Mohon tunggu...
dinasthia putri firdhausi
dinasthia putri firdhausi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

nama saya dinasthia, saya adalah mahsiswa masih belum bekerja maupun nikah, hobi saya banyak entah itu membaca artikel buku dll

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Islam dan Konsep, Teori, Konsekuensi dan Dampak Mobilitas Sosial Dalam Pendidikan Islam

18 November 2023   08:34 Diperbarui: 18 November 2023   12:09 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDIDIKAN ISLAM dan KONSEP, TEORI, KONSEKUENSI dan DAMPAK MOBILITAS SOSIAL dalam PENDIDIKAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Dosen Pengampu Bahrul Munib ,S.H.i,.M.Pd.I

Makalah ini disusun Oleh: Dinasthia Putri Firdhausi        (222101010009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURURAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER OKTOBER 2023

KATA PENGANTAR

Puji hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan bimbingannya, penulis menyelesaikan proyek berjudul "Pendidikan islam dan konsep, teori, konsekuensi dan dampak Mobilitas Sosial Pendidikan Islam", selaku dosen Bapak Bahrul Munib, SHi, M.Pd.I.

Disertai ini disusun sebagai tugas mata kuliah Sosiologi. Selain itu, Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca untuk mengetahui isi dari makalah ini yang berjudul Pendidikan islam dan konsep, teori, konsekuensi dan dampak Mobilitas Sosial Pendidikan Islam. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan artikel ini sangat diharapkan.

Jember, 13 Oktober 2023

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................... 1

Latar Belakang..................................................................................................... 1

Rumusan Masalah................................................................................................ 1

Tujuan Pembahasan.............................................................................................. 1

 BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................................. 2

Pengertian Pendidikan Islam........................................................................................ 2

Pengertian Mobilitas Sosial.......................................................................................... 7

Konsep Mobilitas Sosial............................................................................................... 8

Teori Mobilitas Sosial................................................................................................... 13

Konsekuensi dan Dampak Mobilitas Sosial Pendidikan Islam.................................... 18

BAB 3 PENUTUP........................................................................................................... 26

Kesimpulan.......................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 28

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pendidikan Islam memiliki sejarah panjang dan kaya dalam perkembangan budaya dan pendidikan di dunia Islam. Sejak zaman awal Islam, pengetahuan dan pendidikan telah menjadi inti dari kebudayaan Islam, dan pendidikan Islam memiliki peran penting dalam memelihara nilai-nilai agama, moralitas, serta peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Pendidikan Islam bukan hanya tentang memahami ajaran agama, tetapi juga berperan dalam mempersiapkan individu untuk menjadi anggota yang produktif dalam masyarakat.

Mobilitas sosial, baik sosial maupun ekonomi, merupakan dampak penting dari pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang berkualitas dapat memungkinkan individu untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, memperoleh keterampilan yang dibutuhkan dalam pasar kerja, dan dengan demikian, mengubah status sosial dan ekonomi mereka. Ini memiliki implikasi besar terhadap perkembangan masyarakat Muslim, terutama dalam upaya untuk mengatasi kemiskinan, ketidaksetaraan, dan ketidakadilan sosial.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pendidikan Islam?

2. Apa Pengertian Mobilitas Sosial?

3. Bagaimana Konsep dan Teori Mobilitas Sosial?

4. Apa Konsekuensi dan Dampak Mobilitas Sosial Pendidikan Sosial? 

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian Pendidikan Sosial, Pengertian Mobilitas Sosial, konsep dan Teori Mobilitas Sosial, Konsekuensi dan Dampak Mobilitas Sosial Pendidikian Sosial.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendidikan Islam

Secara historis, pendidikan Islam telah menjadi bagian integral dalam sejarah Indonesia. sebagai sebuah sistem. Pendidikan Islam telah menjadi subsistem pendidikan nasional. Dalam konteks ini, peran pendidikan Islam tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya harus dipahami sebagai mencerdaskan bangsa, tetapi juga mencakup tujuan pengembangan kepribadian manusia.

Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah suatu proses yang berkesinambungan dan berkesinambungan. Dalam konteks ini, tugas dan fungsi yang dilakukan pendidikan Islam adalah pendidikan bagi manusia seutuhnya, sepanjang hayat (pendidikan umur panjang). Jika kita mencermati hasil Konferensi Internasional Pendidikan Islam, maka pengertian pendidikan Islam adalah suatu proses pencapaian pertumbuhan jasmani, intelektual, spiritual kepribadian manusia melalui pengajaran, bimbingan, pelatihan dan keteladanan. , ilmiah atau linguistik. Semua itu demi mencapai tujuan akhir, yaitu pengabdian yang sempurna kepada Tuhan. Harapannya pendidikan Islam tetap kokoh dan memberikan alternatif solusi sesuai kebutuhan dan tantangan zaman.[1]

Secara etimologis, makna pendidikan dalam Islam diwakili oleh istilah taklim dan tarbiah, yang berasal dari kata dasar allamah dan rabba yang digunakan dalam Al-Qur'an, meskipun arti kata tarbiah lebih luas. meliputi mengasuh, mengayomi, mendidik. Artinya juga mengajar (allama).

Prof. Dr. Naquib Alatas, dalam bukunya Islam and Secularism (at al: 1978) mengajukan istilah lain, yaitu ta'dib yang ada hubungannya dengan kata adab (susunan). Dia Percaya bahwa pendidikan membentuk manusia untuk menduduki

tempat yang selayaknya dalam struktur sosial dan bertindak sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimilikinya. Konotasi pendidikan juga terletak pada pengakuan bahwa pendidik harus mampu menyampaikan setiap jenis ilmu atau hubungan antara ilmu dengan ilmu lainnya dalam suatu struktur yang sistematis, dan harus disampaikan sesuai dengan susunan kemampuan dasar (ability). dimiliki oleh siswa. Melalui teknologi dan keterampilan tertentu, ilmu pengetahuan tersebut diterapkan dalam suatu sistem yang teratur, sehingga memungkinkan menjadi alat yang ampuh dalam kehidupan manusia untuk membentuk dan mengembangkan masyarakat dan kebudayaannya, yang senantiasa bergerak menuju tingkat kesempurnaan tertentu.

Secara khusus berdasarkan data empiris masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia, pendidikan Islam mempunyai konotasi pendidikan agama Islam ('ulumuddin), dan tujuannya secara umum ditujukan untuk:

  • Terbentuknya dan berkembangnya umat Islam yang setidak-tidaknya menguasai ibadah Mahdhah.
  • Pembentukan dan pengembangan ahli ilmu agama Islam, seperti tafsir, hukum Islam, Adab, dan lain-lain.
  • Pendidikan Islam menempati posisi unik sebagai bagian integral dari pendidikan umum karena pendidikan Islam termasuk dalam kurikulum pendidikan umum tersebut baik pendidikan dasar, menengah, dan tinggi tidak memiliki sistem pendidikan yang utuh. Dalam hal ini, pendidikan Islam tetap berada dalam sistem pendidikan lain, yaitu sistem pendidikan nasional yang program dan sistem pendaftarannya membuka pintu bagi semua warga negara yang memeluk berbagai macam agama.
  • Dalam masyarakat Islam banyak dilakukan proses pendidikan keislaman melalui program yang bervariasi dan dilakukan oleh berbagai macam kawasan sosial sehingga tipologinya dapat digolongkan ke dalam program pendidikan kemasyarakatan mulai dari kuliah subuh, pengajian mingguan, pengajian sore, hingga kursus intensif dan pendidikan Islam untuk anak oleh keluarga.[2]

Definisi Pengertian Pendidikan Menurut Para ahli yakni: Menurut Syekh M. Yusuf Al-Qardhawi "pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya; rohani dan jasmaninya; akhlak dan ketrampilanya. Karena itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan damai maupun perang dan menyiapkanya untuk masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatanya, manis dan pahitnya".

Sementara itu, An Nahlawi berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses pengembangan pemikiran masyarakat dan pengorganisasian moral dan emosi masyarakat berdasarkan ajaran Islam, tujuannya adalah untuk mencapai tujuan Islam dalam segala aspek kehidupan pribadi dan sosial.

Syed Muhammad Naquib Al-Attas berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah upaya pendidik untuk menyadarkan dan mengakui kebenaran tempat segala sesuatu dalam tatanan penciptaan. Dengan demikian, mengarah pada pengakuan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang benar dalam tatanan keberadaan dan kepribadian.

Sementara itu M. Arifin berependapat bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memberdayakan seseorang untuk hidup sesuai dengan cita-cita Islam karena nilai-nilai Islam memberikan vitalitas dan warna pada kepribadiannya.

Menurut Sayyid Muhammad Nuh, Pendidikan (Islam) adalah satu aktivitas yang menggunakan berbagai macam metode (uslub) dan sarana (wasail) yang tidak bertentangan dengan syar'iat dalam rangka menjaga dan memelihara manusia sampai ia menjadi pemimpin di bumi (halifah fil ardhi) dengan kepemimimpinan yang diteguhan oleh Allah Ta'ala.

Ahmad D. Marimba menyatakan pendidikan Islam adalah "Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam atau memiliki kepribadian muslim."

Mushtafa Al-Ghulayani berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia ke dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak mereka menjadi salah satu kemampuan yang meresap dalam jiwanya dan mewujudkan keutamaan, kebaikan, dan cinta bekerja bagi kemanfaatan tanah air.

H.M Chabib Thoha (1996: 99), menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah "pendidikan yang falsafah dan tujuan serta teori-teori dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan yang didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam al-Qur'an dan hadits Nabi."

Pendidikan Islam adalah upaya mengubah tingkah laku seseorang dalam kehidupan pribadi atau sosialnya serta lingkungan alamnya melalui proses pendidikan.

M. Yusuf Qardhawi sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Abuddin Nata, MA. (2003: 60) memberikan pengertian "pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatan, manis dan pahit".

Dari definisi di atas dapat kita tarik benang merah tentang pengertian pendidikan Islam. Pendidikan Islam merupakan pendidikan holistik yang dilakukan orang dewasa bagi peserta didik untuk mempersiapkan mereka menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya, pendidikan Islam bukan hanya sekedar menyampaikan ilmu kepada peserta didik, namun memerlukan keterpaduan tarbiyah, ta'lim dan ta'dib agar yang menerima pendidikan Islam mempunyai kepribadian muslim yang menerapkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. dan hidup bahagia di kehidupan ini dan akhirat.

Setidak-tidaknya ada tiga poin yang dapat disimpulkan dari beberapa pengertian pendidikan Islam di atas, yaitu: Pertama: Pendidikan Islam menyangkut aspek jasmani dan rohani. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu pembinaan terhadap keduanya harus seimbang (tawazun).

Kedua: Pendidikan Islam terbangun atas dasar nilai-nilai religius. Ini berarti bahwa pendidikan Islam tidak mengabaikan teologis sebagai sumber dari ilmu itu sendiri. Ketiga: Adanya unsur takwa sebagai tujuan yang harus dicapai. Sebagaimana kita ketahui, bahwa takwa merupakan benteng yang dapat berfungsi sebagai daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang datang dari luar.

Berdasarkan pengertian dari tiga poin di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah "bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam".[3]

 

Pengertian mobilitas sosial dalam sosiologi merupakan gejala sosial yang kompleks yang terdiri atas hal-hal berikut.

1. Arah mobilitas sosial berlangsung secara:

  • Vertikal, yaitu perubahan status sosial atau kelas sosial seseorang, ke atas untuk naik statusnya ataupun ke bawah yang merupakan penurunan statusnya:
  • horizontal atau mendatar, yaitu perubahan status seseorang dalam kelas sosialnya tanpa berubah hierarki prestise dan jenis kelas sosial.

2. Mobilitas sosial dilihat dari waktu, baik yang berlangsung dalam satu generasi maupun dari satu generasi ke generasi lainnya. Mobilitas yang dilakukan seseorang dalam kehi dupannya, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya disebut mobilitas segenerasi.[4]


2. Pengertian Mobilitas Sosial

Mungkin Anda pernah melihat seseorang yang kaya mendadak atau malah jatuh miskin. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk dari mobilitas sosial seseorang. Lalu, apa sebenarnya mobilitas sosial itu? Mobilitas berasal dari bahasa Latin, yaitu mobilis yang berarti mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan "gerak" atau "perpindahan." Dalam hubungannya dengan konsep stratifikasi sosial, mobilitas berarti gerak yang menghasilkan perpindahan tempat.

  • Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Adapun menurut Robert M.Z. Lawang, mobilitas sosial adalah perpindahan posisidari lapisan yang satu ke lapisan yang lain atau dari satu dimensi ke dimensi yang lainnya. Menurut Horton dan Hunt, mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.
  • Dari berbagai definisi mobilitas sosial yang dikemukakan olehpara ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa mobilitas sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau kelompok dari lapisan (strata sosial) yang satu ke lapisan yang lain.[5]

 

Gerak sosial atau sosial mobility adalah gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok itu dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Pengertian mobilitas mencakup mobilitas kelompok dan mobilitas individu, Mobilitas sosial adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status, dan peran anggotanya. Tipe-tipe gerak sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal. Dengan gerak sosial yang horizontal dimaksudkan suatu perihal individu atau objek- objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya.

Mobilitas sosial adalah suatu peralihan individu atau kelompok atau objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Mobilitas sosial dapat digambarkan sebagai. proses perpindahan (movement) atau kesempatan untuk berpindah (opportunity to move) pada kelompok-kelompok sosial yang berada dimasyarakat, terutama sekali proses perpindahan dari kelompok masyarakat yang kurang beruntung secara sosial ekonomi menjadi masyarakat yang lebih beruntung.[6]

3. Konsep Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial merujuk pada perpindahan individu atau kelompok dari satu posisi sosial ke posisi sosial yang berbeda dalam struktur sosial masyarakat. Terdapat beberapa konsep mobilitas sosial yang bisa membantu memahami perubahan status sosial. Di bawah ini adalah beberapa konsep mobilitas sosial beserta contohnya:

  • Mobilitas Sosial Vertikal: Contoh: Seseorang yang awalnya bekerja sebagai kasir di sebuah toko swalayan dan kemudian mengejar pendidikan tinggi, lulus, dan menjadi seorang dokter. Ini adalah contoh mobilitas sosial naik.
  • Mobilitas Sosial Horisontal: Contoh: Seorang individu yang sebelumnya bekerja sebagai guru di sekolah dasar beralih ke pekerjaan sebagai editor di sebuah perusahaan penerbitan. Meskipun peran berubah, status sosialnya tetap relatif sama, sehingga ini adalah contoh mobilitas sosial horisontal.
  • Mobilitas Sosial Antar Generasi: Contoh: Seorang anak yang lahir dalam keluarga miskin dan kemudian melalui pendidikan dan upaya sendiri berhasil menjadi seorang pengusaha sukses. Ini adalah contoh mobilitas sosial antar generasi.
  • Mobilitas Sosial Dalam Generasi: Contoh: Seseorang yang memulai karier sebagai karyawan biasa dan kemudian, selama bertahun-tahun, naik dalam perusahaan dan menjadi direktur. Ini adalah contoh mobilitas sosial dalam generasi.
  • Mobilitas Sosial Upward dan Downward:
  • Contoh Upward: Seorang teknisi yang awalnya bekerja di posisi bawah dalam perusahaan teknologi dan kemudian memperoleh kualifikasi tambahan dan promosi ke posisi manajemen yang lebih tinggi, mengalami mobilitas sosial naik.
  • Contoh Downward: Seseorang yang sebelumnya memiliki pekerjaan manajemen tingkat tinggi tetapi, karena penurunan ekonomi, kehilangan pekerjaannya dan terpaksa menerima pekerjaan di tingkat yang lebih rendah.
  • Mobilitas Sosial Absolut dan Relatif:
  • Contoh Mobilitas Sosial Absolut: Jika seseorang awalnya bekerja sebagai petani dan kemudian menjadi seorang dokter, maka ini adalah contoh mobilitas sosial absolut karena perubahan status sosialnya signifikan.
  • Contoh Mobilitas Sosial Relatif: Untuk menentukan apakah mobilitas sosial relatif terjadi, Anda perlu membandingkan individu dengan kelompok referensi. Misalnya, seseorang yang menjadi seorang dokter dalam keluarga di mana semua anggota keluarga sebelumnya adalah dokter telah mencapai mobilitas sosial relatif.
  • Mobilitas Sosial Terbuka dan Tertutup:
  • Contoh Mobilitas Sosial Terbuka: Negara yang memiliki sistem pendidikan yang adil dan peluang kerja yang luas sehingga individu memiliki peluang terbuka untuk mencapai mobilitas sosial berdasarkan kemampuan dan usaha mereka.
  • Contoh Mobilitas Sosial Tertutup: Negara yang memiliki sistem kasta yang menghambat individu untuk mencapai mobilitas sosial karena kelas sosial atau kelompok tertentu diberikan hak-hak khusus.
  • Mobilitas Sosial Struktural dan Mobilitas Sosial Intragenarasi:
  • Mobilitas Sosial Struktural: Ini merujuk pada perubahan dalam struktur sosial masyarakat yang dapat memengaruhi mobilitas sosial. Contoh termasuk perubahan dalam kebijakan ekonomi, perkembangan teknologi, atau perubahan dalam tatanan keluarga.
  • Mobilitas Sosial Intragenarasi: Ini adalah perubahan status sosial individu selama masa hidup mereka. Seorang individu yang awalnya adalah seorang guru dan kemudian menjadi seorang penulis sukses adalah contoh mobilitas sosial intragenarasi.
  • Mobilitas Sosial Kasar dan Fein:
  • Mobilitas Sosial Kasar: Ini merujuk pada perubahan status sosial dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah ukuran perubahan besar dalam mobilitas sosial dalam masyarakat.
  • Mobilitas Sosial Fein: Ini lebih terfokus pada perubahan status sosial yang terjadi pada individu atau kelompok tertentu. Misalnya, peningkatan gaji individu yang disebabkan oleh promosi adalah contoh mobilitas sosial fein.
  • Mobilitas Sosial Lateral dan Diagonal:
  • Mobilitas Sosial Lateral: Ini terjadi ketika individu atau kelompok berpindah ke posisi sejajar dalam struktur sosial, yang dapat melibatkan perubahan dalam jenis pekerjaan atau sektor ekonomi tanpa perubahan signifikan dalam status sosial.
  • Mobilitas Sosial Diagonal: Ini adalah kombinasi antara mobilitas sosial vertikal dan horisontal. Ini terjadi ketika seseorang pindah ke posisi yang berbeda dalam struktur sosial yang tidak secara langsung lebih tinggi atau lebih rendah dalam hierarki sosial.
  • Mobilitas Sosial dalam Konteks Global: Mobilitas sosial juga dapat terjadi di tingkat internasional ketika individu atau kelompok pindah antar negara atau wilayah. Ini melibatkan perubahan status sosial yang melibatkan perpindahan lintas batas, seperti migrasi internasional untuk pekerjaan atau studi.
  • Mobilitas Sosial dan Gender: Mobilitas sosial seringkali dipengaruhi oleh peran gender. Konsep mobilitas sosial gender mencerminkan bagaimana norma dan ekspektasi gender dalam masyarakat dapat membatasi atau memfasilitasi mobilitas sosial individu berdasarkan jenis kelamin mereka.
  • Mobilitas Sosial dan Perubahan Teknologi: Perubahan teknologi, seperti revolusi teknologi informasi, dapat memengaruhi mobilitas sosial. Teknologi baru dapat menciptakan peluang baru dalam bidang pekerjaan dan bisnis, dan memengaruhi bagaimana individu membangun karier mereka.
  • Mobilitas Sosial dan Kelembagaan Sosial: Mobilitas sosial juga terkait dengan lembaga-lembaga sosial dan ekonomi, seperti pendidikan, keluarga, dan pasar tenaga kerja. Bagaimana lembaga-lembaga ini beroperasi dapat memengaruhi peluang mobilitas sosial.
  • Mobilitas Sosial dan Pengaruh Budaya: Budaya dan norma-norma sosial juga memainkan peran dalam mobilitas sosial. Cara individu dan kelompok dihargai dan dihukum oleh masyarakat dapat memengaruhi peluang mobilitas sosial.

Pemahaman tentang berbagai konsep mobilitas sosial ini memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang cara perubahan status sosial dapat terjadi dalam berbagai konteks dan di bawah pengaruh berbagai faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Mobilitas sosial adalah topik penting dalam ilmu sosial yang membantu kita memahami bagaimana masyarakat berkembang dan berubah seiring waktu.

Uraian mengenai konsep-konsep kunci yang umum digunakan oleh para peneliti mobilitas sosial menjadi hal penting untuk dibahas. Adapun konsep-konsep yang dibahas pada bagian ini adalah class origin dan class destination, tipe mobilitas sosial, sistem mobilitas sosial, dan konsep-konsep yang digunakan dalam analisis mobilitas sosial.

1. Class Orgin dan Class Destination

Dalam teori mobilitas sosial dikenal konsep class origin dan class destination. "Class origin refers to the class of the respondent's father when the respondnet was growing up" (Ishida & Miwa, 2005: 6) class origin merujuk pada kelas ayah responden ketika responden menginjak usia dewasa. Yang dimaksud dalam definisi ini adalah ketika peneliti melakukan studi, pertama-tama ia harus mengidentifikasi dan menentukan kelas sosial orang tua (dalam definisi ini disebutkan kelas sosial ayah) dari responden yang akan diteliti. Kelas orang tua merupakan kelas dari mana responden berasal. Konsep class destination dirumuskan sebagai berikut. "Class destination refers to the respondent's current class" (Ishida & Miwa, 2005:6). Class destination dapat dipahami sebagai kelas sosial responden pada saat penelitian dilakukan. Identifikasi dan penentuan ini mutlak diperlukan dengan maksud untuk melihat ada atau tidaknya perubahan kelas sosial dari orang tua ke responden.

2. Tipe Mobilitas Sosial

Penelitian sosiologi mengenai mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu mobilitas antargenerasi (intergenrational mobility) dan antargenerasi (intragenerational mobility). Breen memberikan pendapatnya mengenai mobilitas antargenerasi sebagai berikut: "Intergenerational mobility examines the relationship between people's current circumstances and those in which they originated" (Breen, 2004: 3). Tipe mobilitas ini menguji hubungan status sosial dari satu generasi ke generasi lain, yaitu dari generasi orang tua ke generasi anak. Yang menjadi fokus studinya dapat berupa hubungan antara pendapatan ayah dan anak atau posisi kelas seorang individu dengan kelas ketika ia dibesarkan (Breen, 2004:3). Mobilitas ini memperhitungkan kemampuan individu, tetapi peran latar belakang orang tua juga tidak sedikit, misalnya latar belakang sosial, ekonomi, ras.

Penjelasan mengenai mobilitas intra-generasi dipaparkan oleh Breen sebagai "Intragenerational mobility looks as she change incircumstances during an individual's own (working) life" (Bre-en, 2004:3). Mobilitas intragenerasi melihat perubahan situasi dalam kehidupan kerja atau perjalanan karier individu. Dalam melihat mobilitas intergenerasi, pola yang paling lazim digunakan adalah menganalisis hubungan antara kelas sosial seseorang, yang dilihat dari pekerjaan pertamanya hingga pekerjaan saat penelitian dilakukan. Penelitian ini mengkaji "jalur" karier seseorang secara terperinci (Breen, 2004:26). Penelitian mobilitas intragenerasi umumnya jauh lebih rumit daripada antargenerasi karena penelitian tersebut mengkaji berbagai informasi dan dinamika riwayat pekerjaan seseorang. Hal ini harus ditelusuri secara lengkap dan rinci sehingga mensyaratkan kemampuan responden untuk mengingat kembali sejarah perjalanan kariernya.

3. Sistem Mobilitas Sosial

Dalam studi mobilitas sosial dikenal adanya perbedaan sistem mobilitas sosial pada masyarakat yaitu antara sistem mobilitas tertutup dan terbuka. Pada masyarakat praindustri banyak di- temukan sistem mobilitas sosial tertutup di berbagai negara. Dalam sistem ini, posisi sosial seseorang telah ditentukan oleh masyarakat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu seperti pekerjaan orang tua, posisi sosial orang tua, jenis kelamin, dan sebagainya. Pada sistem ini, kesempatan seseorang untuk menduduki posisi sosial yang lebih tinggi atau untuk melakukan mobilitas vertikal sangat terbatas. Bahkan, sistem ini dapat mengekalkan kesenjangan dalam masyarakat, seperti kesenjangan distribusi sumber daya, pemilikan kekuasaan, dan sebagainya. Namun, betapapun ketatnya sistem tersebut, tetap ada peluang untuk melakukan mobilitas sosial walaupun sangat sulit dan kesempatannya sangat terbatas. Contoh sistem mobilitas tertutup adalah sistem kasta di India.[7]


4. Teori Mobilitas Sosial

Teori mobilitas sosial adalah kerangka konseptual yang digunakan dalam ilmu sosial untuk menjelaskan perpindahan individu atau kelompok sosial dari satu posisi sosial ke posisi lain dalam struktur sosial masyarakat. Mobilitas sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, dan beberapa teori berusaha menjelaskan mengapa dan bagaimana mobilitas sosial terjadi. Berikut adalah beberapa teori mobilitas sosial yang signifikan:

  • Mobilitas Sosial Vertikal: Teori ini fokus pada perpindahan individu atau kelompok dari satu kelas sosial ke kelas yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam hierarki sosial. Teori ini mencakup dua jenis mobilitas:
  • Mobilitas Sosial Naik: Ini terjadi ketika individu atau kelompok sosial pindah ke kelas sosial yang lebih tinggi. Teori ini mencakup gagasan tentang peluang ekonomi, pendidikan, dan prestasi individu.
  • Mobilitas Sosial Turun: Ini terjadi ketika individu atau kelompok sosial pindah ke kelas sosial yang lebih rendah, mungkin karena faktor seperti kegagalan ekonomi atau penurunan status.
  • Mobilitas Sosial Horisontal: Teori ini membahas perpindahan individu atau kelompok antara posisi sosial dengan tingkat status yang relatif sama. Ini mungkin melibatkan perubahan pekerjaan atau sektor ekonomi tanpa perubahan signifikan dalam status sosial.
  • Mobilitas Sosial Antar Generasi: Ini adalah bentuk mobilitas yang melibatkan perubahan status sosial antara generasi, seperti ketika anak-anak mencapai status sosial yang berbeda dari orang tua mereka. Teori ini dapat menggambarkan sejauh mana masyarakat memberikan peluang mobilitas antargenerasi.
  • Mobilitas Sosial Dalam Generasi: Ini merujuk pada perubahan status sosial selama masa hidup individu. Ini dapat terjadi melalui pendidikan, pengalaman kerja, atau faktor-faktor lain yang memungkinkan perubahan status selama hidup seseorang.
  • Teori Kesempatan dan Akses: Teori ini mengemukakan bahwa mobilitas sosial tergantung pada kesempatan yang tersedia dan akses ke faktor-faktor seperti pendidikan, lapangan kerja, dan sumber daya ekonomi. Ini mencakup gagasan kesenjangan ekonomi dan pendidikan sebagai faktor-faktor penting dalam mobilitas sosial.
  • Teori Struktural dan Teori Kasta: Teori ini mempertimbangkan faktor-faktor struktural dalam masyarakat, seperti sistem ekonomi, politik, dan kasta sosial, dalam mempengaruhi mobilitas sosial. Teori kasta, khususnya, berbicara tentang pembatasan pergerakan antar-kasta dalam masyarakat tertentu.
  • Teori Budaya dan Teori Ketergantungan: Teori budaya mempertimbangkan pengaruh budaya dan nilai-nilai sosial dalam mobilitas sosial. Teori ketergantungan, sebaliknya, berbicara tentang sejauh mana individu atau kelompok bergantung pada sistem sosial yang ada.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi teori Mobilitas Sosial adalah:

  • Teori Klasik tentang Mobilitas Sosial: Beberapa teori klasik juga memberikan wawasan tentang mobilitas sosial. Teori konflik oleh Karl Marx, misalnya, menekankan peran konflik kelas dalam mobilitas sosial. Marx berpendapat bahwa konflik antara kelas sosial yang berbeda adalah pendorong utama perubahan sosial.
  • Teori Kapabilitas dan Kesejahteraan: Amartya Sen dan Martha Nussbaum mengembangkan teori kapabilitas yang berfokus pada kemampuan individu untuk mencapai potensi mereka dan mencapai kesejahteraan. Teori ini mencerminkan gagasan bahwa mobilitas sosial tidak hanya tentang perubahan status ekonomi, tetapi juga tentang kemampuan individu untuk mencapai tujuan hidup mereka.
  • Teori Jaringan Sosial: Teori ini menyoroti pentingnya jaringan sosial dalam mobilitas sosial. Individu yang memiliki akses ke jaringan yang kuat dan beragam cenderung memiliki lebih banyak peluang untuk mobilitas sosial daripada individu yang terisolasi.
  • Teori Segregasi dan Diskriminasi: Mobilitas sosial juga dapat dipengaruhi oleh segregasi rasial, etnis, atau diskriminasi. Teori ini menggarisbawahi bagaimana hambatan-hambatan seperti diskriminasi dalam lapangan kerja atau akses terhadap pendidikan dapat menghambat mobilitas sosial bagi kelompok-kelompok tertentu.
  • Teori Kesempatan Parietal: Teori ini menggambarkan sejauh mana mobilitas sosial adalah hasil dari kemampuan dan usaha individu, yang disebut "kemampuan" atau "usaha sendiri." Ini terkadang menjadi titik fokus dalam diskusi tentang tanggung jawab individu dan struktur sosial dalam mobilitas sosial.
  • Teori Kelembagaan: Mobilitas sosial juga terkait dengan lembaga-lembaga sosial dan ekonomi, seperti pendidikan, keluarga, dan pasar tenaga kerja. Teori ini mencerminkan bagaimana lembaga-lembaga ini dapat memberikan peluang atau hambatan bagi individu untuk mencapai mobilitas sosial.
  • Teori Globalisasi: Dalam konteks globalisasi, mobilitas sosial dapat terjadi di tingkat internasional, ketika individu atau kelompok berpindah antar negara atau wilayah. Faktor-faktor seperti migrasi, perdagangan internasional, dan perubahan ekonomi global dapat memengaruhi mobilitas sosial di tingkat global.
  • Teori Lingkungan dan Geografis: Teori ini menekankan bagaimana faktor-faktor lingkungan dan geografis, seperti lokasi geografis dan akses ke sumber daya alam, dapat memengaruhi mobilitas sosial. Misalnya, individu yang tinggal di daerah yang kurang berkembang mungkin menghadapi hambatan mobilitas sosial yang lebih besar.
  • Teori Kapital Sosial: Teori ini menekankan pentingnya "kapital sosial" atau jaringan hubungan sosial yang dimiliki oleh individu. Individu yang memiliki banyak kontak dan koneksi sosial cenderung memiliki lebih banyak peluang untuk mobilitas sosial karena mereka dapat mengakses informasi, pekerjaan, atau peluang lain melalui jaringan mereka.
  • Teori Gender: Mobilitas sosial sering kali dipengaruhi oleh gender. Beberapa teori mempertimbangkan bagaimana norma dan ekspektasi gender dalam masyarakat dapat membatasi atau memfasilitasi mobilitas sosial. Diskriminasi gender dan peran gender dalam pekerjaan dan keluarga adalah faktor yang sering dibahas dalam konteks mobilitas sosial.
  • Teori Kualifikasi Pendidikan: Teori ini fokus pada pengaruh pendidikan dalam mobilitas sosial. Pendidikan sering dianggap sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kemungkinan mobilitas sosial, karena dapat memberikan keterampilan, pengetahuan, dan akses ke pekerjaan yang lebih baik.
  • Teori Perspektif Ekonomi: Teori ini mencakup faktor-faktor ekonomi dalam mobilitas sosial. Faktor seperti perubahan kondisi ekonomi, kebijakan ekonomi, dan struktur lapangan kerja dapat memengaruhi kesempatan individu untuk meraih mobilitas sosial.
  • Teori Budaya Populer: Teori ini mengeksplorasi bagaimana budaya populer, termasuk media dan hiburan, dapat memengaruhi persepsi masyarakat tentang mobilitas sosial. Bagaimana mobilitas sosial digambarkan dalam media dan budaya populer dapat memengaruhi pandangan masyarakat tentang peluang dan aspirasi.
  • eori Perubahan Teknologi: Perubahan teknologi, seperti revolusi teknologi informasi, dapat memengaruhi mobilitas sosial. Teknologi baru dapat menciptakan peluang baru dalam bidang pekerjaan dan bisnis, dan memengaruhi bagaimana individu membangun karier mereka.
  • Teori Pemberdayaan: Konsep pemberdayaan mengacu pada upaya untuk memberdayakan individu atau kelompok yang kurang beruntung melalui pendidikan, pelatihan, dan akses ke sumber daya. Ini dapat menjadi strategi untuk meningkatkan mobilitas sosial dalam masyarakat.
  • Teori Siklus Kehidupan: Teori ini mempertimbangkan bagaimana mobilitas sosial dapat berfluktuasi selama siklus hidup seseorang, termasuk periode awal kehidupan, karier, dan pensiun. Pada titik-titik tertentu dalam siklus kehidupan, individu mungkin memiliki lebih banyak peluang untuk mobilitas sosial.

Harap diingat bahwa faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas sosial bisa sangat kompleks, dan kombinasi dari beberapa faktor seringkali berperan dalam menentukan sejauh mana individu atau kelompok dapat mencapai mobilitas sosial. Analisis mobilitas sosial seringkali merupakan topik penting dalam ilmu sosial karena dapat memberikan wawasan tentang masalah ketidaksetaraan, kesempatan, dan perubahan sosial dalam masyarakat.

5. Konsekuensi dan Dampak Mobilitas Sosial Pendidikan Sosial

A. Konsekuensi Mobilitas Sosial

Adanya Konflik. Konflik adalah benturan antara berbagai nilai karena masyarakat belum siap menerima perubahan yang dibawa mobilitas sosial. Berdasarkan jenis-jenis masyarakat yang terlibat, konflik dibagi menjadi:

  • Konflik antar-kelas sosial, berupa naik/ turunnya status sosial seseorang atau kelompok warga, masuknya seseorang atau sekelompok warga dalam kelas sosial tertentu, dan terbentuknya kelas sosial baru yang biasanya berupa: Reaksi negatif yang dialami warga baru kelas sosial dari warga lama, Reaksi negatif individu terhadap perlakuan masyarakat sehubungandengan kelas sosialnya yang baru, Reaksi negatif masyarakat terhadap kelas sosial baru.
  • Konflik antarkelompok sosial yang tampak dari tuntutan perlakuan baru dari suatu kelompok sosial akan hak dan kewajibannya, persaingan antarkelompok sosial untuk merebut dominasi dan penindasan terhadap kelompok sosial oleh kelompok sosial lainnya.
  • Konflik antargenerasi. Pergeseran hubungan antara generasi yang satu dengan generasi lain sehingga tata hubungan antar-generasi yang selama ini berlaku tidak diakui lagi atau dipersoalkan oleh generasi tertentu.[8]

Mobilitas sosial dapat memiliki berbagai konsekuensi, baik positif maupun negatif, tergantung pada konteks sosial, ekonomi, dan budaya tertentu. Di bawah ini adalah beberapa konsekuensi umum mobilitas sosial:

Konsekuensi Positif Mobilitas Sosial:

  • Peningkatan Kualitas Hidup: Mobilitas sosial naik dapat membawa perubahan positif dalam kualitas hidup individu atau kelompok, termasuk peningkatan pendapatan, akses ke pendidikan dan perawatan kesehatan, dan akses ke peluang ekonomi yang lebih baik.
  • Perubahan Ekonomi dan Pembangunan: Mobilitas sosial dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial karena memungkinkan masyarakat untuk memanfaatkan lebih banyak sumber daya manusia yang berpotensi produktif.
  • Inovasi dan Kreativitas: Perpindahan individu antara berbagai posisi sosial dapat membawa beragam pengalaman, perspektif, dan ide-ide baru yang dapat meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam masyarakat.
  • Peningkatan Kesetaraan: Mobilitas sosial dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Dengan memberikan kesempatan kepada individu yang kurang beruntung, mobilitas sosial dapat mengurangi kesenjangan sosial.

Konsekuensi Negatif Mobilitas Sosial:

  • Ketidaksetaraan Baru: Terkadang, mobilitas sosial dapat menciptakan ketidaksetaraan yang baru. Peningkatan mobilitas sosial dalam masyarakat yang memiliki ketidaksetaraan awal yang tinggi dapat menyebabkan kesenjangan yang lebih besar di antara individu yang sukses dan yang tidak sukses.
  • Ketegangan Sosial: Peningkatan mobilitas sosial dapat memicu ketegangan sosial karena perubahan dalam hierarki sosial. Kelompok-kelompok yang telah mendominasi secara historis mungkin merasa terancam oleh mobilitas sosial.
  • Stres Psikologis: Mobilitas sosial naik dapat membawa tekanan psikologis karena individu yang berpindah ke kelas sosial yang lebih tinggi mungkin mengalami tekanan untuk mempertahankan status tersebut, sementara individu yang mengalami mobilitas turun dapat merasa stres akibat penurunan status.
  • Ketidakpastian Ekonomi: Mobilitas sosial dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi individu. Orang yang pindah ke pekerjaan yang lebih baik mungkin mengalami peningkatan pendapatan, tetapi juga mungkin mengalami tekanan tambahan untuk mempertahankan kinerja mereka.
  • Ketidakpastian Sosial: Mobilitas sosial dapat menyebabkan ketidakpastian sosial dan perubahan dalam jaringan sosial. Hubungan antara individu dan keluarga, teman, dan komunitas mereka dapat berubah akibat perpindahan status sosial.

Penting untuk diingat bahwa konsekuensi mobilitas sosial tidak selalu positif atau negatif secara universal. Mereka tergantung pada banyak faktor, termasuk kebijakan pemerintah, tingkat kesetaraan awal, budaya, dan faktor-faktor sosial dan ekonomi lainnya dalam masyarakat tertentu. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks tertentu ketika mengevaluasi dampak mobilitas sosial.

B.  Dampak Mobilitas Sosial Pendidikan Islam

  • Dampak positif mobilitas sosial, antara lain: Memungkinkan masyarakat memegang jabatan yang ada dengan orang yang ahli di bidangnya, Memberikan kesempatan bagi semua orang mencapai tujuan hidupnya karena dalam masyarakat terbuka setiap orang ditantang untuk berusaha dan berprestasi agar melakukan mobilitas vertical, Munculnya pengembangan kepribadian warga masyarakat secara optimal karena terbukanya kesempatan melakukan mobilitas vertikal.
  • Mobilitas sosial juga berdampak negatif, yaitu: Terjadinya mobilitas vertikal ke atas bagi individu dapat menimbulkan dampak psikologis, seperti ketegangan dalam mempelajari peran dan jabatan baru, keretakan hubungan antar-anggota kelompok, kekhawatiran akan beban. tangggung-jawab, dan lain-lain. Munculnya dampak yang mencemaskan, seperti gangguan kesehatan, keretakan keluarga, perasaan terasing. keterpencilan sosial, Timbulnya konflik sosial karena mobilitas naik suatu kelompok sering dibarengi tergusurnya kelompok lain dari posisinya, dan mobilitas sosial vertikal ke bawah dapat menimbulkan tindakan sosial, seperti kekerasan dan pemerasan sebagai penyebar bibit konflik.

Dampak Positif Mobilitas Sosial. Mempercepat perubahan yang lebih baik, Meningkatkan kesejahteraan hidup, Mendorong seseorang untuk maju, Meningkatkan kualitas hidup.

Dampak Negatif Mobilitas Sosial, Menimbulkan kecemasan dan ketegangan bagi orang yang tidak memiliki kemampuan melakukan mobilitas sosial dan orang yang ingin memper tahankan kedudukannya., Muncul keretakan dalam suatu hubungan. Kondisi ini dapat terjadi karena rasa iri dan perubahan sikap seseorang yang melakukan mobilitas sosial, Muncul berbagai konflik.

Mobilitas sosial pendidikan dalam konteks Islam dapat memiliki dampak yang signifikan pada individu, keluarga, dan masyarakat Islam secara umum. Islam mendorong pendidikan sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, dan pendidikan yang berkualitas dianggap sebagai salah satu cara untuk mencapai mobilitas sosial yang lebih baik. Berikut adalah beberapa dampak mobilitas sosial pendidikan dalam konteks Islam:

  • Peningkatan Pengetahuan Agama: Pendidikan dalam konteks Islam seringkali mencakup pemahaman yang lebih dalam tentang agama Islam. Mobilitas sosial pendidikan Islam dapat membantu individu untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai, etika, dan prinsip-prinsip Islam yang lebih baik.
  • Peningkatan Keterampilan: Melalui pendidikan, individu dapat memperoleh keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam karier mereka. Ini dapat mencakup keterampilan seperti membaca, menulis, matematika, dan keterampilan teknologi informasi.
  • Akses ke Pekerjaan yang Lebih Baik: Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dalam masyarakat Islam sering kali berhubungan dengan akses yang lebih baik ke pekerjaan yang lebih berkualifikasi. Ini dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan ekonomi individu dan keluarga mereka.
  • Peningkatan Status Sosial: Mobilitas sosial pendidikan Islam sering diikuti oleh peningkatan status sosial. Individu yang mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi dalam masyarakat Islam cenderung dihormati dan dihargai secara sosial.
  • Kontribusi pada Pembangunan Masyarakat: Individu yang terdidik dengan baik dalam konteks Islam dapat berkontribusi pada pembangunan masyarakat Islam. Mereka dapat memainkan peran penting dalam mengajar dan memandu masyarakat dalam aspek agama, sosial, dan ekonomi.
  • Pengembangan Keadilan dan Kesetaraan: Prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan dalam Islam dapat mendorong mobilitas sosial pendidikan. Ini dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dalam masyarakat.
  • Pendidikan Seumur Hidup: Dalam Islam, pendidikan dianggap sebagai kewajiban seumur hidup, dan mobilitas sosial pendidikan Islam dapat mendorong individu untuk terus-menerus mencari ilmu dan mengembangkan keterampilan mereka sepanjang hidup mereka.

 

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pendidikan Islam merupakan bagian penting dalam budaya dan masyarakat Islam. Ini mencakup pendidikan yang berfokus pada pemahaman nilai-nilai, etika, dan ajaran Islam. Pendidikan Islam memiliki peran penting dalam mengembangkan karakter, moralitas, dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Dalam konteks mobilitas sosial, pendidikan Islam dapat menjadi sarana untuk perubahan status sosial yang lebih baik dengan memberikan individu akses kepengetahuan, keterampilan, dan etika yang mendukung kemajuan dalam masyarakat.

Mobilitas sosial adalah konsep yang merujuk pada perpindahan individu atau kelompok dari satu posisi sosial ke posisi sosial yang berbeda dalam masyarakat. Mobilitas sosial bisa terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk mobilitas sosial vertikal (naik atau turun), horisontal, antar generasi, dan dalam generasi. Pendidikan adalah faktor penting yang memengaruhi mobilitas sosial, karena dapat memberikan individu keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai perubahan status sosial yang lebih baik.

Teori mobilitas sosial merupakan kerangka kerja yang digunakan untuk memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas sosial. Beberapa teori termasuk teori struktural, teori kesempatan, teori budaya, dan teori ketidaksetaraan, yang menjelaskan bagaimana faktor-faktor ekonomi, pendidikan, budaya, dan sosial memainkan peran dalam mobilitas sosial.

Konsekuensi mobilitas sosial dapat bervariasi, termasuk perubahan status sosial individu atau kelompok, pengaruh pada kesetaraan, serta dampak sosial dan ekonomi. Mobilitas sosial dapat membawa perubahan positif seperti peningkatan pendapatan dan akses ke pekerjaan yang lebih baik, tetapi juga dapat memicu ketegangan sosial dan tekanan psikologis.

Dampak mobilitas sosial pendidikan Islam adalah bahwa pendidikan Islam memberikan dasar etika dan moral yang kuat dalam kehidupan individu, yang dapat membantu mengarahkan mobilitas sosial menuju perubahan yang lebih baik dalam lingkungan sosial yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam juga dapat memainkan peran dalam mengurangi ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dengan memberikan kesempatan yang adil kepada individu untuk memajukan status sosial mereka.

Keseluruhan, pendidikan Islam dan mobilitas sosial memiliki hubungan yang kuat dalam membentuk individu, masyarakat, dan perubahan sosial dalam konteks Islam, yang dapat berkontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi yang lebih adil serta pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Moch Tolchah, Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru, (Yogtakarta:Lkis Pelangi Aksara), 2015.

Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta:Gema Insani Press), 1995.

Sudarto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yokyakarta: CV Budi Utama), 2021.

Bagja Waluya, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, (Bandung: PT Setia Purna Inves), 2007.

Janu Murduyatmoko, Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat, (PT Grafindo Media Pratama).

Neni Nurmayanti Hasanah,  Persiapan Ujian Nasional Sosiologi untuk SMA/MA, (Bandung: Grafindo Media Pratama), 2008.

Indera Ratna Iramawati Pattinasarany, Stratifikasi dan Mobilitas Sosial, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia), 2016.

Sapto Wasono Dkk, Mini Book Master Geografi dan Sosiologi SMA IPS Kelas X, XI dan XII, (Jaksel: PT Wahyu Media), 2012.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun