Mohon tunggu...
Wisnu Djatiprasodjo
Wisnu Djatiprasodjo Mohon Tunggu... Freelancer - Wisnu DjatiPrasodjo adalah freelancer blogger.

Wisnu DjatiPrasodjo is the best

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Kutukan Kota Asmara: Bayang-Bayang yang Kembali

14 Agustus 2024   05:13 Diperbarui: 14 Agustus 2024   08:53 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kutukan Kota Asmara/Dok Pribadi 

Sejak Raka dan Saskia lolos dari cengkeraman Ibu Malam, hidup mereka belum pernah benar-benar tenang. Raka, seorang atlet renang yang dulu penuh semangat, kini sering terbangun di malam hari dengan napas tersengal-sengal, dihantui oleh mimpi buruk yang terasa begitu nyata. Di balik semua ini, Saskia tidak pernah berhenti berusaha mencari jawaban tentang siapa sebenarnya Ibu Malam dan mengapa wanita itu begitu terobsesi dengan Raka.

Saskia tahu bahwa dia tidak bisa melakukannya sendirian. Dia memutuskan untuk meminta bantuan dari sahabatnya, Arina, seorang peneliti yang cerdas dan intuitif. Arina adalah seseorang yang selalu tertarik pada hal-hal misterius, dan dia tak ragu untuk membantu Saskia mengungkap masa lalu kelam yang terus menghantui mereka.

Suatu malam, saat Saskia sedang mempersiapkan buku-buku dan catatan penelitian yang telah ia kumpulkan, Raka tiba-tiba terbangun dari tidur dengan wajah pucat. Ia berkata dengan suara gemetar, "Aku bermimpi tentang Sinta lagi, Saskia. Dia... dia muncul dengan pakaian yang sama seperti terakhir kali kita bertemu. Seolah-olah dia ingin mengatakan sesuatu, tapi aku tidak bisa mendengarnya."

Saskia mengelus lengan Raka, berusaha menenangkannya. "Itu hanya mimpi, Raka. Mungkin itu hanya kenangan yang muncul kembali karena semua tekanan ini."

Raka menggeleng pelan. "Tidak, Saskia. Ini lebih dari sekadar mimpi. Rasanya seperti... seperti ada sesuatu yang menghubungkannya dengan Ibu Malam. Seolah-olah Sinta mencoba memperingatkan kita."

Saskia menatap Raka dengan cemas. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar mimpi buruk. Ia dan Arina harus bekerja lebih cepat untuk mengungkap kebenaran di balik kutukan ini.

***

Sementara itu, Arina sedang meneliti sejarah Kota Asmara di perpustakaan lokal. Setelah berjam-jam mencari tanpa hasil, ia akhirnya menemukan catatan lama yang menyebutkan seorang wanita bernama Nyai Saraswati, seorang penyihir yang pernah hidup di kota itu ratusan tahun yang lalu. Di dalam catatan itu, Arina menemukan sesuatu yang mengejutkan: Nyai Saraswati ternyata memiliki seorang anak perempuan yang diculik dan dibunuh oleh para prajurit kerajaan. Kemarahan dan kesedihan yang mendalam inilah yang membuat Nyai Saraswati berubah menjadi Ibu Malam, roh penuh dendam yang bertekad untuk menghancurkan semua kebahagiaan di kota itu.

Arina segera menelepon Saskia dan menceritakan apa yang ia temukan. "Saskia, aku pikir kita sudah menemukan alasan di balik semuanya. Ibu Malam, atau Nyai Saraswati, kehilangan putrinya karena pengkhianatan dari orang-orang kerajaan. Dan... Raka adalah keturunan dari salah satu prajurit yang terlibat dalam tragedi itu."

Saskia terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Jadi, itulah mengapa dia begitu terobsesi dengan Raka. Dia ingin membalas dendam atas kehilangan yang dialaminya."

"Benar," jawab Arina. "Dan kemungkinan besar, Sinta... dia mungkin terlibat sebagai perantara atau alat yang digunakan Ibu Malam untuk terus menghantui Raka."

Saskia tahu mereka harus menghadapi Ibu Malam sekali lagi, tapi kali ini mereka harus lebih siap. Dengan bantuan Arina, Saskia mempersiapkan diri untuk memanggil Ibu Malam, berniat untuk berbicara dengannya dan mencoba mengakhiri kutukan yang menjerat mereka semua.

***

Malam itu, ketika Raka tertidur, Saskia dan Arina memulai ritual untuk memanggil Ibu Malam. Kabut tebal perlahan menyelimuti ruangan, dan tiba-tiba sosok Ibu Malam muncul di hadapan mereka. Wajahnya penuh kebencian dan kesedihan yang mendalam.

"Apa yang kalian inginkan dariku?" Suara Ibu Malam terdengar dingin, penuh amarah.

Saskia memberanikan diri untuk berbicara. "Ibu Malam, kami tahu tentang putrimu, dan kami mengerti rasa sakit yang kau rasakan. Tapi terus menghantui Raka tidak akan mengembalikan putrimu."

Mata Ibu Malam menyala tajam. "Kau tidak tahu apa-apa tentang penderitaanku! Anak itu adalah segalanya bagiku, dan mereka merenggutnya dariku. Aku akan membuat mereka semua membayar, termasuk keturunan pengkhianat itu!"

Arina melangkah maju. "Kami tidak ingin melawanmu, Nyai Saraswati. Kami ingin membantu menyelesaikan ini dengan damai. Tidak ada yang akan menang jika dendam ini terus berlanjut."

Ibu Malam terdiam sejenak, seolah-olah ada konflik batin yang terjadi dalam dirinya. Namun, kebencian dan dendamnya terlalu kuat untuk diabaikan. "Jika kau ingin membantu, maka serahkan anak itu kepadaku. Biarkan aku membawanya ke dunia lain dan membalaskan dendamku."

Raka, yang tiba-tiba terbangun, langsung berdiri di hadapan Saskia dan Arina. "Aku tidak akan lari lagi. Jika ini memang takdirku, aku akan menghadapinya."

Saskia tidak bisa menahan air matanya. "Raka, tidak! Kita bisa menemukan cara lain."

Namun, sebelum Saskia bisa melakukan sesuatu, Ibu Malam mengangkat tangannya, dan seketika mereka bertiga---Raka, Saskia, dan Arina---dibawa ke dunia lain, dunia penuh bayangan dan kegelapan.

Di dunia itu, mereka bertemu dengan Sinta, yang tampak berbeda dari biasanya. Sinta mendekati Raka dengan tatapan sedih. "Aku tidak ingin terlibat dalam ini, Raka, tapi Ibu Malam membuatku seperti ini."

Raka menatap Sinta, mencoba memahami situasinya. "Sinta, aku minta maaf atas semuanya. Ini bukan salahmu."

Sinta menggeleng. "Ini bukan tentang salah atau benar, Raka. Ini tentang melepaskan semua yang pernah ada. Aku harus melupakanmu untuk bisa bebas."

Ibu Malam muncul di antara mereka, dengan senyum penuh kemenangan. "Sudah waktunya untuk memilih, Raka. Apakah kau akan tinggal di sini dan memenuhi takdirmu, atau... kau akan meninggalkan segalanya?"

Raka menatap Saskia, yang selama ini berada di sampingnya. "Aku tidak bisa menyerahkan hidupku begitu saja. Aku memilih untuk hidup, bersama orang yang kucintai."

Saskia mendekati Raka dan meraih tangannya. "Kita akan melawan ini bersama, Raka."

Ibu Malam, melihat keputusan mereka, menyeringai marah. "Kalian pikir kalian bisa lari dari takdir kalian? Kalian salah!"

Namun, sebelum Ibu Malam bisa menyerang, Arina membaca mantra dari buku yang dibawanya, dan perlahan, dunia gelap di sekitar mereka mulai memudar. Ibu Malam berteriak dalam kemarahan, tapi tak ada yang bisa ia lakukan ketika kekuatannya perlahan menghilang.

Saskia, Raka, dan Arina kembali ke dunia nyata, terengah-engah dan penuh dengan kelelahan. Sinta, yang kini terbebas dari kutukan, menatap Raka dengan senyum samar. "Selamat tinggal, Raka. Ini adalah perpisahan terakhir kita."

Dengan itu, Sinta menghilang, meninggalkan Raka dan Saskia yang kini berpelukan erat, berusaha menyerap kenyataan bahwa mereka akhirnya terbebas.

Malam itu, setelah semua berakhir, Saskia dan Raka duduk berdua di tepi danau tempat Raka biasa berlatih. Dalam keheningan malam, mereka berbicara tentang masa depan, tentang bagaimana mereka akan melanjutkan hidup tanpa bayang-bayang masa lalu yang terus menghantui.

Raka menatap Saskia dalam-dalam, merasa bersyukur bahwa ia tidak harus menjalani semua ini sendirian. Mereka saling mendekat, dan untuk pertama kalinya sejak lama, Raka merasakan kedamaian yang tulus. Di bawah sinar rembulan, mereka berbagi ciuman yang penuh dengan janji akan hari esok yang lebih baik, tanpa bayangan kelam yang mengintai.

Sementara itu, di suatu tempat yang jauh, Ibu Malam kini hanyalah bayangan yang pudar, akhirnya bisa beristirahat dengan tenang, membawa kenangannya bersama, meninggalkan kota dan mereka yang pernah dihantuinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun