Diko masih mencoba, menggerak-gerakkan lampu center, dengan harapan dapat hidup.
"byar..., alhamdulillah" lampu center kecil itu kembali hidup.
Namun betapa kagetnya Diko, ketika cahaya diarahkan ke depan, terlihat wajah siswa di depan nya. Wajah seram itu adalah... JAMAL.
Mukanya putih pucat, bibirnya lebam, sedikit mengeluarkan darah. Selain pucat, wajah Jamal juga terlihat membengkak seperti mayat yang baru saja ditemukan tenggelam di sungai. Tatapan Jamal kosong, ita tak mengucapkan satu kata apapun.
Diko mencoba mengusai diri, ia coba kucek matanya. Memastikan apa yang dia lihat. Namun, Diko terkejut ketika ia buka kembali matanya, Jamal menghilang.
"astahgfiullahaazim..." Ah cuma ilusiku saja. Tapi mengapa Jamal wajahnya begitu menyeramkan. "Apa jangan-jangan...." Batin Diko.
Antara takut dan penasaran terus mengusai Diko. Mudah-mudahan Jamal muncul lagi, dan sehingga ia bisa ngobrol dengannya. Menanyakan kemana saja selama ini. Tujuan utama ia ke sekolah adalah untuk memecahkan teka-teki keberadaan Jamal. Namun di sisi lain, ia pasti akan ketakutan bila kembali melihat wajah pucat pasi Jamal.
Diko melanjutkan perjalanan ke Sumur Tua. Ia sudah mulai terbiasa dengan suara pintu yang terbuka sendiri. Meja yang bergerak-gerak. Suara cekikikan murid di dalam kelas. Sampai pada bunyi goresan spidol.
Suara itu hilang, saat Diko mengarahkan cahaya ke sumber suara. Namun ketika Diko memindahkan lampu centernya, suara gaduh itu kembali lagi.
Langkahnya terhenti, ketika tiba-tiba ia mendegar bisikan:
"Diko..... Diko... kau mau ke mana...? Diko.... Diko.... Tolong aku."