Jagat sinema yang besar dan utuh ini kemudian dibagi oleh Marvel menjadi beberapa fase partial yang didukung oleh puluhan film yang berdiri secara mandiri.Â
Film-film mandiri ini dibuat untuk menceritakan masing-masing karakter superhero berdasarkan sudut pandang masing-masing yang tidak harus selalu mengikuti alur waktu yang sama dari cerita utama layaknya film serial, namun mereka terhubung dengan karakter superhero dari film yang berbeda dalam sebuah teknik penceritaan yang disebut dengan crossover.
Teknik Crossover yang dipakai oleh Marvel memungkinkan karakter-karakter superhero yang berbeda bertemu dalam dunia yang sama untuk saling mempengaruhi, memicu atau menjadi katalis perkembangan karakter lainnnya.
Membentuk sebuah peristiwa dalam jagat sinema tersebut. Teknik ini juga memungkinkan kehadiran puluhan film yang berbeda yang tetap dapat mewakili satu kontinuitas cerita yang sama dan utuh.
Inovasi marvel dalam bentuk penceritaannya yang unik, membuat DC pun tidak mau kalah bersaing dengan marvel sebagai rival abadinya dalam dunia superhero.Â
DC berusaha menata ulang jagat sinemanya sendiri (DC Extended Universe) untuk menandingi dominasi Marvel dalam produksi film superhero, namun sayang Marvel yang sudah terlanjur menjadi market leader membuat DC sulit untuk mencuri kembali perhatian penonton di dunia dari Marvel.
Menurut beberapa kritikus film, redupnya DC dalam rivalitas dengan Marvel ini disebabkan karena DC bermain dalam permainan yang dibuat oleh Marvel.Â
DC berusaha mengikuti gaya bercerita yang diciptakan oleh marvel yang lebih ramah anak-anak, cerah-ceria, penuh humor, dan ringan. Usaha DC yang ngotot menyasar target market yang sama membuatnya harus mengorbankan ciri khasnya yang sebetulnya sudah unggul dalam Dark Knight Trilogy yang disutradarai Christoper Nolan.
Akan tetapi terlepas dari persaingan antara Marvel dan DC kita memang patut mengakui bahwa keduanya telah menyajikan film-film berkualitas dengan ciri khas mereka masing-masing yang mengena kepada basis penggemarnya maupun penonton secara umum. Keadaan inilah yang mungkin menjadi mimpi buruk film-film superhero lain yang ingin mengikuti jejak mereka, karena kehadiran pendatang baru pastilah akan diperbandingkan dengan para pendahulunya.
Lantas bagaimana dengan nasib Jagat sinema Bumilangit yang menghadirkan Gundala sebagai film pembuka sebuah jagat sinema asli karya anak bangsa ini?
Karakteristik Superhero dalam jagat sinema Dari Negeri Paman Sam