi ini? Bukan secara terminologis tentunya." Â
"The stars are proof that even on the darkest night there is a little light," begitu ungkap Cole Rodgers Rr.
Guru Kedua
Maha Kaushik dalam Guru Vandana: Salutations to the teacher mengartikan kata guru sebagai pengusir kegelapan dan penyingkap tujuan hidup yang sejati.Â
Seribu bulan adalah sebuah jumlah yang terhingga. Maka ia pun akan berakhir dengan terbitnya fajar. Adalah Guru Kedua yang dijanjikan menyingkap tabir kegelapan dan membimbingnya menyambut sang fajar.
Ada dua sosok yang dinubuatkan kedatangannya oleh Nabi Muhammad saw di akhir zaman pada saat kegelapan telah mencapai titik tergelapnya. Pertama, Isa Almasih. Kedua, Imam Mahdi atau al-Mahdi. Sebagian orang berpendapat bahwa keduanya merupakan dua pribadi yang berbeda.Â
Sementara yang lainnya berpandangan bahwa keduanya merupakan satu sosok beridentitas ganda. Pandangan yang kedua ini mendapatkan dukungan dari sebuah hadits yang menyatakan walal-mahdiyyu illaa 'Iisab-nu Maryam (tidak lain al-Mahdi itu kecuali Isa bin Maryam).Â
Dalam tafsir ayat wa aakhariina minhum lammaa yalhaqu bihim (Dan kepada orang-orang lain di antara mereka yang belum bergabung dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana-QS Al-Jumu'ah: 3), Imam Bukhari---sebagaimana dikutip dari Ibnu Katsir---meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata bahwa dia sedang duduk bersama Nabi, ketika Surat Al-Jumu`ah diwahyukan kepada Nabi saw.Â
Dan ketika para sahabat bertanya kepada Nabi saw siapakah mereka, beliau tidak menjawab hingga tiga kali pertanyaan yang sama diajukan. Saat itu ada Salman al-Farisi dalam kumpulan tersebut. Maka Nabi saw meletakkan tangan beliau di atas pundak Salman seraya bersabda, "Bila iman sudah terbang ke bintang Tsurayya maka beberapa orang atau seseorang dari bangsa ini (Persia) akan mengembalikannya."
Sebuah redaksi menyatakan lebih jelas lagi. Abu Huraira meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: "Jika iman terbang ke bintang Tsurayya, maka seseorang dari Persia akan menguasainya, atau salah satu keturunan Persia pasti akan menemukannya." (Sahih Muslim 2546a)
Dari benang-benang halus ini kita bisa menjalin sebuah konstruk pemahaman bahwa sepuluh malam yang setara dengan seribu tahun. Masa-masa kemunduran kerohanian umat Islam tersebut akan terjadi lebih kurang 300 tahun sejak zaman Nabi saw. Dan, adalah al-Mahdi atau al-Masihlah yang akan mengembalikan Islam kepada kejayaanya yang kedua kali.