"Benar," jawab Arina. "Dan kemungkinan besar, Sinta... dia mungkin terlibat sebagai perantara atau alat yang digunakan Ibu Malam untuk terus menghantui Raka."
Saskia tahu mereka harus menghadapi Ibu Malam sekali lagi, tapi kali ini mereka harus lebih siap. Dengan bantuan Arina, Saskia mempersiapkan diri untuk memanggil Ibu Malam, berniat untuk berbicara dengannya dan mencoba mengakhiri kutukan yang menjerat mereka semua.
***
Malam itu, ketika Raka tertidur, Saskia dan Arina memulai ritual untuk memanggil Ibu Malam. Kabut tebal perlahan menyelimuti ruangan, dan tiba-tiba sosok Ibu Malam muncul di hadapan mereka. Wajahnya penuh kebencian dan kesedihan yang mendalam.
"Apa yang kalian inginkan dariku?" Suara Ibu Malam terdengar dingin, penuh amarah.
Saskia memberanikan diri untuk berbicara. "Ibu Malam, kami tahu tentang putrimu, dan kami mengerti rasa sakit yang kau rasakan. Tapi terus menghantui Raka tidak akan mengembalikan putrimu."
Mata Ibu Malam menyala tajam. "Kau tidak tahu apa-apa tentang penderitaanku! Anak itu adalah segalanya bagiku, dan mereka merenggutnya dariku. Aku akan membuat mereka semua membayar, termasuk keturunan pengkhianat itu!"
Arina melangkah maju. "Kami tidak ingin melawanmu, Nyai Saraswati. Kami ingin membantu menyelesaikan ini dengan damai. Tidak ada yang akan menang jika dendam ini terus berlanjut."
Ibu Malam terdiam sejenak, seolah-olah ada konflik batin yang terjadi dalam dirinya. Namun, kebencian dan dendamnya terlalu kuat untuk diabaikan. "Jika kau ingin membantu, maka serahkan anak itu kepadaku. Biarkan aku membawanya ke dunia lain dan membalaskan dendamku."
Raka, yang tiba-tiba terbangun, langsung berdiri di hadapan Saskia dan Arina. "Aku tidak akan lari lagi. Jika ini memang takdirku, aku akan menghadapinya."
Saskia tidak bisa menahan air matanya. "Raka, tidak! Kita bisa menemukan cara lain."