Wilayah sentra bawang putih yang sedikit, belum mampu memenuhi kebutuhan bawang putih dalam negeri.
Pengembangan bawang putih di daerah dataran tinggi, seringkali terkendala oleh keterampilan petaninya dalam budidaya bawang putih yang masih minim
Selain itu, tidak semua dataran tinggi cocok untuk bawang putih, karena bawang putih menghendaki dingin kering bukan dingin lembab.
Mengembalikan Kejayaan Bawang Putih Lokal
Menurut salah satu petani bawang putih Temanggung, Pak Tito, menyampaikan dulu sebelum tahun 1998, bawang putih lokal sempat berjaya, dan menjadi raja di pasar-pasar tradisional.
Namun, sejak kran impor dibuka, banyak petani bawang putih yang beralih budidaya ke bawang merah atau cabai.
Karena harganya kalah saing dengan bawang putih impor. Banyak pedagang yang lebih suka bawang putih impor dari sisi fisik yang besar-besar dan harga murah.
Ini menjadi titik balik, meruntuhnya tahta bawang putih lokal di dalam negeri.
Kementerian Pertanian, mencanangkan swasembada bawang putih nasional, yang awalnya tahun 2019, menjadi 2024.
Setidaknya dengan program ini mampu mengurangi ketergantungan impor bawang putih hingga 10 sampai 20 persen.
Melalui kebijakan wajib tanam, bagi importir yang akan impor bawang putih, wajib menanam 5 persen dari total volume impor.
Program ekstensifikasi dan intensifikasi melalui pengadaan sarana produksi pertanian dan pengembangan food estate di Temanggung dan Sumatera Utara, bertujuan untuk pilot project pengembangan bawang putih lokal.