Mohon tunggu...
Dionisius Yusuf
Dionisius Yusuf Mohon Tunggu... Guru - Hanya seorang pendidik

Seseorang yang sedang belajar menulis tentang banyak hal, silahkan colek saya di IG @ichbindion, dan FB Dionisio Jusuf

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Kelima Karantina di Wisma Atlet: Karantina Wisma Atlet Kacau, Hoaks atau Fakta?

10 Agustus 2020   11:36 Diperbarui: 13 Agustus 2020   19:11 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di lantai satu Wisma Atlet (dok pribadi)

Melanjutkan kisah hari keempat karantina di Wisma Atlet, hari ini saya mau berbagi cerita yang ringan-ringan saja, Saya mau share sama teman-teman tentang fasilitas apa saja yang ada di Wisma Atlet, hingga membuat sebagian pasien yang baru masuk ke sini takjub dan membelakakan mata, termasuk saya.

Jujur, guys, pertama kali saya menginjakkan kaki ke Wisma Atlet, saya tidak terlalu berharap lebih sama wisma ini. Dapat dirawat secara gratis saja sudah merupakan anugerah buat saya. Soalnya sebelum saya masuk ke Wisma Atlet, saya sempat membaca beberapa berita di media nasional atau posting-an di media sosial yang isinya (maaf) sepertinya “menjelek-jelekkan” Wisma Atlet. 

Pada hari dimana saya mau masuk ke Wisma Atlet, saya masih sempat membaca beberapa berita online di media nasional yang memberitakan tentang kejelekan tersebut.  

Saya kagak mengerti apakah media yang saya maksud tersebut melakukan cross check atau tidak sebelum mem-posting berita tersebut. Jika media tersebut tidak melakukannya, saya sangat menyayangkannya. Berikut ini, salah satu berita yang dimuat di berita online xxxnews yang sempat saya baca sebelum saya masuk ke Wisma Atlet.

"Kami masuk ke Wisma Atlet Kemayoran hari Sabtu siang. Yang saya amati di Gedung C2 Wisma Atlet Kemayonan bahwa, social distancing tidak terlaksana sama sekali. Tidak ada yang perlu disalahkan tapi ada yang bisa dibenahi.

Pihak TNI dan petugas di sini terlihat telah berupaya semaksimal mungkin dengan segala daya yang mereka punya. Namun, penularan terus terjadi. Melalui berbagai pengumuman kami diberitahu bahwa penularan terjadi karena banyak warga wisma turun ke lantai 1. Itu benar, tapi hanya salah satu penyebab. Yang juga penting digali adalah akar penyebab mengapa orang pergi ke lantai 1? Mengapa orang tetap berdesakan?

Penyebabnya menurut saya sebagai berikut:

Pertama, distribusi makanan dan porsi makanan. Di hari Sabtu makanan dibagikan di lantai 1. Setiap orang mengambil makanan sendiri ke kantong-kantong plastik di lantai 1. Orang turun ke sana dan berdesakan tanpa jarak.

Hari Senin orang dilarang turun ke lantai 1. Makanan diantar ke setiap lantai. Tapi jumlah makanan selalu kurang, sehingga orang mulai berebut. Lagi-lagi, tak ada jaga jarak saat berebut makanan di setiap lantai.

Sahur tadi makanan datang setelah azan subuh. Kami berempat sekeluarga, tapi hanya dapat dua kotak nasi. Malam ini keluarga saya malah tak dapat makanan. Kami puasa dan tadi sahur berempat dengan dua makanan. Malam ini saya terpaksa turun ke lantai 1 mesan makanan lewat aplikasi online.

Mengapa jumlah makanan selalu kurang? Mungkin karena porsi setiap kotaknya terlalu kecil. Anak saya yang besar dan kawan-kawan ABK yang masih muda-muda dan kuat-kuat itu butuh porsi paling tidak 3 kali lipat dibanding yang dibagikan. Walhasil. mereka ambil lebih dari 1 kotak, sehingga yang ingin jaga jarak tak kebagian jatah karena keduluan mereka yang 'kuat berebut.' Mereka tak salah mengambil lebih, karena porsinya memang kecil."

Selain xxxnews yang memberitakan “kejelekan” pelayanan Wisma Atlet, media xxxtimes juga menulis hal yang sama (ternyata pas saya cek, sumbernya hanya satu pasien, yaitu pasien yang berinisial K, yang katanya mahasiswa doktoral yang baru pulang dari Belanda). 

Dalam tulisannya, xxxtimes memberitakan beberapa kekurangan kalau tidak mau dikata kebobrokan pelayanan Wisma Atlet, yaitu tidak ada penerapan social distancing, penghuni Wisma Atlet berdesakan berebut makanan, jumlah makanan yang selalu kurang, dan di lift pun selalu berdesakan. Bahkan media sebesar CxxC Indonesia pun memberitakan hal yang sama. Kembali hanya bersumber dari pasien K dan ditambah satu pasien yang bernama Gigih. Berikut ini kutipan berita yang sempat saya baca di CxxC Indonesia.

"Di hari Sabtu makanan dibagikan di lantai 1. Setiap orang mengambil makanan sendiri ke kantong-2 plastik di lantai 1. Orang turun ke sana dan berdesakan tanpa jarak.

Masih ada yang keluar kamar tanpa masker. Tidak sedikit yang ngobrol bergerombol sambil berpelukan. Ada yang makan di tangga.

Tidak ada protokol atau aturan petunjuk-petunjuk tertentu."

Bayangkan guys, betapa nervous-nya saya ketika saya memutuskan mengisolasi diri saya ke Wisma Atlet sedangkan di media online (terpercaya) berseliweran berita seperti itu. Makanya pada tulisan ini, saya khusus menuliskan tentang segala fasilitas yang diberikan oleh Wisma Atlet supaya tidak ada lagi dusta diantara kita…seperti lagu ya guys!

Pertama kali pasien datang ke Wisma Atlet, maka pasien harus melapor ke bagian penerimaan pasien. Nah di tempat pendaftaran ini, pasien akan di data dan ditanyakan beberapa hal terkait dengan penyakit yang dideritanya. 

Petugas di tempat pendaftaran terdiri dari relawan-relawan dokter muda yang mengabdikan dirinya untuk kesembuhan pasien Covid-19 yang akan dirawat di Wisma Atlet. 

Oh ya jangan kalian bayangkan bahwa pasien berdesak-desakan tanpa social distancing ya.....kagak loh guys....di tempat pendaftaran disedikan tempat duduk yang berjarak. So, kalian pasti akan merasa aman ketika mau mengantri untuk mendaftar.

Tidak jauh dari tempat pendaftaran, masih di area yang sama, terlihat tumpukan barang-barang. Mau tau apa isinya guys? Ternyata itu adalah tumpukan pesanan barang dari pasien yang berada di Wisma Atlet. Tumpukan barang (sebagian besar makanan siap saji), di letakkan di bawah lantai dan di lantai tersebut sudah ada keterangannya (lantai berapa). 

Berhubung di Wisma Atlet Tower 7 ada 32 lantai, maka di lantai tertulis sampai lantai 32. Teman-teman pasti heran, loh koq bisa pasien memesan makanan atau barang dari luar, memang boleh? Jangan bingung guys, inilah yang saya katakan bahwa meski diisolasi, tetapi pasien disini masih bisa dengan leluasa memesan apapun yang mereka inginkan. 

Kayak hotel kan, guys? Tapi wait...untuk urusan pemesanan, ada jam-nya guys. Pasien hanya diperbolehkan memesan makanan/minuman dan paketan dua kali dalam sehari, yaitu pagi hari (07.00 – 09.00) dan sore hari (17.00 – 19.00). Teman-teman pasti bertanya-tanya, koq cuma jam-jam tertentu boleh pesannya (nanti ada yang complain lagi di media nasional). 

Coba teman-teman bayangkan kalau misalnya pasien dibebaskan untuk memesan kapan saja, berapa puluh kali petugas harus bolak-balik antara lantai satu ke lantai yang ditempati pasien. Kasian kan mereka!. Soalnya nie guys, setiap pesanan dari pasien akan ada petugas yang mengambilkan dan mengantarkannya ke lantai rawat inap tujuan.

Untuk kasus pemesanan barang, saya punya pengalaman lucu nie guys. Setelah beberapa hari di Wisma Atlet, saya mengamati pesan-pesan yang masuk ke WA Grup lantai 18 (lantai tempat saya dirawat). Mau tau isinya apa guys, sebagian pesan tersebut adalah pesan bernada “menyuruh” nurse untuk mengambilkan paketan atau makanan yang pasien pesan (padahal itu di luar jam operasional). 

Berangkat dari kekesalan melihat perilaku sesama pasien yang menurut saya kagak paham arti  berterima kasih, saya lalu menulis di WA grup, “Teman-teman untuk pengambilan paket bukan tugas utama nurse. Ada petugas yang akan mengambilkan dan nurse sudah info ke kita jam berapa saja kita bisa pesan paket. 

Maaf teman-teman saya cuma kasian aja klau nurse bolak balik ambil paket karena yang harus dilayani buanyaaakkk sekali.” Tak disangka-sangka cuitan saya mendapat respon dari sesama pasien. Sejak saya men-cuit di WA group, sejak itu pula tidak ada lagi pesan masuk di WA grup yang meminta nurse mengambilkan paket diluar jadwal operasional.

Okay, guys, kembali ke laptop….maksudnya Kembali ke fasilitas lantai satu. Nah selain fasilitas yang sudah saya sebutkan diatas, di lantai satu juga terdapat ruang tunggu untuk pasien yang akan pulang (sekali lagi ada jarak antar bangku, jangan salah lagi ya….ada jarak!).

Oh, ya hampir kelupaan, di samping ruang tunggu, terdapat juga standing banner (cukup mencolok mata) yang menjelaskan alur rujukan penerimaan pasien rumah sakit darurat covid-19 Wisma Atlet. Sekali lagi ada ya informasi itu. Jadi kalau ada yang bilang tidak ada informasi tentang hal tersebut, mungkin ketelingsut kali ya...hehehehe.

Lanjut guys, di lantai satu juga terdapat ruang IGD. Di ruang ini, setiap pasien yang baru datang akan ditempatkan di ruangan ini. Terdapat 15 tempat tidur diruang IGD. 

Menurut gue untuk ukuran IGD, cukup besarlah. Di ruang IGD ada beberapa dokter dan nurse yang bertugas mendampingi pasien. IGD juga memiliki dua ruang untuk tes elektrokardiogram (EKG). Oh, ya untuk teman-teman yang belum mengerti apa itu tes EKG. Pasti teman-teman bertanya-tanya, ngapain harus tes EKG. 

Nanti dulu guys, tes EKG ini sangat penting untuk penderita Covid-19, karena salah satu obat yang akan diberikan kepada pasien di Wisma Atlet ini ada hubungannya dengan fungsi dan kerja jantung. So, jika jantung pasien bermasalah, maka terapi obat tersebut tidak akan diberikan sejak hari pertama menjalani pengobatan di wisma.

Berlalu dari ruang IGD, saya ajak teman-teman menengok fasilitas lainnya di lantai satu. Guys, di lantai satu juga terdapat ruangan untuk tes swab. Ruangannya tersebut cukup besar. Ada tiga petugas yang bertugas melakukan tes swab (tentu berpakaian APD lengkap). 

Sebelum memasuki ruang tes swab, pasien harus menunggu di tempat duduk di luar ruangan (sekali lagi ada jarak ya…). Satu per satu pasien akan dipanggil untuk memasuki ruangan tes swab. Jika sudah selesai, pasien harus segera menuju lantai rawat inap.

Lanjut....masih nie di lantai satu, ada juga loh fasiltas untuk rontgen paru-paru. Setiap pasien baru, wajib hukumnya untuk di rontgen paru-parunya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sudah sejauh mana virus Covid-19 menyerang paru-paru pasien, sehingga dokter dapat memberikan terapi yang sesuai. 

Keren juga ya...Di lantai satu terdapat juga ruang “apotik” yang diperuntukan untuk mengambil obat bagi pasien. Setiap hari, nurse akan turun ke lantai satu dan datang ke ruang apotik untuk mengambil obat yang akan diberikan kepada pasien. 

Di lain hari saya akan bercerita tentang “tiga sosok pahlawan (nurse) Wisma Atlet” yang sudah bersusah payah mengorbankan hidup mereka untuk pasien-pasien di Wisma Atlet. 

Di sekitaran area ruang apotik, terdapat beberapa standing banner yang berisi himbauan untuk terhindar dari Covid-19. Cukup informatif pesan dari standing banner tersebut.

Nah, guys, tidak jauh dari ruang apotik, disebelah kanan, disitulah lift berada. Liftnya mantap guys, ada enam lift. Berdesak-desakan? Tentu tidak. Bayangkan guys, ada enam lift di Wisma Atlet yang siap mengantar pasien ke lantai rawat inap. 

Setiap lift berkapasitas 8 orang (sudah social distancing tentunya). Based on my experience beberapa hari di Wisma Atlet dimana saya beberapa kali turun naik dari lantai 18 ke lantai satu, saya tidak pernah sekalipun berdesak-desakan di lift, yang ada acapkali saya sendirian di lift. Bingung juga kalau sampai ada yang mem-posting bahwa di Wisma Atlet, lift-nya berdesak-desakan...hmmmmmm, tanya mengapa?

Berlanjut ke lantai dua Wisma Atlet. Disinilah pasien dengan kondisi “mengkhwatirkan“ ditempatkan. Terdapat ruang HCU (High Care Unit) di lantai ini. 

Saya sempat mengintip sebentar ruang HCU. Kagak berani masuk, guys, takut juga karena saya tidak berpakaian APD lengkap. Tapi dari kejauhan saya dapat melihat beberapa pasien yang sedang berjuang untuk hidup. Pasien-pasien tersebut terbaring di tempat tidur, ada yang menggunakan ventilator dan ada yang tidak. 

Terdapat beberapa tempat ditidur di ruang HCU ini. Persisnya berapa, saya tidak menghitungnya. Saya tidak terlalu lama menelusuri lorong demi lorong di lantai dua. 

Ada perasaan ngeri bercampur takut kalau-kalau saya terpapar lagi. Sesudah menengok sebentar ke ruang HCU (dari luar ya, kagak masuk ke dalam ruang HCU), buru-buru saya memaakai hand sanitizer yang selalu saya bawa, dan berlalu menuju lift yang mengantarkan saya ke lantai lainnya. Lantai tiga adalah ruang pemulihan pasien yang terpapar Covid-19.

Dari informasi sesama pasien yang dirawat di lantai empat, saya mengetahui bahwa di lantai 4 dan 5 adalah “lantai spesial“. Mengapa spesial? Karena di kedua lantai tersebut terdapat beberapa pasien yang dimintai kesukarelaannya menjadi pasien uji klinis untuk beberapa obat terapi pengobatan Covid-19. 

Pasien di kedua lantai itu sangat spesial (menurut info dari sesama pasien yang berinitial T). Setiap hari, nurse akan datang menghampir ruang pasien untuk memberikan obat dan mengecek kesehatan pasien (tentu dengan jam yang sama). Selain itu, setiap ruangan hanya ditempati oleh satu orang pasien saja. 

Rekan T mengatakan bahwa ketika dia masuk ke Wisma Atlet dia menandatangani persetujuan untuk dirawat di lantai empat dan mendapatkan treatment selama 14 hari. Siapa si Mr. T tersebut akan saya ceritakan di kisah selanjutnya.

Lanjut guys, lantai 6 sampai 32 adalah lantai rawat inap pasien. Hanya uniknya di lantai 19 dan 20, pasien yang berada di kedua lantai tersebut adalah pasien “spesial”. Mengapa mereka dibilang spesial? Karena di kedua lantai tersebut berisi pasien-pasien yang harus menjalani terapi pengobatan lanjutan dengan menggunakan obat yang berbeda.

Mereka sudah di tes swab dan hasilnya masih tetap positif, sehingga mereka yang tadinya berada di lantai selain 19 dan 20, terpaksa harus dipindahkan ke lantai 19 dan 20 untuk menjalani terapi lanjutan. Bagaimana pasien di kedua lantai menjalani terapi, saya akan membahasnya secara mengharu biru di kisah selanjutnya ya guys....tunggu episodenya berikutnya.

Asyik membahas lantai demi lantai sampai saya lupa kasih info fasilitas lainnya di Wisma Atlet. Biar tidak dicibir lagi oleh orang-orang yang tidak tahu berterima kasih. 

Selain makan tiga kali sehari, setiap pasien juga mendapatkan snack satu kali. Untuk pasien yang memiliki riwayat khusus, seperti pasien penderita diabetes melitus, gagal ginjal, atau alergi dapat melakukan request kepada nurse untuk disediakan menu khusus buat mereka. 

Setiap harinya, pasien dengan kebutuhan khusus tersebut akan mendapatkan jatah makanan yang berbeda dengan pasien pada umumnya. Warna kotak makanan untuk pasien berkebutuhan khusus adalah hijau dengan tulisan nama pasien diatas kotak tersebut. 

Untuk masalah makan, seperti cerita saya di hari pertama karantina di wisma Atlet, BOHONG besar kalau dikatakan bahwa pasien kekurangan makanan dan berebutan di Wisma Atlet. 

Situasi yang sebenarnya, acapkali makanan yang disediakan untuk pasien berlebih-lebih. Sampai saya bingung, mau dikemanakan makanan sebanyak ini. Berapa duit yang terbuang percuma kalau sampai ada sisa makanan setiap harinya.

Fasilitas lainnya di Wisma Atlet yang sekelas hotel (at least hotel bintang dua atau tiga lah) adalah di setiap sudut kamar terdapat wifi super kencang. Bahkan beberapa pasien, khususnya ibu-ibu menyatakan bahwa mereka betah di kamar karena bisa nonton drakor Korea dengan bebas. 

Lalu untuk pasien bapak-bapak yang doyan ngopi, ngteh atau mau buat indomie rebus, jangan khwatir, ada dispenser di setiap lantai rawat inap yang boleh dipergunakan oleh pasien. 

Pasien dengan bebas mengambil berapa banyak pun air panas yang dibutuhkan. Dispenser diletakkan di di dalam ruangan poli. Selain itu, di beberapa lantai terdapat juga dispenser di luar poli. Tapi teman-teman jangan berharap ada televisi di setiap ruang tempat rawat inap. Kagak ada ya guys.

Di penghujung tulisan ini, saya cuma bilang kepada teman-teman semua bahwa sebagai pasien saya sangat bersyukur bahwa pemerintah kita menyediakan sarana dan fasilitas sekelas Wisma Atlet. Ingat loh guys, tidak semua negara di dunia ini dapat menyediakan fasilitas sekelas Wisma Atlet. Bahkan negara maju sekalipun. Jujur, saya kagak dapat membayangkan orang-orang kecil seperti saya dapat sembuh dari Covid-19 kalau tidak dirawat di Wisma Atlet. 

Dibalik keterbatasan yang ada di Wisma Atlet, saya tetap bersyukur bahwa pemerintah kita mampu menyediakan fasilitas sekelas “hotel” di Wisma Atlet kepada pasien penderita Covid-19. 

Hebatnya lagi, pelayanan di Wisma Atlet adalah pelayanan tulus dan ikhlas. Setiap pasien, tanpa memandang asal usul, golongan, agama, atau ras, dilayani dengan baik oleh petugas-petugas disini. 

Stigma yang seringkali dihadapkan bagi RSDC Wisma Atlet terkait dengan ketatnya penjagaan, keamanan dan bobroknya pelayanan, terkikis dengan sendirinya ketika pasien berada di dalam Wisma Atlet. 

Pelayanan yang ramah dan fasilitas yang mumpuni akan menemani hari-hari pasien dalam menjalani perawatan selama di Wisma Atlet. Saya berharap dengan tulisan ini, kabar tidak sedap tentang Wisma Atlet perlahan-lahan akan sirna. 

Bagi saya, Wisma Atlet adalah “rumah” yang tepat bagi penderita Covid-19 untuk segera sembuh dari penyakit ini. Sekali lagi beribu-ribu terima kasih kepada pemerintah yang sudah menyediakan “rumah” buat kami para pasien Covid-19. 

Nah sekarang pilihan ada di teman-teman semua, apakah teman-teman percaya kalau karantina di Wisma Atlet kacau? Hmmmm, hanya hati nurani yang bisa menjawabnya.

Ruang IGD Wisma Atlet
Ruang IGD Wisma Atlet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun