"Huh, letoy!"
Stop! Berhenti! Apa-apaan ini?
"Sekarang kamu sakit karena kesalahan kamu sendiri, Asti."
Hah? Kesalahanku? Bukanlah Lea yang dengan sengaja melempar bola basket ke kepalaku. Aku sadar kok, aku ingat saat dia teriak senang ketika berhasil menyakitiku. Kenapa mereka semua menyalahkannku? Aku bukanlah orang yang tepat untuk mereka sudutkan seperti ini.
Tanpa daya, aku pulang dan menangis. Sebenarnya aku ingin sekali melawan, namun kupikir tak akan banyak berguna. Saat itu aku hanya nak kelas 4 SD sementara Lea sudah kelas 6 SD. Kalaupun ada yang membelaku karena aku lebih muda, Lea pasti akan tetap mengusik ketenangan hidupku.
Pada malam yang cerah, hanya bintang-bintang yang menjadi temanku. Aku berbaring di atap sambil memandang bintang-bintang, kadang rembulan. Keduanya begitu indah, menghiasi malam yang gelap dan dingin. Alfa dan Sirius adalah dua bintang favoritku. Aku dikenalkan pada mereka oleh ayahku. Dua bintang itulah yang sekarang menerangi hatiku, menggantikan ayah dan ibuku.
***
"Andrastea! Segera ke ruang Kepala Sekolah." ucap guruku galak.
Ada apa ini? Apa yang dilalukan Lea, sampai-sampai Kepala Sekolah yang baru pun sudah memanggil aku. Seharusnya lea sudah pergi dari sekolah ini tapi karena otak dungunya itu aku masih harus bersama dia.
Aku sudah masuk di ruang Kepala Sekolah. Uh, ruangan ini begitu dingin, membuatku menjadi kecil hati. Tapi, aku harus berani menghadapi ini.
"Andrastea, selamat datang. Silakan duduk, nak." Ucap kepala Sekolah.