Setelah ners berlalu, saya pun mencari bangku untuk duduk. Tepat disamping saya duduk seorang bocah perempuan bersama ibunya.
Lalu saya mengobrol dengan ibu tersebut. Dari percakapan dengan ibu tersebut, saya mengetahui bahwa bocah perempuan tersebut baru berumur tiga tahun. Mereka berdua tertular virus Covid-19 dari suami ibu tersebut.
Dalam percakapan, saya bertanya kepada ibu tersebut apakah anaknya menjalani tes swab sebelum dinyatakan positif. Ibu tersebut mengatakan anaknya juga menjalani tes swab seperti yang lainnya.
“Bayangkan mas, untuk anak sekecil ini harus di-swab. Saya sebenarnya kasian ngeliat anak saya di-swab. Tapi dokter bilang harus. Saya bisa bilang apa,” jelas ibu tersebut sambil membelai rambut anaknya.
Jujur guys, saya belum bisa membayangkan bocah berusia tiga tahun harus juga menjalani tes swab layaknya orang dewasa. Saya langsung teringat waktu saya harus menjalani tes swab di rumah sakit sebelumnya. Sangat tidak enak.
Pada waktu pertama kali menjalani tes swab di salah satu rumah sakit di bilangan Grogol, Jakarta, saya ingat ners mengambil sampel lendir dari saluran pernapasan hidung (kiri dan kanan) dan tenggorokan saya.
Untuk pengambilan sampel di hidung, ners meminta saya mendongakkan kepala lalu ners memasukkan alat swab berbentuk cotton bud dengan tangkai panjang dan disapukan dan diputar hingga mencapai bagian belakang hdung selama beberapa detik. Setelah selesai, saya rasanya mau menangis. Tapi kagak bisa.
Sedangkan untuk pengambilan sampel di tenggorokan, ners meminta saya untuk membuka mulut lebar untuk kemudian dimasukkan alat swab hingga mencapai belakang tenggorokan tanpa menyentuh lidah.
Sesudah diambil sampel, saya rasanya mau muntah. Kembali kagak bisa. Oh my God, hari ini kembali saya harus mengalami hal yang sama. No way!
Setelah menunggu sekitar setengah jam, saya dipanggil masuk ke dalam ruang tes swab. Bersamaan dengan saya, masuk juga ibu dengan anak yang baru selesai mengobrol dengan saya.
Di ruangan tes swab terdapat empat tempat duduk yang sudah disiapkan untuk pasien. Terlihat beberapa ners sudah siap sedia melakukan tugasnya. Tepat disamping saya duduk bocah perempuan anak ibu tersebut. Bocah tersebut tampak duduk dengan tenang. Dia tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Hebat bocah ini!