Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Candi Prambanan Berhasil Disusun Kembali oleh "Zoeker" dan "Steller"

29 Maret 2022   08:17 Diperbarui: 30 Maret 2022   10:30 3114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Batu-batu candi  yang masih berserakan di kompleks Candi Prambanan yang diselimuti debu Merapi (Sumber: tribunnews.com)

Megah atau indahnya Candi Gana, sangat tergantung dari pekerja lapangan yang disebut "zoeker" (Bahasa Belanda, pencari) dan "steller" (Bahasa Belanda, penyetel). 

Tanpa peran mereka, mustahil sebuah candi dapat dipugar. Sebelum pemugaran candi dilaksanakan, "zoeker" bertugas mencari dan mengumpulkan batu-batu candi yang runtuh dan berserakan. 

Setelah batu-batu candi terkumpul, kemudian "steller" bertanggung jawab menyetel dan "menjodohkan" batu-batu candi sehingga bentuk candi dapat diketahui.

Baca juga [Agar Candi Menarik Diperlukan Keterampilan Menjodohkan Batu]

Uniknya, keahlian mencari, mengumpulkan, memilih, dan menyetel batu-batu candi tidak diperoleh dari pendidikan formal. Selama bertahun-tahun mereka belajar langsung dari para "zoeker" dan "steller" pendahulu. 

Menjadi "zoeker" dan "steller" tidak bisa didapat dari bangku sekolah dan kuliah, mesti diraih dengan kemauan, ketekunan, keuletan, dan kesabaran dalam belajar/kerja.

Saya ingat "zoeker" dan "steller" masa 1980-an disebut mbah. Mungkin karena keahlian 'menjodohkan' batu candi. Mbah Kasido dan Mbah Arjo Kimin, demikian sedikit nama yang pernah saya wawancarai pada 1987. 

Kebanyakan dari mereka berpendidikan rendah dan buta huruf. Tapi jasa mereka untuk menampakkan ujud candi sangat besar.

Kehadiran "zoeker" dan "steller" inilah yang menjadi salah satu kunci keberhasilan dari kegiatan pemugaran cagar budaya.  

Bayangkan, susunan batu-batu candi tidak mengunakan semacam semen atau perekat. Antarbatu hanya saling dikaitkan, yakni antara batu-batu yang terletak di kanan-kiri dan atas-bawah. Meskipun begitu, tingkat presisi dan tingkat kekuatan candi amat tinggi.

Saya pernah nulis [Zoeker dan Steller Ahli Menjodohkan Batu Candi]

Nah, 'jodoh' antarbatu inilah yang dicari mereka. Setelah dianggap cocok lalu diberi tanda dan dikumpulkan di tempat khusus. 

Karena setiap batu memiliki bentuk unik, maka tidak sembarang batu bisa secara mudah dipasangkan. Memasang batu-batu candi ibarat permainan puzzle. Salah sedikit saja, tidak mungkin terselesaikan. Soalnya adalah setiap batu sudah memiliki pasangan tetap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun