Mohon tunggu...
Djumiatun SR
Djumiatun SR Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Hobi membaca, menambah ilmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadiah Kejutan untuk Bu Guru

17 November 2024   10:46 Diperbarui: 17 November 2024   10:54 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teng teng teng bunyi bel istirahat, di sebuah SD negeri 1 desa Pekuncen. Sebuah desa di lereng bagian barat gunung Slamet. Anak-anak berhamburan keluar kelas menuju penjual makanan di luar pagar sekolah. Anak-anak kelas 5, tetap berada di ruangan. Anto si ketua kelas 5, berdiri di depan.

"Teman-teman, akhir bulan depan bu Risma ulang tahun. Bagaimana kalau kita memberinya kado ulang tahun sebagai kejutan? Kalian setuju nggak?" tanya Anto. 

Teman sekelas menyetujuinya. Mereka lalu membahas kado apa yang akan mereka berikan. 

"Kita belikan baju saja, buat bu Guru dan pak Andi, suaminya," usul Bambang.

"Kita kan nggak tahu ukurannya. Nanti kekecilan atau kebesaran. Masa disuruh nyoba dulu, nggak lucu, ah!" protes Arum.

"Iya juga, masa nanya ukuran. Ketahuan mau kasih kado. Ini kan kejutan," kata Mutiara yang dipanggil Muti, tidak setuju.

"Ada yang punya ide?" tanya Anto, "Ndut, biasanya kamu banyak ide!" pintanya.

"Lah, nggak tahu Aku. Belum kepikiran. Serahkan saja ke anak perempuan. Mereka kan, biasa belanja," tolak Andut.

Kelas menjadi hening. Semua murid berpikir. Ketua kelas menatap satu persatu wajah teman-temannya dengan penuh harap. Tapi semua hanya menggeleng. Setelah mengembuskan napas keras, Anto memberikan keputusan sementara.

"Cepetan dong apa usulan kalian. Tinggal sebulanan nih ulang tahunnya. Kita masih bisa nabung sebulan," katanya.

Belum sempat ada yang menjawab, bel masuk berbunyi. "Pokoknya mulai besok kalian harus nabung ya. Nanti istirahat kedua kita bicarakan lagi!" semua menerima keputusan ketua kelas.

Anto menghapus papan tulis hingga bersih. Anak-anak mengambil uang dengan terburu-buru untuk jajan. Yang membawa bekal langsung membuka tempat air bekal lalu minum beberapa teguk. Belum lagi sempat keluar kelas untuk jajan atau makan bekal yang dibawa, bu Guru sudah di depan pintu. Anto buru-buru kembali ke tempat duduknya.

"Anak-anak, buka bab 5. Ibu mau mengulang pelajaran tadi," pinta bu Risma.

Anak-anak membuka buku pelajaran matematika dengan tidak berminat. Pikiran mereka masih dipenuhi dengan kado ulang tahun. Mereka saling bisik. Di depan, bu Risma menjelaskan sambil menulis di papan tulis. Setelah selesai menulis, bu Risma balik badan menghadap murid-murid. Melihat murid-muridnya tidak fokus, bu Risma menegur dengan nada tinggi.

"Kalian ini ada apa? Sebelum istirahat kalian baik-baik saja!" tegur bu Risma dilanjutkan dengan nasehat-nasehat.

Para murid terdiam menunduk. Mereka tidak berani menatap guru mereka. Beberapa murid ada yang mencuri-curi pandang.

Terdengar ketukan di pintu. Setelah dipersilakan masuk, pintu terbuka. Bu Sukma, guru kesenian masuk, "selamat siang bu Risma."

"Selamat siang," jawab bu Risma, sambil membereskan meja. 

Pelajaran berikutnya diikuti siswa lumayan serius, karena mereka akan mengikuti festival Lengger tingkat SD se kabupaten.

Bel istirahat kedua berbunyi. Anak-anak merasa sangat haus dan lapar.

"Jangan lama-lama jajannya!" teriak Anto mengingatkan teman-temannya untuk kembali membahas soal kado.

Rini, Muti dan Arum membuka bekalnya. Mereka saling bertukar bekal. Ketiganya makan dengan lahap. Anto tidak sabar menyuruh teman-temannya berkumpul. 

"Jajannya dimakan di kelas saja!" perintahnya. 

Murid-murid kelas 5 yang jajan di luar, berlarian menuju kelas membawa makanan dan minuman. Mereka berdiskusi sambil makan dan minum.

"Gimana temen-temen, dah ada ide belum?" tanya Anto.

"Belum!" ... "Belum" ... "Aku juga belum!" jawab anak-anak bersahutan. Kelas menjadi sedikit gaduh. Anto menenangkan.

"Kita kan harus latihan menari setiap hari! Yaudah, mulai hari ini kalian kumpulkan sisa uang jajan, ya. Takutnya nanti, barang yang kita beli harganya mahal."

"Iurannya jangan mahal-mahal!" seru Rini.

"Seratusanlah. Jaman sekarang, barang bagus mana ada yang murah!" seru Agus, anak yang paling tengil, putra pemilik toko bangunan.

"Kita, kan, 40 orang Gus! Masa 100 ribuan. Yang bener aja!" sergah Andut.

"Kita belikan perhiasan emas," katanya sambil nyengir.

"Huuuuuu," seru teman-temannya.

"Kamu jangan mentang-mentang Gus! Inget yang lain," kata Anto mengingatkan.

"Kalau iuran 10 ribu, terkumpul 400 ribu. Kita belikan apa?" lanjut Anto.

"Nanti aku nanya Mama aku ya," kata Arum, putri kepala kantor BRI. "Kalau misalnya kurang, apa temen-temen mau nambah?" sambungnya.

"Jangan banyak-banyak!" sahut Aisya.

"Iya betul. Paling banyak nambah 5 ribu," usul Andut.

"Oke, aku setuju usulan Andut. Tapi Rum, usahakan seharga 400 ribu. Kalau bisa jangan nambah," kata Anto.

Arum hanya mengangguk. Bel masuk berbunyi. Anak-anak segera menghabiskan makanan dan minumannya. Bungkus makanan dan minuman dibuang di tempat sampah di depan pintu kelas.

Sebulan berlalu, Arum diantar mamanya ke kota kabupaten untuk membeli kado. Keduanya membeli kado sebuah tas dengan warna dan model terbaru. Harganya 350 ribu. Sisanya untuk membeli sepatu yang cocok dipakai bersama tas.

"Rum, memang kamu tau nomor sepatu bu Risma?" tanya Anton khawatir dengan hadiah kejutan mereka.

"Nanyalah. Jangan khawatir, pura-pura Mama aku salah beli. Bu Risma mau, kebetulan nomornya sama."

"Harga tas 350 ribu, memang sepatunya berapa?" tanya Andut.

"Sepatunya 100 lebih dikit. Tapi Mama yang nambahin. Jadi iurannya tetap nggak nambah!"

"Terima kasih Arum, tolong sampaikan ke Tante rasa terima kasih kami," kata Anton mewakili teman-temannya. 

Hari Ulang Tahun bu Risma pun tiba. Begitu bel masuk berbunyi, anak kelas 5 sudah rapi berdiri menyambut kedatangan guru kelas mereka. Kepala Sekolah, Petugas Administrasi dan penjaga sekolah juga diundang. 

Begitu Bu Risma muncul di pintu, langsung mendapat sambutan lagu ulang tahun.

"S'lamat Ulang Tahun. S'lamat Ulang Tahun. S'lamat Ulang Tahun bu Risma ... S'lamat Ulang Tahun." 

Murid-murid memberi kejutan, membuat bu Risma terharu hingga meneteskan air mata. 

Kue tart cantik dengan lilin-lilin kecil menyala, sumbangan ibunya Muti. Di sampingnya, sebuah dus terbungkus kertas kado diikat pita yang disimpul cantik. Kado ulang tahun hasil patungan. 

Sebelum dibungkus anak-anak sudah melihatnya. Sebuah tas wanita berwarna coklat kekuningan buatan dalam negeri. Modelnya bagus sekali seperti tas import. Sebuah sepatu dengan tumit tinggi dan warna senada, bagian depan runcing, dengan hiasan sederhana tapi cantik.

"Arum, cantik sekali kaya dari luar negri," komentar Rini. Semua setuju.

Kepala sekolah dan para undangan masuk kelas. Bu Risma langsung menyambut, sambil tersenyum lebar.

"Ini kejutan dari anak-anak, Bu."

"Berarti anak-anak sayang sama bu Risma. Silakan di lanjutkan acaranya."

Kepala sekolah dan undangan duduk di bangku paling depan. Bu Risma memejamkan mata berdoa, lalu meniup semua lilin hingga padam. Semua bertepuk tangan gembira. Anton mengucapkan sambutan.

"Bu Risma, Ibu Kepala Sekolah, ibu-ibu dan bapak-bapak undangan, serta teman-teman semua, selamat pagi," dijawab serempak oleh yang hadir di situ. 

"Selamat ulang tahun, bu Risma. Atas nama teman-teman, saya mengucapkan banyak terima kasih. Selama ini Ibu telah membimbing dan memberikan ilmu kepada kami. Kami sangat menyayangi Ibu." 

Anton diam sejenak, lalu, "bu Risma ...," teriaknya.

"Is the best!" disambut teriakan semua anak.

Bu Risma sangat terharu. "Terima kasih anak-anak, terima kasih semuanya ...."

Kepala Sekolah dan Undangan pun ikut terharu. Acara ulang tahun menjadi sangat semarak. Bu Risma dibantu Muti memotong kue. Potongan pertama diberikan kepada Kepala sekolah. Potongan kedua dan seterusnya diberikan kepada para undangan, dan potongan terakhit untuk diri sendiri. 

Arum keluar sebentar, kemudian masuk membawa 10 gelas air minum kemasan. Kemudian diberikan kepada para undangan termasuk bu Risma.

"Kalian minum air bekal sendiri ya," kata Arum nyengir. 

Teman-temannya hanya tertawa.

Rini dan Retno membagikan bungkusan paket cantik berpita. Setiap paket berisi permen, coklat, sekotak susu coklat UHT dan camilan kemasan lain. 

"Muti, itu kuenya dipotong-potong untuk kalian semua," perintah bu Risma.

"Untuk para Guru saja, Bu. Kami sudah dapat ini," jawab Muti sambil mengangkat paket cantik ulang tahun.

Hari itu semua gembira. Pesta ulang tahun berakhir, Kepala sekolah dan undangan lain kembali ke tempatnya masing-masing, pelajaran hari itu kembali dimulai.

____________________

Jakarta, November 2024

Bionarasi Penulis:

Djumiatun SR, dengan nama komunikasi Atun Nugroho dan Nama Pena Ruby Ng, adalah Penulis kelahiran Purwokerto yang kini bermukim di Jakarta adalah seorang pensiunan BUMN. Penulis sedang mencoba berlatih membuat cerpen. Penulis bisa dihubungi melalui:

IG: @ruby.ng52 ; FB: @Djumiatun Sr

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun