“Dalam organisasi perlu ditumbuhkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya, menerima, empati, dan kejujuran” (Rakhmat, 1996:131). “Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai” (Taylor, 1977: 193). Menurut Freud dalam Rakhmat (1996:131), “Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita” dan “Kejujuran adalah faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya”.
Bagaimana Membina Komunikasi Terbuka di Organisasi?
Setelah memahami peran penting komunikasi terbuka dalam keberhasilan di Organisasi, langkah selanjutnya adalah mengubah pengetahuan itu menjadi tindakan. Membangun budaya transparansi tidak dapat dilakukan dalam semalam — ini tentang upaya yang konsisten, alat yang tepat, dan memimpin dengan memberi contoh.
Berikut cara memulainya:
1. Pimpin dengan memberi contoh.
Komunikasi terbuka dimulai dari atas. Para pemimpin menentukan arah dengan memodelkan perilaku yang ingin mereka lihat. Bayangkan seorang pemimpin yang mempraktikkan mendengarkan secara aktif selama rapat tim, menerima umpan balik yang jujur dengan lapang dada, dan bersikap mudah didekati. Hal ini membangun kepercayaan dan mengirimkan pesan yang jelas: komunikasi itu aman, bernilai, dan penting.
2. Kebijakan Pintu Terbuka.
Kebijakan pintu terbuka bukan hanya tentang pintu sungguhan — tetapi tentang aksesibilitas . Bayangkan seorang anggota organisasi yang memiliki masalah merasa bebas untuk mendekati manajernya tanpa ragu-ragu. Ketika para pemimpin memupuk inklusivitas ini, mereka menciptakan tempat kerja di mana masalah ditangani, ide mengalir bebas, dan umpan balik menjadi alat yang ampuh untuk pertumbuhan.
3. Ciptakan Peluang untuk Komunikasi Terbuka.
Komunikasi terbuka akan berkembang pesat di lingkungan yang tepat. Rapat tim rutin, sesi curah pendapat, atau diskusi meja bundar informal menawarkan platform bagi anggota organiasasi untuk berbagi ide dan menyampaikan masalah. Kesempatan terstruktur ini mendorong partisipasi dan memberi sinyal bahwa setiap suara penting.
4. Menyediakan Berbagai Saluran Komunikasi.