Lembah Harau berada di Sumatera Barat, sebuah nagari yeng terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, jaraknya sekitar 50 km dari Bukittinggi atau 1,5 jam perjalanan. Lembah Harau adalah Desa Konoha-nya Indonesia. Kabupaten Lima Puluh Kota disebut sebagai negeri berair jernih dengan ikan-ikan yang berenang di aliran sungainya, seperti kisah-kisah dalam dongeng.
Alip adalah seorang pemuda Lembah Harau, pemuda yang terkenal dengan kedermawanannya sehingga banyak orang yang menyukainya, baik dari kalangan bawah, menengah, maupun atas. Alip dapat diterima oleh semua masyarakat Lembah Harau, karena kesederhanaannya dan budi pekertinya. Alip menjadi curahan hati dan pelindung bagi para sahabatnya dan siapa saja yang selalu mengharapkan bantuannya, ia menjadi tempat berseminya harapan bagi siapapun dan ia menjadi penegak keadilan bagi mereka yang meminta keadilan dan teraniaya. Alip laksana mutiara di antara bebatuan mulia, ia adalah angin kesejukan di panasnya terik mentari.
Alip menuntut ilmu di sebuah madrasah di pelosok pedalaman Lembah Harau, ia belajar dengan seorang guru yang penyabar lagi bijaksana. Seorang guru yang merupakan cahaya pengetahuan di Lembah Harau, menguasai berbagai disiplin ilmu, dari yang sederhana sampai yang paling rumit. Ia adalah guru terbaik di seluruh Lembah Harau.
Di madrasah tersebut, Alip termasuk golongan anak yang cerdas dan tekun. Ia dengan cepat mampu menerima pelajaran yang diberikan sang guru. Ia termasuk pemuda yang pandai bergaul karena ia memiiki kefasihan lidah dan kepandaiannya merangkai kata mejadi syair yang indah. Teman-temannya merasa terhibur jika berada di dekat Alip. Ia adalah pribadi yang ringan tangan, gemar membantu teman-temannya yang terkena musibah dan penderitaan.
Di antara murid-murid sang guru yang lain, terdapat gadis cantik nan rupawan berusia belasan tahun. parasnya anggun mempesona, lembut budi bahasanya, dan penampilannya teramat sederhana dan bersahaja. Gadis ini bersinar terang laksana cahaya matahari, bola matanya hitam laksana mata rusa dan senyumnya mampu mengetarkan bumi dan meruntuhkan langit-langit Lembah Harau.
Gadis itu menjadi buah bibir dan penghias mimpi di kalangan para lelaki. Ia bernama Rahma. Ya, bukankah Rahma berarti keberkahan yang melimpah atau rahmat dari alam semesta dan kesetiaan yang agung? Jika seorang lelaki menatap parasnya, tentu jiwanya akan gelisah dan paras elok tersebut akan senantiasa terkenang hingga ajal pun tiba. Rohnya akan resah dan selalu merindukan, begitu dasyat pesona Rahma. Apalagi menatap pipinya yng seperti rembulan menerangi Lembah Harau, pasti jantung akan berhenti berdetak.
Semua lelaki yang memandangnya pasti akan terpikat oleh pesona paras rupawan gadis tersebut. Cahaya wajah Rahma sangat menawan. Andai saja mentari tak terbit, cukup paras Rahma yang menawan menggantikan cahayanya. Jika rembulan enggan muncul di malam hari, pesona paras Rahma sudah cukup menyinari bumi ini.
Rahma dikaruniai kecerdasan dan kefasihan lidah serta mempunyai kemampuan yang mempesona untuk merangkai kata. Sempurna sudah kepribadian dan kemuliaan gadis pujaan kaum Adam.
Banyak teman Rahma enggan jauh dari sisinya, kemanapun Rahma pergi selalu ditemani kawan-kawannya, seakan mereka hendak mengambil sisa-sisa pesonanya. Para kaum Adam pun turut berlomba-lomba menarik perhatiannya, berusaha menawan hati bunga cantik Lembah Harau.
Paras Rahma laksana pusaran angin beliung, yang mampu menyedot segala benda yang tertanam di bumi. Rahma merupakan mahkota Lembah Harau, yang dipuja  dan dikenang selalu. Andai saja para lelaki tak menatap wajahnya, mendengar namanya disebut saja sudah mampu membuat hasrat hidupnya dapat kembali.
Alip sendiri sejak pertama kali menatap wajahnya, jiwanya langsung bergetar. Alip bak merasakan bumi bergetar kencang, hingga merenggut hasratnya untuk menuntut ilmu. Ia sungguh telah jatuh cinta pada mawar jelita, Rahma.
Mukjizat cinta sudah merenggut pikiran Ali, gejolak gairah cinta dalam jiwa membuat kehilangan akal sehatnya, tiada sedetikpun terlepas dari bayangan mata jelita Rahma. Tak ada suara yang menggetarkan jiwanya kecuali suara bidadari surga yang turun ke bumi.
Ketika melihat paras bunga Lembah Harau, Rahma, ribuan kata hendak dikeluarkan dari bibirnya, tapi tiada daya bibir pun menjadi keluh untuk melukiskan pesona cinta. Nyala api asmara di dalam hatinya semakin lama semakin berkobar. Siang dan malan Alip tak lelah untuk bermunajat dan memohon kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta agar dapat memiliki Rahma.
"Duhai, Tuhanku, hamba senantiasa memuja dan menyembah-Mu, laksana para pecinta, air mata yang bening dan jernih terus menetes tersebab merindukan Rahma. Ya Allah, wahai Tuhanku, Engkau adalah Ilham dan hamba mohon lepaskanlah kepedihan dan kerinduan hamba".
"Duhai, hati nan gundah gulana tak menentu, tak pernah hamba menjauh dari-Mu, hamba senantiasa memohon dan mengharap kepada-Mu, karena Engkau merupakan Tuhanku, harapan bagiku untuk merajut syair cinta menjadi puja-puji permohonan dan pengharapan akan karunia".
Siang dan malam Alip meratap dan mengiba kepada Tuhan. Jika siang tiba, Alip rajin bersedekah dan memberi makan mereka yang sangat membutuhkan, agar impiannya tercapai dan doanya terkabul. Bila malam menjelang, dengan air mata menetes ia bertafakur dan bermunajat serta berdoa memohon pada Illahi.
Engkau adalah ibarat mutiara
Dirimu terjaga di dasar samudera ketulusan
Tiada sembarang siapa saja yang bisa menggenggam dan mengambilmu.
Agunglah namamu.
Seputih hatimu.
Selembut jiwamu.
setenang kesabaranmu.
seikhlas kasih sayangmu
sesuci keistimewaanmu.
Duhai Rahma, engkaulah mutiara Lembah Harau
Engkaulah wanita yang selalu ada di palung hatiku yang terdalam.
Engkaulah cahaya mentari pagi.
Engkaulah kelembutan cahaya rembulan malam.
Biarkanlah aku memiliki dan memelukmu walau hanya sekejab.
Karena sekejab adalah ribuan penantian bagiku.
Namun, Rahma telah dijodohkan oleh orangtuanya, Rahma tidak mungkin menjadi milik Alip, sebuah mutiara akan selalu tersimpan di dalam sebuah kerajaaan yang kokoh, bukan di dalam bilik kayu yang rapuh. Alip dan Rahma tak mampu menentang takdir, keduanya adalah bagian dari jalan cerita yang telah tertulis sebelum mereka dilahirkan.
Bila sujud ini adalah penghapus dosa
maka tak akan pernah terangkat kepalaku dari bersujud kepadaMu
Bila tangis ini adalah penebus dosa
maka tak akan berhenti derasnya air mataku dari menangis di hadapanMu
Bila dzikir ini adalah penguap dosa
maka tiada lelah lidahku
berdzikir di telingaMu
Bila lapar ini adalah penahan dosa
maka tiada penghentiannya perutku
berlapar-lapar di depan hidanganMu
Bila langkah ini adalah peninggal dosa
maka akan terus menapak kakiku
demi melangkahi seluruh jalan petunjukMu
Bila melihat ini adalah penutup dosa
maka akan terus menunduk mataku
dan hanya melihat ketulusan wajahMu
Bila nafas ini adalah penghalang dosa
maka semakin ku paksa jantungku
hingga hanya bernafas di udara kebesaranMu
Bila rasa ini adalah pembatas dosa
maka semakin ku siksa hatiku
untuk tiada merasa selain kasih sayangMu
Bila mati ini adalah penutup dosa
maka biarkan jasadku ini
untuk menemui kematian dalam syahidMu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H