Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tiga Masalah Krisis Ekologis, Penyebab Utama Bencana Kemanusiaan, dan Upaya Penanganannya

16 April 2021   07:54 Diperbarui: 16 April 2021   13:48 3838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenyataan berbicara kepada kita bahwa bumi kita sedang menuju ke arah kehancuran, bila kita tidak berusaha untuk mencegahnya. Kita dapat menyimak hal itu lewat berita tentang bencana alam, seperti banjir bandang, gempa bumi, tanah longsor, abrasi, erosi, polusi udara, dll yang kita saksikan sendiri setiap hari lewat tv atau pun media cetak seperti koran dan majalah. Kerusakan dan bencana kemanusiaan terjadi di mana-mana. Sehingga terdapat suatu kontras besar antara bumi yang tampak sebagai pelanet yang biru nan indah bila dilihat dari "mata" para astronot di angkasa luar dengan keadaan bila kita sendiri berada di atasnya.

Semua bencana dan kerusakan itu ironisnya merupakan ulah manusia sendiri. Sejak revolusi industri atau sejak awal pencerahan, bahkan sejak zaman renaisans peradaban manusia berkembang dan IPTEK melaju dengan pesat.

Di banyak tempat terjadi ledakan jumlah penduduk, urbanisasi besar-besaran menuju kota-kota industri, modernisasi di segala bidang, serta meningkatnya kebutuhan hidup manusia modern. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut alam merupakan lahan utama yang dimanfaatkan. Maka terjadilah eksplorasi dan eksploitasi tanpa ampun terhadap bumi dan manusia modern.

Mulai dari yang ada di atas, di permukaan, sampai di dalam/dasar bumi. Laju modernisasi ternyata menimbulkan dampak dan pengaruh negatif, yaitu krisis ekologis, dan bahan-bahan/unsur-unsur yang berbahaya bagi manusia sendiri.

Limbah merkuri mencemari perairan dan berdampak buruk bagi kehidupan manusia - sumber: regional.kompas.com
Limbah merkuri mencemari perairan dan berdampak buruk bagi kehidupan manusia - sumber: regional.kompas.com
Kita dapat menyimak lewat siaran tv betapa bahayanya limbah merkuri yang muncul dari pertambangan emas ilegal, yang mencemari perairan. Hal itu tentu berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Ditambah lagi dengan corong asap pabrik yang terus mengepul membuat sesak nafas manusia karena udara telah tercemar polusi. Betapa mirisnya kehidupan manusia.

Akan tetapi manusia modern tidak sadar dan tidak peduli pada dampak dan pengaruh itu. Hal ini karena manusia, dengan modernisasinya, ternyata terbelenggu pada suatu mentalitas (mentaltas pencerahan) dengan paham antroposentrisme dan dominasinya.

Mentalitas ini kerap kali membawa manusia modern memahami perkembangan secara sempit dan hanya dimengerti sebagai pertambahan kuantitas saja. Pemahaman yang kurang tepat inilah yang semakin mempertajam ambivalensi IPTEK, sehingga dampak dan aspek negatifnya lebih kuat.

Enlightenment Mentality -- Mentalitas Pencerahan

Mentalitas ini merupakan warisan abad modern yang terdalam pada umat manusia. Abad modern merupakan suatu tonggak baru sejarah manusia.

Menyimak dari "Beyond The Enlightenment Mentallity" dalam Mary Evelyn and John A. Grin, bahwa secara fisik era baru ini ditandai dengan penemuan-penemuan ilmiah, kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan tumbuhnya lembaga-lembaga ilmiah dan lebih dalam lagi era baru ini mewarisi suatu mentalitas yang menjadi dasar spiritual gerakan modernitas. Dalam mentalitas ini terdapat paham antroposentrisme dan konsep berpikir analitis-reduksionis.

Konsep antroposentrisme dan konsep berpikir analitis-reduksionis tidak hanya dialami oleh orang yang tinggal di benua Eropa, Amerika saja, tapi dampaknya juga dialami oleh manusia Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun