Jika dibandingkan dengan China, luas area penanaman bawang putihnya 800 ribu hektare dan produktifitas rata-ratanya bisa mencapai 25 ton per hektare.
Faktor usaha tani juga mempengaruhi minat petani untuk menanam bawang putih.Â
Mahalnya harga bibit bawang putih per kilogram bisa mencapai Rp. 50.000 dengan kebutuhan 500 sampai 700 kg, sudah menyumbang 50-60 persen dari total biaya budidaya.
Biaya budidaya yang tinggi, turut mempengaruhi harga jual menjadi cukup tinggi. Rata-rata harga jual bawang putih kering petani grade A protol mencapai Rp. 25.000 per kilogram, sampai pasar dijual kembali harga Rp. 35.000 sampai Rp. 45.000 per kilogram.
Cukup jauh dibandingkan harga bawang putih China, yang hanya Rp. 7.000 sampai Rp. 8.000 per kilogram sampai di Indonesia.
Kondisi seperti inilah yang menyebabkan, keputusan impor dilakukan. Karena biaya impor lebih murah dibandingkan jika harus memaksa produksi dalam negeri.
Faktor Iklim Dan Produksi Bawang Putih Dalam Negeri
Bawang putih merupakan salah satu tanaman sub tropis yang tumbuh dengan baik di wilayah 4 musim cenderung dingin kering.
Di wilayah beriklim tropis seperti Indonesia, bawang putih tumbuh dengan baik di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.
Membutuhkan suhu dingin berkisar 26 sampai 22 derajat celcius, dingin kering dan hari hujan sedang.
Bawang putih dikategorikan sebagai komoditi pertanian yang rentan gagal, karena sifatnya yang sensitif terhadap perubahan cuaca sehingga mempengaruhi kerentanannya pada serangan hama dan penyakit tanaman.
Di Indonesia daerah yang cukup potensial dalam pengembangan budidaya bawang putih adalah Batu, Malang, Temanggung, Tegal, Batang, Karanganyar dan Sembalon.