Ibunya tahu ini adalah pukulann telak bagi anaknya. Ia memeluk tubuh anaknya yang sangat lemas. Bahkan untuk menengadah saja anaknya sudah tidak bisa lagi. Matanya yang sembab karena air mata lemas tak berdaya.
"Ibu.... tolong saya bu. Saya tidak pernah mencuri bu" Kata Beni dengan suara yang masih tersisa.
"Ia nak, ibu tahu kamu tidak pernah mencuri nak. Ibu tahu kamu anak yang paling baik" Kata Ibunya mencoba tegar.
"Selamat pagi semuanya, apa yang sedang terjadi di sini?" Sapa Tua adat yang muncul dari kerumunan orang banyak. Rupanya kejadian pagi ini sudah sampai ke telinga tua adat. Ia melihat Beni dan Ibunya terduduk lemas di lantai dengan Beni yang masih dalam dekapan ibunya.Â
Kemudian tua adat memanggil Pak RT dan beberapa orang yang terlibat. Mereka pergi ke bagian lain dari rumahnya Pak RT. Setelah berbicara panjang lebar selama sekitar 30 menit. Tua adat mengambil alih situasi.
"Selamat pagi saudara semua. Saya telah mendengar pristiwa yang terjadi pagi ini. Dan sepertinya ada kesalahpahaman di sini. Â Kalau begitu mari kita membahasnya di Mbaru Tembong" Kata tua adat.
"Mana anakku? Mana anakku?" Ayahnya tiba-tiba muncul dari kerumunan orang. Langsung memeluk anaknya yang sudah tidak bertenaga lagi. Ayahnya yang sedang sakit datang dengan Naldy adiknya. Langsung memeluk tubuh lemas anaknya. Ia merasa gagal menjadi ayah hari ini. Anaknya yang rajin dituduh untuk suatu hal yang tidak pernah ia lakukan.
"Ayah, maafin Beni ayah. Beni anak yang jahat ayah" Katanya dengan pelan.
"Tidak nak. Kamu anak yang paling baik bagi ayah. Kamu tidak pernah melakukan hal yang tidak terpuji nak" Kata ayahnya dengan mata sembab.
Ia tahu anaknya tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Apalagi sampai mencuri.
"Domi, ayo kita ramai-ramai ke Mbaru Tembong. Kita bahas semuanya di sana" Kata Tua Adat.