Hari ini adalah hari kesembilan saya dikarantina di Wisma Atlet. Sekitar pukul 9.00 pagi disaat saya baru menyelesaikan sarapan, terdengar nada panggilan masuk di hp.
Ada rasa kaget mendengar bunyi telepon di pagi hari. Tidak biasa-biasanya ada telepon masuk di pagi hari, apalagi di saat karantina seperti ini. Hmmm, jangan-jangan telepon dari rumah yang mengabarkan kondisi orang tua, pikir saya saat itu.
Tak pakai lama, saya langsung menengok hp, tertera dilayar, nada panggilan masuk dari ners lantai 18. Ada apa ners menelepon sepagi ini? Saya angkat telepon tersebut dan terdengar nada suara perempuan di seberang sana, “Maaf apa betul ini Bapak Dion?” lalu saya menjawab,
“Ya, ners. Ini saya Dion. Ada apa ya ners?” tanya saya dengan nada penasaran.
“Saya hanya ingin mengabarkan bahwa pada pukul 10.00 nanti, bapak ada jadwal swab. Jangan lupa ya pak. Kami tunggu di poli. Nanti kita berangkat bersama-sama ke ruang swab dengan pasien lainnya,“ ujar ners dengan suaranya yang ramah.
“Okay ners. Saya akan datang. Terima kasih ya atas infonya,” balas saya. Alhamdullilah.
“Ya Tuhan. Semoga hasil swab-nya negatif, sehingga saya dapat segera pulang,” ujar saya dalam hati ketika menerima telepon tersebut.
Bagi pasien Covid-19 Wisma Atlet begitu mendapat kabar bahwa dirinya diperbolehkan menjalani tes swab merupakan kegembiraan tersendiri. Ini menandakan bahwa pasien tersebut sudah berada pada kondisi tubuh yang baik setelah melewati masa treatment.
Dokter yang bertugas di Wisma Atlet tidak akan memberikan lampu “hijau” kepada pasien yang kondisi tubuhnya belum siap untuk menjalani tes swab.
Guys, pasien di Wisma Atlet akan menjalani tes swab setelah mereka diterapi selama tujuh hari. Misalnya ada pasien yang masuk pada hari Sabtu, maka pasien tersebut akan menjalani tes swab pada hari Minggu. Teman-teman pasti bertanya-tanya, loh...kalau tujuh hari, bukankah tes swab harusnya dilakukan pada hari Sabtu?