Mohon tunggu...
dodi dinar
dodi dinar Mohon Tunggu... Lainnya - mahasisa

Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Seorang Anak yang Baik

17 Mei 2020   07:58 Diperbarui: 17 Mei 2020   13:44 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi saling menarik. (sumber: pixabay)

Bisa dibilang, mata air yang tersisa adalah yang sekarang Beni datangi. Beni merasa bahwa pantas saja beberapa orang tidak puas. Situasi kekurangan air membuat beberapa orang menjadi tamak agar air yang mengalir ke lahannya lebih banyak.  

Namun jelas ini merugikan pihak lain. Sejenak Beni berpikir. Mungkin ada sedikit jalan yang bisa ia buat sekarang, supaya kejadian semalam tidak terjadi lagi. Supaya tidak memupuk sikap saling iri antara satu dengan yang lain.  

Lalu ia membuat saluran kecil yang bisa menghubungkan air dari mata air ke lahan penduduk sekitar. Tidak ada yang untung dan tidak ada yang rugi. Ia menghubungkan semua saluran yang dulu digali oleh pemilik lahan menjadi satu saluran, sehingga air mengalir dengan lancar.

"Oke deh. Beginikan lebih bagus" Kata Beni dalam hati.

Beni hafal betul dengan kondisi lahan dan saluran air di sana, selain karena ia sering lewat jalur tersebut untuk mencari kayu bakar, ia juga sempat bekerja sebagai buruh ketika menggarap lahan dan memanen hasil. Setelah urusannya selesai, ia bergegas kembali ke rumah dan mengisi tong-tong yang ada.

"Nak kenapa lama sekali?" Tanya ibunya

"Tidak bu, tadi saya keliling cari kayu" Jawab Beni

Ia terus melakukan hal yang sama selama liburan sekolahnya dan lama kelamaan menjadi rutinitas setiap pagi harinya ketika pergi ke mata air. Ia selalu menyempatkan diri membuka saluran ke lahan penduduk.

Membersihkan saluran ketika tersumbat oleh kotoran baik itu daun-daun atau tanah. Ia selalu memastikan bahwa air tersebut mengalir lancar ke lahan sayur penduduk setempat. Ia melakukan ini atas dasar kemauan sendiri dan secara sadar, tanpa pernah mengharapkan imbalan. Karena bagi dia, seperti kata ibunya. Air di mata air berhak digunakan oleh siapa saja.

Tidak ada yang mengatakan bahwa air itu miliki seorang saja. Bagi dia, nilai luhur yang terkandung dari mata air itu adalah kekuatan yang menyatukan kita semua. Nenek moyang menitipkan ini agar digunakan dengan baik. Dan tugas kita menjaga rumah tempat mereka tinggal. Dan bagi Beni sendiri, semoga kejadian dulu itu tidak terjadi lagi sekarang.

Semua ini berjalan dengan sangat baik untuk waktu yang lama. Hingga suatu sore, warga kaget melihat lahan sayur mereka yang akan dipanen berhamburan sembarangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun