"Nak kamu bisa pergi mencari obat di kebun belakang rumah?" Pinta ibunya
"Baik bu"
"Cari daun jarak ya nak, kalau engak daun camas ya nak" Dalam tradisi orang manggarai, kedua jenis daun ini biasa dipakai untuk menurunkan panas sebagai Pertolongan Pertama pada Kecelakaan. Beni memberanikan diri menembus gelapnya malam, meski ia sebenarnya takut. Tetapi ia teringat akan ayahnya yang terbaring lemas. Sekitar 30 menit berlalu ia berhasil menemukan dedaunan yang diminta ibunya
"Sepertinya ini daun yang diminta ibu" Tandas Beni
Ia pun kembali ke rumahnya. Tetapi di tengah jalan ia mendengar suara kasak kusuk dari antara semak belukar. Sejujurnya ia sangat takut. Takut di sangka sebagai pencuri. Ia perlahan berjalan mendekati sumber suara dan samar-samar melihat ada 3 sampai 4 orang sedang bertengkar di sana.Â
Rata-rata mereka berumur 30 tahun. Ia tidak tahu apa yang sedang mereka peributkan, namun ia melihat salah satu dari keempat orang itu membawa parang yang panjang. Seketika ia sangat takut dan bingung apa yang harus ia lakukan.
"Bapa jangan seenaknya saja memutuskan begini dong" Kata seorang dari keempat orang tersebut.
"Tidak  bisalah. Masa bapak egois sekali" Kata seorang yang lain.
Mereka terlibat pertengkaran adu mulut yang panjang. Dan sepertinya tidak ada yang mau mengelah.
"Om Ari, ini air milik bersama. Jadi sudah sepantasnya kita memakai secara bersama juga"
Sepertinya itu Om Ari dan beberapa tetangganya. Mereka sepertinya memperebutkan siapa yang terlebih dahulu sampai ke Ulu wae (mata air) supaya bisa dialirkan ke lahan terdekat. Beni semakin takut jika ia berlama-lama keberadaannya akan ketahuan. Ia melangkah pelan menjauh dari tempat ia menguping tadi. Dan sejadinya mempercepat langkahnya menuju rumah.