Ternyata tidak setiap jadwal pramuka harus keluar kelas, niat hati ingin mengabadikan wajah sendu ditambah paras yang membuat netra tidak ingin berpaling darinya. Aku bersabar menunggu Rabu depannya, begitu seterusnya, karena aku tidak tahu jadwal pastinya.
***
"Maaf Mba."
Aku terperanjat, ada tangan yang menyentuh bahuku.
"Aada apa Mas."
Seketika darah mengalir ke otak, jantung berirama sangat keras, peluh pun ikut keluar. Ternyata pembina pramuka yang tak pernah kukenal namanya, telah tepat berada di depanku.
Aku yang sempat kecewa tidak bisa bertemu dengannya, berubah 180 derajat. Dengan basa basi, dia menawarkan pekerjaan sebagai pembina pramuka, sebagai asistennya.
Tanpa ragu aku langsung mengiyakan, kami saling bertukar nomor ponsel, untuk mengabarkan kapan aku mulai mengajar.
Akhirnya aku tahu siapa namanya, setelah dua bulan menjadi pengagum rahasianya.
"Siapa tadi? Lumayan tampan" Tanya Ibuku sedikit meledek.
"Ya ampun Mah, segitu gantengnya dibilang lumayan, seneng banget deh Mah, dia nawarin pekerjaan jadi guru Pramuka."