Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Serunya Mengurus Haji Sendiri

3 Agustus 2019   17:53 Diperbarui: 7 Agustus 2019   21:16 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pengurusan Visa (Dokpri)

Pergi haji merupakan kewajiban setiap muslim bagi yang mampu sekali seumur hidupnya. Namun semakin banyaknya populasi umat muslim di dunia ini dan terbatasnya tempat di Masjidil Haram membuat semakin panjang waktu tunggu untuk pergi haji.

Sekarang saja sudah ada yang bahkan menanti hingga 31 tahun ke depan! Sementara rata-rata waktu tunggu berkisar antara 15-20 tahun untuk WNI, sehingga ada yang nekat menumpang kuota negara lain baik secara legal maupun ilegal.

Mengurus haji sebenarnya tidak sulit, namun juga tidak mudah-mudah amat. Syaratnya juga mudah, ada uang muka sebesar 25 Juta untuk "nge-tag" tempat alias mengambil nomor porsi haji, lalu tinggal tunggu tahun keberangkatan baru dilunasi maksimal empat bulan sebelum keberangkatan.

Lalu KTP, KK, dan BPJS serta surat keterangan sehat dari puskesmas setempat. Di beberapa Kantor Kementerian Agama (Kandepag) setempat, terutama yang waktu tunggunya pendek, harus menyertakan surat keterangan domisili untuk yang KTP-nya berbeda dengan alamat tinggal.

Namun sayangnya semua harus diurus pada hari kerja. Untuk para pekerja atau karyawan tentu cukup menyulitkan karena harus sering izin atau terpaksa cuti sehari demi mengurus segala tetek bengek dokumen haji. Kalau tahap pertama sih tidak terlalu sulit, tinggal melunasi uang muka di bank, lalu bawa selembar surat keterangan ke Kandepag setempat dengan membawa persyaratan lainnya. Cukup ambil dua-tiga hari cuti selesai urusan.

Repotnya pada saat masa pelunasan nanti karena harus bolak-balik mulai dari pengurusan di bank, pemeriksaan kesehatan, hingga pendaftaran di Kandepag semuanya. Biasanya para karyawan atau pekerja tidak mau pusing dengan mempercayakan pengurusannya pada KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) karena sulitnya memperoleh izin dari kantor, sekalian juga buat latihan manasik haji.

Saya sendiri melunasi uang muka sekitar tujuh tahun lalu dan Alhamdulillah tahun ini dipanggil untuk berangkat ke Tanah Suci. Proses pelunasan uang muka berlangsung lancar karena begitu selesai membayar uang muka di bank saya langsung menuju Kantor Departemen Agama kota, diproses di sana sekalian diambil fotonya sekaligus dicetak ditempat.

Ketegangan baru dimulai menjelang tahun keberangkatan, karena sempat terjadi pengurangan kuota haji akibat proyek perluasan Masjidil Haram. Tahun keberangkatan sempat berubah-ubah, dari tahun 2019 jadi 2020, kadang 2021, lalu balik lagi 2019 setahun lalu. Menurut petugas Kandepag waktu saya mendaftar tujuh tahun lalu, para calon jamaah haji akan dipanggil melalui surat bila sudah pasti waktu pemberangkatannya.

Bulan Januari hingga Februari berlalu, belum ada tanda-tanda surat dari Kandepag datang, padahal teman-teman dan saudara yang mengurus lewat KBIH sudah mendapatkan pemberitahuan melalui KBIH masing-masing. Tadinya saya ingin mendaftar lewat KBIH, namun setelah dipikir-pikir waktunya sudah terlambat karena mereka sudah mulai sejak akhir tahun lalu. Akhirnya pertengahan Maret saya berinisiatif mendatangi bank untuk melunasi biaya haji karena sudah melihat status terakhir porsi haji yang menyatakan berangkat tahun 2019.

Petugas bank sempat bertanya apakah saya dan istri sudah cek kesehatan sebagai salah satu syarat pelunasan. Saya dengan pedenya mengatakan sudah, kayaknya tujuh tahun lalu saat pendaftaran. Petugas tampak tertawa kecil sambil menerima uang pelunasan.

"Saya cek dulu ya kelengkapan berkasnya, nanti saya telpon kalau sudah beres," kata petugas bank. Oh ya, jangan lupa bawa materai saat pelunasan karena akan dibubuhkan pada surat pelunasan haji.

Manasik Haji di Masjid Al Azhom (Dokpri)
Manasik Haji di Masjid Al Azhom (Dokpri)

Sore harinya saya ditelpon kalau surat pelunasan belum bisa diproses karena harus melampirkan hasil tes kesehatan secara online dari puskesmas setempat. Tanpa membuang waktu saya langsung menuju puskesmas yang hampir tutup.

Setelah ketemu ibu dokter, kita malah ditegur karena belum melakukan cek kesehatan, padahal peserta lain sudah jauh hari, bahkan ada yang dari bulan Desember tahun lalu. Bu dokter sebenarnya sudah menginfokan calon peserta haji melalui kader PKK Kelurahan untuk diteruskan ke RT/RW masing-masing. Namun rupanya info tersebut tidak sampai ke kami.

"Untung bapak ibu mencek ke sini, kalau tidak batal sudah berangkat hajinya," ujar bu dokter. "Tenang aja, masih belum terlambat kok, terakhir tanggal 15 April, jadi masih ada waktu tiga minggu lagi," lanjutnya.

Saya sempat gugup juga karena belum mengubah Kartu Askes menjadi KIS, tapi kata bu dokter gak masalah karena nomornya masih memakai nomor Askes. Untunglah hari itu dibawa jadi langsung difotokopi dan diserahkan saat itu juga. Bu dokter segera membuat surat rujukan general check-up untuk keperluan haji kepada rumah sakit atau klinik yang punya lab kesehatan.

Besoknya saya izin setengah hari untuk melakukan general check up di sebuah rumah sakit dekat rumah. Sempat lemes juga karena ternyata hasilnya baru bisa diambil seminggu kemudian atau paling cepat tiga hari kerja. Padahal hari itu sudah hari Jumat, artinya nyaris sama saja karena dipotong hari Sabtu dan Minggu.

Antri Menunggu Panggilan (Dokpri)
Antri Menunggu Panggilan (Dokpri)

Hari Rabu minggu berikutnya saya kembali izin setengah hari untuk mengambil hasil tes, menyerahkannya ke puskesmas untuk diinput di database calon jamaah haji. Lagi-lagi saya harus menunggu satu hari karena prosesnya cukup panjang untuk memasukkan data tersebut satu persatu.

Besoknya setelah ditelpon bu dokter, saya izin lagi untuk ke bank menyelesaikan pelunasan. Sayangnya surat pelunasan tidak bisa langsung diambil karena harus input data lagi, dan karena banyaknya jemaah yang melunasi hari itu terpaksa harus menunggu hingga sore hari.

Esoknya setelah izin atasan saya langsung ke bank mengambil surat pelunasan lalu berangkat ke Kandepag untuk memproses keberangkatan haji pada tahun ini. Tak lupa membawa semua berkas kelengkapan termasuk foto diri, paspor, KTP, KK, surat keterangan pelunasan, materai, beserta fotokopinya. Lalu kami dimasukkan dalam grup WA oleh Kasi Urusan Haji sehingga bisa update info tanpa harus menunggu surat-suratan lagi.

Proses Pengurusan Visa (Dokpri)
Proses Pengurusan Visa (Dokpri)

Minggu ketiga April kami dipanggil untuk pengurusan visa di Kanwil Menag di Serang untuk wilayah Banten. Duh lumayan jauh juga jaraknya dari Ciledug, jadi harus berangkat pagi-pagi. Setelah sampai antrian sudah cukup panjang, rupanya ada yang sudah datang dari subuh. Namun antrinya sih tidak terlalu lama, sekitar dua jam, tapi sempat sebel juga karena ketinggalan fotokopian surat pelunasan dan nyaris kembali pulang. Untungnya petugas haji bisa mengerti, yang penting bawa paspor sama KTP asli saja sudah cukup. 

Besoknya langsung dilakukan vaksin meningitis di masjid Al-Azhom Tangerang untuk mengejar target sebelum puasa selesai. Jujur saja fisik masih terasa lelah setelah baru saja pulang dari Serang. Namun demi keberangkatan tahun ini saya harus memaksakan diri di tengah kesibukan pekerjaan juga, karena kebetulan setelah vaksin saya harus pergi ke Bandung untuk menghadiri rapat penting. Beruntung antrian lumayan cepat, tak sampai satu jam, mungkin karena calon haji yang lain juga masih kelelahan akibat sehari sebelumnya sama-sama baru pulang dari Serang.

Tahap berikutnya adalah mengikuti manasik haji sebanyak 8 kali yang diselenggarakan oleh Kantor KUA di masing-masing kecamatan. Biasanya hal ini dilakukan sebelum puasa. Namun karena riuh rendah Pemilu, maka baru terselenggara setelah lebaran, mepet waktunya dengan keberangkatan kloter pertama.

Memang tidak wajib sih, tapi sebaiknya hadir karena banyak trik-trik yang disampaikan oleh narasumber. Misalnya agar tidak susah mengenali koper, beri tanda khusus di koper yang mudah terlihat. Lalu sebaiknya ke mana-mana jangan sendiri, sebaiknya berdua atau bertiga, malah lebih bagus dengan rombongan agar tidak kesasar walau sudah ada maps sekalipun.

Manasik Haji di Kecamatan (Dokpri)
Manasik Haji di Kecamatan (Dokpri)

Lagi-lagi manasik dilakukan pada hari kerja, jadi terpaksa harus curi-curi waktu untuk tetap bisa ikut. Wajarlah kalau banyak yang ikut KBIH karena waktunya terbatas. Barulah saat manasik besar di tingkat kota dilakukan di hari Sabtu dan Minggu sehingga bisa lebih leluasa untuk hadir. Sebenarnya materinya lebih banyak pengulangan sih, tapi tetap saja perlu supaya tidak cepat lupa. Intinya ibadah haji itu lebih dititikberatkan pada fisik, sementara bacaan hanya pelengkap saja agar lebih afdhol.

Setelah manasik tas haji dibagikan pada para calon jamaah haji untuk ditandai dan diisi perbekalan selama 42 hari di Arab Saudi. Ada tiga jenis tas yang dibagikan, tas besar untuk diisi maksimal 32 Kg, tas sedang untuk dibawa ke kabin dengan berat maksimal 7 Kg, dan tas kecil untuk diisi paspor dan ponsel.

Saya sendiri menyerahkan pada tukang sablon untuk menulis nama dan lain sebagainya agar tidak mudah luntur dan bisa dikenali dengan cepat dengan menggunakan tanda khusus yang telah ditetapkan oleh Kemenag.

Dua hari menjelang keberangkatan, tas besar wajib diserahkan ke Kandepag setempat untuk dicek dan dibawa ke asrama haji. Sementara kita sendiri membawa tas sedang dan tas kecil saja. Alhamdulillah hari Jumat kemarin tas sudah diserahkan dan kita mendapatkan SPMA (Surat Panggilan Masuk Asrama) Haji sebagai syarat untuk masuk ke asrama haji Pondok Gede. Selesailah sudah tahapan awal persiapan ibadah haji hingga menjelang keberangkatan.

Memang repot mengurus haji sendiri tanpa ikut KBIH, namun hati ini puas karena benar-benar mengikuti proses dari awal. Lagipula di tengah perjalanan banyak sekali ujian baik kepada diri sendiri maupun keluarga yang akan saya ceritakan pada bagian berikutnya.

Mohon doa restu karena besok pagi Insya Alloh akan masuk ke asrama haji Pondok Gede untuk kemudian diberangkatkan ke Jeddah. Semoga aman dan nyaman dalam perjalanan nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun