Mohon tunggu...
dinasthia putri firdhausi
dinasthia putri firdhausi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

nama saya dinasthia, saya adalah mahsiswa masih belum bekerja maupun nikah, hobi saya banyak entah itu membaca artikel buku dll

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Islam dan Konsep, Teori, Konsekuensi dan Dampak Mobilitas Sosial Dalam Pendidikan Islam

18 November 2023   08:34 Diperbarui: 18 November 2023   12:09 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mobilitas sosial adalah suatu peralihan individu atau kelompok atau objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Mobilitas sosial dapat digambarkan sebagai. proses perpindahan (movement) atau kesempatan untuk berpindah (opportunity to move) pada kelompok-kelompok sosial yang berada dimasyarakat, terutama sekali proses perpindahan dari kelompok masyarakat yang kurang beruntung secara sosial ekonomi menjadi masyarakat yang lebih beruntung.[6]

3. Konsep Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial merujuk pada perpindahan individu atau kelompok dari satu posisi sosial ke posisi sosial yang berbeda dalam struktur sosial masyarakat. Terdapat beberapa konsep mobilitas sosial yang bisa membantu memahami perubahan status sosial. Di bawah ini adalah beberapa konsep mobilitas sosial beserta contohnya:

  • Mobilitas Sosial Vertikal: Contoh: Seseorang yang awalnya bekerja sebagai kasir di sebuah toko swalayan dan kemudian mengejar pendidikan tinggi, lulus, dan menjadi seorang dokter. Ini adalah contoh mobilitas sosial naik.
  • Mobilitas Sosial Horisontal: Contoh: Seorang individu yang sebelumnya bekerja sebagai guru di sekolah dasar beralih ke pekerjaan sebagai editor di sebuah perusahaan penerbitan. Meskipun peran berubah, status sosialnya tetap relatif sama, sehingga ini adalah contoh mobilitas sosial horisontal.
  • Mobilitas Sosial Antar Generasi: Contoh: Seorang anak yang lahir dalam keluarga miskin dan kemudian melalui pendidikan dan upaya sendiri berhasil menjadi seorang pengusaha sukses. Ini adalah contoh mobilitas sosial antar generasi.
  • Mobilitas Sosial Dalam Generasi: Contoh: Seseorang yang memulai karier sebagai karyawan biasa dan kemudian, selama bertahun-tahun, naik dalam perusahaan dan menjadi direktur. Ini adalah contoh mobilitas sosial dalam generasi.
  • Mobilitas Sosial Upward dan Downward:
  • Contoh Upward: Seorang teknisi yang awalnya bekerja di posisi bawah dalam perusahaan teknologi dan kemudian memperoleh kualifikasi tambahan dan promosi ke posisi manajemen yang lebih tinggi, mengalami mobilitas sosial naik.
  • Contoh Downward: Seseorang yang sebelumnya memiliki pekerjaan manajemen tingkat tinggi tetapi, karena penurunan ekonomi, kehilangan pekerjaannya dan terpaksa menerima pekerjaan di tingkat yang lebih rendah.
  • Mobilitas Sosial Absolut dan Relatif:
  • Contoh Mobilitas Sosial Absolut: Jika seseorang awalnya bekerja sebagai petani dan kemudian menjadi seorang dokter, maka ini adalah contoh mobilitas sosial absolut karena perubahan status sosialnya signifikan.
  • Contoh Mobilitas Sosial Relatif: Untuk menentukan apakah mobilitas sosial relatif terjadi, Anda perlu membandingkan individu dengan kelompok referensi. Misalnya, seseorang yang menjadi seorang dokter dalam keluarga di mana semua anggota keluarga sebelumnya adalah dokter telah mencapai mobilitas sosial relatif.
  • Mobilitas Sosial Terbuka dan Tertutup:
  • Contoh Mobilitas Sosial Terbuka: Negara yang memiliki sistem pendidikan yang adil dan peluang kerja yang luas sehingga individu memiliki peluang terbuka untuk mencapai mobilitas sosial berdasarkan kemampuan dan usaha mereka.
  • Contoh Mobilitas Sosial Tertutup: Negara yang memiliki sistem kasta yang menghambat individu untuk mencapai mobilitas sosial karena kelas sosial atau kelompok tertentu diberikan hak-hak khusus.
  • Mobilitas Sosial Struktural dan Mobilitas Sosial Intragenarasi:
  • Mobilitas Sosial Struktural: Ini merujuk pada perubahan dalam struktur sosial masyarakat yang dapat memengaruhi mobilitas sosial. Contoh termasuk perubahan dalam kebijakan ekonomi, perkembangan teknologi, atau perubahan dalam tatanan keluarga.
  • Mobilitas Sosial Intragenarasi: Ini adalah perubahan status sosial individu selama masa hidup mereka. Seorang individu yang awalnya adalah seorang guru dan kemudian menjadi seorang penulis sukses adalah contoh mobilitas sosial intragenarasi.
  • Mobilitas Sosial Kasar dan Fein:
  • Mobilitas Sosial Kasar: Ini merujuk pada perubahan status sosial dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah ukuran perubahan besar dalam mobilitas sosial dalam masyarakat.
  • Mobilitas Sosial Fein: Ini lebih terfokus pada perubahan status sosial yang terjadi pada individu atau kelompok tertentu. Misalnya, peningkatan gaji individu yang disebabkan oleh promosi adalah contoh mobilitas sosial fein.
  • Mobilitas Sosial Lateral dan Diagonal:
  • Mobilitas Sosial Lateral: Ini terjadi ketika individu atau kelompok berpindah ke posisi sejajar dalam struktur sosial, yang dapat melibatkan perubahan dalam jenis pekerjaan atau sektor ekonomi tanpa perubahan signifikan dalam status sosial.
  • Mobilitas Sosial Diagonal: Ini adalah kombinasi antara mobilitas sosial vertikal dan horisontal. Ini terjadi ketika seseorang pindah ke posisi yang berbeda dalam struktur sosial yang tidak secara langsung lebih tinggi atau lebih rendah dalam hierarki sosial.
  • Mobilitas Sosial dalam Konteks Global: Mobilitas sosial juga dapat terjadi di tingkat internasional ketika individu atau kelompok pindah antar negara atau wilayah. Ini melibatkan perubahan status sosial yang melibatkan perpindahan lintas batas, seperti migrasi internasional untuk pekerjaan atau studi.
  • Mobilitas Sosial dan Gender: Mobilitas sosial seringkali dipengaruhi oleh peran gender. Konsep mobilitas sosial gender mencerminkan bagaimana norma dan ekspektasi gender dalam masyarakat dapat membatasi atau memfasilitasi mobilitas sosial individu berdasarkan jenis kelamin mereka.
  • Mobilitas Sosial dan Perubahan Teknologi: Perubahan teknologi, seperti revolusi teknologi informasi, dapat memengaruhi mobilitas sosial. Teknologi baru dapat menciptakan peluang baru dalam bidang pekerjaan dan bisnis, dan memengaruhi bagaimana individu membangun karier mereka.
  • Mobilitas Sosial dan Kelembagaan Sosial: Mobilitas sosial juga terkait dengan lembaga-lembaga sosial dan ekonomi, seperti pendidikan, keluarga, dan pasar tenaga kerja. Bagaimana lembaga-lembaga ini beroperasi dapat memengaruhi peluang mobilitas sosial.
  • Mobilitas Sosial dan Pengaruh Budaya: Budaya dan norma-norma sosial juga memainkan peran dalam mobilitas sosial. Cara individu dan kelompok dihargai dan dihukum oleh masyarakat dapat memengaruhi peluang mobilitas sosial.

Pemahaman tentang berbagai konsep mobilitas sosial ini memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang cara perubahan status sosial dapat terjadi dalam berbagai konteks dan di bawah pengaruh berbagai faktor sosial, ekonomi, dan budaya. Mobilitas sosial adalah topik penting dalam ilmu sosial yang membantu kita memahami bagaimana masyarakat berkembang dan berubah seiring waktu.

Uraian mengenai konsep-konsep kunci yang umum digunakan oleh para peneliti mobilitas sosial menjadi hal penting untuk dibahas. Adapun konsep-konsep yang dibahas pada bagian ini adalah class origin dan class destination, tipe mobilitas sosial, sistem mobilitas sosial, dan konsep-konsep yang digunakan dalam analisis mobilitas sosial.

1. Class Orgin dan Class Destination

Dalam teori mobilitas sosial dikenal konsep class origin dan class destination. "Class origin refers to the class of the respondent's father when the respondnet was growing up" (Ishida & Miwa, 2005: 6) class origin merujuk pada kelas ayah responden ketika responden menginjak usia dewasa. Yang dimaksud dalam definisi ini adalah ketika peneliti melakukan studi, pertama-tama ia harus mengidentifikasi dan menentukan kelas sosial orang tua (dalam definisi ini disebutkan kelas sosial ayah) dari responden yang akan diteliti. Kelas orang tua merupakan kelas dari mana responden berasal. Konsep class destination dirumuskan sebagai berikut. "Class destination refers to the respondent's current class" (Ishida & Miwa, 2005:6). Class destination dapat dipahami sebagai kelas sosial responden pada saat penelitian dilakukan. Identifikasi dan penentuan ini mutlak diperlukan dengan maksud untuk melihat ada atau tidaknya perubahan kelas sosial dari orang tua ke responden.

2. Tipe Mobilitas Sosial

Penelitian sosiologi mengenai mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu mobilitas antargenerasi (intergenrational mobility) dan antargenerasi (intragenerational mobility). Breen memberikan pendapatnya mengenai mobilitas antargenerasi sebagai berikut: "Intergenerational mobility examines the relationship between people's current circumstances and those in which they originated" (Breen, 2004: 3). Tipe mobilitas ini menguji hubungan status sosial dari satu generasi ke generasi lain, yaitu dari generasi orang tua ke generasi anak. Yang menjadi fokus studinya dapat berupa hubungan antara pendapatan ayah dan anak atau posisi kelas seorang individu dengan kelas ketika ia dibesarkan (Breen, 2004:3). Mobilitas ini memperhitungkan kemampuan individu, tetapi peran latar belakang orang tua juga tidak sedikit, misalnya latar belakang sosial, ekonomi, ras.

Penjelasan mengenai mobilitas intra-generasi dipaparkan oleh Breen sebagai "Intragenerational mobility looks as she change incircumstances during an individual's own (working) life" (Bre-en, 2004:3). Mobilitas intragenerasi melihat perubahan situasi dalam kehidupan kerja atau perjalanan karier individu. Dalam melihat mobilitas intergenerasi, pola yang paling lazim digunakan adalah menganalisis hubungan antara kelas sosial seseorang, yang dilihat dari pekerjaan pertamanya hingga pekerjaan saat penelitian dilakukan. Penelitian ini mengkaji "jalur" karier seseorang secara terperinci (Breen, 2004:26). Penelitian mobilitas intragenerasi umumnya jauh lebih rumit daripada antargenerasi karena penelitian tersebut mengkaji berbagai informasi dan dinamika riwayat pekerjaan seseorang. Hal ini harus ditelusuri secara lengkap dan rinci sehingga mensyaratkan kemampuan responden untuk mengingat kembali sejarah perjalanan kariernya.

3. Sistem Mobilitas Sosial

Dalam studi mobilitas sosial dikenal adanya perbedaan sistem mobilitas sosial pada masyarakat yaitu antara sistem mobilitas tertutup dan terbuka. Pada masyarakat praindustri banyak di- temukan sistem mobilitas sosial tertutup di berbagai negara. Dalam sistem ini, posisi sosial seseorang telah ditentukan oleh masyarakat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu seperti pekerjaan orang tua, posisi sosial orang tua, jenis kelamin, dan sebagainya. Pada sistem ini, kesempatan seseorang untuk menduduki posisi sosial yang lebih tinggi atau untuk melakukan mobilitas vertikal sangat terbatas. Bahkan, sistem ini dapat mengekalkan kesenjangan dalam masyarakat, seperti kesenjangan distribusi sumber daya, pemilikan kekuasaan, dan sebagainya. Namun, betapapun ketatnya sistem tersebut, tetap ada peluang untuk melakukan mobilitas sosial walaupun sangat sulit dan kesempatannya sangat terbatas. Contoh sistem mobilitas tertutup adalah sistem kasta di India.[7]


4. Teori Mobilitas Sosial

Teori mobilitas sosial adalah kerangka konseptual yang digunakan dalam ilmu sosial untuk menjelaskan perpindahan individu atau kelompok sosial dari satu posisi sosial ke posisi lain dalam struktur sosial masyarakat. Mobilitas sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, dan beberapa teori berusaha menjelaskan mengapa dan bagaimana mobilitas sosial terjadi. Berikut adalah beberapa teori mobilitas sosial yang signifikan:

  • Mobilitas Sosial Vertikal: Teori ini fokus pada perpindahan individu atau kelompok dari satu kelas sosial ke kelas yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam hierarki sosial. Teori ini mencakup dua jenis mobilitas:
  • Mobilitas Sosial Naik: Ini terjadi ketika individu atau kelompok sosial pindah ke kelas sosial yang lebih tinggi. Teori ini mencakup gagasan tentang peluang ekonomi, pendidikan, dan prestasi individu.
  • Mobilitas Sosial Turun: Ini terjadi ketika individu atau kelompok sosial pindah ke kelas sosial yang lebih rendah, mungkin karena faktor seperti kegagalan ekonomi atau penurunan status.
  • Mobilitas Sosial Horisontal: Teori ini membahas perpindahan individu atau kelompok antara posisi sosial dengan tingkat status yang relatif sama. Ini mungkin melibatkan perubahan pekerjaan atau sektor ekonomi tanpa perubahan signifikan dalam status sosial.
  • Mobilitas Sosial Antar Generasi: Ini adalah bentuk mobilitas yang melibatkan perubahan status sosial antara generasi, seperti ketika anak-anak mencapai status sosial yang berbeda dari orang tua mereka. Teori ini dapat menggambarkan sejauh mana masyarakat memberikan peluang mobilitas antargenerasi.
  • Mobilitas Sosial Dalam Generasi: Ini merujuk pada perubahan status sosial selama masa hidup individu. Ini dapat terjadi melalui pendidikan, pengalaman kerja, atau faktor-faktor lain yang memungkinkan perubahan status selama hidup seseorang.
  • Teori Kesempatan dan Akses: Teori ini mengemukakan bahwa mobilitas sosial tergantung pada kesempatan yang tersedia dan akses ke faktor-faktor seperti pendidikan, lapangan kerja, dan sumber daya ekonomi. Ini mencakup gagasan kesenjangan ekonomi dan pendidikan sebagai faktor-faktor penting dalam mobilitas sosial.
  • Teori Struktural dan Teori Kasta: Teori ini mempertimbangkan faktor-faktor struktural dalam masyarakat, seperti sistem ekonomi, politik, dan kasta sosial, dalam mempengaruhi mobilitas sosial. Teori kasta, khususnya, berbicara tentang pembatasan pergerakan antar-kasta dalam masyarakat tertentu.
  • Teori Budaya dan Teori Ketergantungan: Teori budaya mempertimbangkan pengaruh budaya dan nilai-nilai sosial dalam mobilitas sosial. Teori ketergantungan, sebaliknya, berbicara tentang sejauh mana individu atau kelompok bergantung pada sistem sosial yang ada.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi teori Mobilitas Sosial adalah:

  • Teori Klasik tentang Mobilitas Sosial: Beberapa teori klasik juga memberikan wawasan tentang mobilitas sosial. Teori konflik oleh Karl Marx, misalnya, menekankan peran konflik kelas dalam mobilitas sosial. Marx berpendapat bahwa konflik antara kelas sosial yang berbeda adalah pendorong utama perubahan sosial.
  • Teori Kapabilitas dan Kesejahteraan: Amartya Sen dan Martha Nussbaum mengembangkan teori kapabilitas yang berfokus pada kemampuan individu untuk mencapai potensi mereka dan mencapai kesejahteraan. Teori ini mencerminkan gagasan bahwa mobilitas sosial tidak hanya tentang perubahan status ekonomi, tetapi juga tentang kemampuan individu untuk mencapai tujuan hidup mereka.
  • Teori Jaringan Sosial: Teori ini menyoroti pentingnya jaringan sosial dalam mobilitas sosial. Individu yang memiliki akses ke jaringan yang kuat dan beragam cenderung memiliki lebih banyak peluang untuk mobilitas sosial daripada individu yang terisolasi.
  • Teori Segregasi dan Diskriminasi: Mobilitas sosial juga dapat dipengaruhi oleh segregasi rasial, etnis, atau diskriminasi. Teori ini menggarisbawahi bagaimana hambatan-hambatan seperti diskriminasi dalam lapangan kerja atau akses terhadap pendidikan dapat menghambat mobilitas sosial bagi kelompok-kelompok tertentu.
  • Teori Kesempatan Parietal: Teori ini menggambarkan sejauh mana mobilitas sosial adalah hasil dari kemampuan dan usaha individu, yang disebut "kemampuan" atau "usaha sendiri." Ini terkadang menjadi titik fokus dalam diskusi tentang tanggung jawab individu dan struktur sosial dalam mobilitas sosial.
  • Teori Kelembagaan: Mobilitas sosial juga terkait dengan lembaga-lembaga sosial dan ekonomi, seperti pendidikan, keluarga, dan pasar tenaga kerja. Teori ini mencerminkan bagaimana lembaga-lembaga ini dapat memberikan peluang atau hambatan bagi individu untuk mencapai mobilitas sosial.
  • Teori Globalisasi: Dalam konteks globalisasi, mobilitas sosial dapat terjadi di tingkat internasional, ketika individu atau kelompok berpindah antar negara atau wilayah. Faktor-faktor seperti migrasi, perdagangan internasional, dan perubahan ekonomi global dapat memengaruhi mobilitas sosial di tingkat global.
  • Teori Lingkungan dan Geografis: Teori ini menekankan bagaimana faktor-faktor lingkungan dan geografis, seperti lokasi geografis dan akses ke sumber daya alam, dapat memengaruhi mobilitas sosial. Misalnya, individu yang tinggal di daerah yang kurang berkembang mungkin menghadapi hambatan mobilitas sosial yang lebih besar.
  • Teori Kapital Sosial: Teori ini menekankan pentingnya "kapital sosial" atau jaringan hubungan sosial yang dimiliki oleh individu. Individu yang memiliki banyak kontak dan koneksi sosial cenderung memiliki lebih banyak peluang untuk mobilitas sosial karena mereka dapat mengakses informasi, pekerjaan, atau peluang lain melalui jaringan mereka.
  • Teori Gender: Mobilitas sosial sering kali dipengaruhi oleh gender. Beberapa teori mempertimbangkan bagaimana norma dan ekspektasi gender dalam masyarakat dapat membatasi atau memfasilitasi mobilitas sosial. Diskriminasi gender dan peran gender dalam pekerjaan dan keluarga adalah faktor yang sering dibahas dalam konteks mobilitas sosial.
  • Teori Kualifikasi Pendidikan: Teori ini fokus pada pengaruh pendidikan dalam mobilitas sosial. Pendidikan sering dianggap sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kemungkinan mobilitas sosial, karena dapat memberikan keterampilan, pengetahuan, dan akses ke pekerjaan yang lebih baik.
  • Teori Perspektif Ekonomi: Teori ini mencakup faktor-faktor ekonomi dalam mobilitas sosial. Faktor seperti perubahan kondisi ekonomi, kebijakan ekonomi, dan struktur lapangan kerja dapat memengaruhi kesempatan individu untuk meraih mobilitas sosial.
  • Teori Budaya Populer: Teori ini mengeksplorasi bagaimana budaya populer, termasuk media dan hiburan, dapat memengaruhi persepsi masyarakat tentang mobilitas sosial. Bagaimana mobilitas sosial digambarkan dalam media dan budaya populer dapat memengaruhi pandangan masyarakat tentang peluang dan aspirasi.
  • eori Perubahan Teknologi: Perubahan teknologi, seperti revolusi teknologi informasi, dapat memengaruhi mobilitas sosial. Teknologi baru dapat menciptakan peluang baru dalam bidang pekerjaan dan bisnis, dan memengaruhi bagaimana individu membangun karier mereka.
  • Teori Pemberdayaan: Konsep pemberdayaan mengacu pada upaya untuk memberdayakan individu atau kelompok yang kurang beruntung melalui pendidikan, pelatihan, dan akses ke sumber daya. Ini dapat menjadi strategi untuk meningkatkan mobilitas sosial dalam masyarakat.
  • Teori Siklus Kehidupan: Teori ini mempertimbangkan bagaimana mobilitas sosial dapat berfluktuasi selama siklus hidup seseorang, termasuk periode awal kehidupan, karier, dan pensiun. Pada titik-titik tertentu dalam siklus kehidupan, individu mungkin memiliki lebih banyak peluang untuk mobilitas sosial.

Harap diingat bahwa faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas sosial bisa sangat kompleks, dan kombinasi dari beberapa faktor seringkali berperan dalam menentukan sejauh mana individu atau kelompok dapat mencapai mobilitas sosial. Analisis mobilitas sosial seringkali merupakan topik penting dalam ilmu sosial karena dapat memberikan wawasan tentang masalah ketidaksetaraan, kesempatan, dan perubahan sosial dalam masyarakat.

5. Konsekuensi dan Dampak Mobilitas Sosial Pendidikan Sosial

A. Konsekuensi Mobilitas Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun