Saat memasuki kawasan tersebut, wisatan harus membayar 13.000-18.000 won atau sekitar Rp 145.000-Rp 195.000. Kita bisa mencoba memakai pakai tradisional Korea dan menikmati tur dari pemandu wisata lokal.
Nah, dari sini budaya lainnya bisa masuk, seperti musik, makanan hingga suvenir.
Tentu kawasan wisata Danau Toba yang sudah dijadikan destinasi super prioritas (DSP Toba) memiliki keunikan-keunikan khusus yang bisa dijual ke wisatawan.
Jangan hanya menjejali kesan historis atau keunggulan Danau Toba tapi melupakan apa yang bisa dilihat dan dilakukan wisatawan di sana.
Wisatawan harus memiliki keterikatan emosional terhadap destinasi tersebut. Jadi mereka akan membayangkan seperti apa kondisi sebelum dan sesudah datang ke lokasi.
Misalnya saat mengunjungi Danau Cheonjuho, kita pasti berimajinasi sedang diselamatkan oleh Lee Min-ho seperti dalam drama Legend of the Blue Sea. Apalagi bisa berenang di danau yang airnya kelihatan hijau kebiruan itu. Sangat menyenangkan.
Bagaimana dengan Danau Toba?
Ajak Sineas Berkarya
Sebenarnya sudah banyak sineas yang syuting di Danau Toba. Seperti film "Mauli Bulung", "Permata di Tengah Danau", hingga film "Toba Dreams". Tapi aku merasa gaung film tersebut kurang berasa.
Atau yang terbaru, film Rusia bergenre pop-comedy, "Gulyai, Vasya! Svidanie na Bali" (Chill Out, Vasya! A Date in Bali). Film tersebut mengambil lokasi syuting di Danau Toba, kawasan Candi Borobudur, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupa. Sayangnya, nama Danau Toba tidak masuk dalam judul utama film. Malah Bali.
Ya, wisatawan asing memang hanya mengenal Bali. Belum mengenal Indonesia. Hehehe..Sebuah pekerjaan rumah yang besar bagi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk memperkenalkan kekayaan destinasi wisata alam Indonesia.