Mohon tunggu...
Gaya Hidup Artikel Utama

Hidup dengan 850 Ribu Per Bulan, Sebuah Kisah Tak Masuk Akal

1 Agustus 2015   16:23 Diperbarui: 12 Agustus 2015   06:30 393257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia itu, dia sok pintar.

Dia sok jago matematika.

Dia menghitung-hitung.

Dia gunakan logikanya yang sudah diasahnya sedari kecil.

Hingga dihasilkan nilai-nilai yang membuatnya merasa benar.

Padahal kenyataannya tidak selalu demikian.

Pernahkan Anda melihat lautan yang begitu luas? Berapa banyak air yang terhampar di belantara lautan itu?

Kemudian Anda coba masukan sebuah jari Anda kedalam air di lautan itu. Lalu Anda angkat jari Anda kembali, lihat ada beberapa air yang menetes dari jari yang diangkat. Dan sebagian ada yang masih menempel di jari Anda.

Air yang masih menempel di jari Anda itulah kita. Itulah logika kita yang kita bangga-banggakan ini. Sedangkan hamparan air di lautan sejauh mata memandang itulah “logika Allah swt”.

Logika manusia terlalu kecil dan terlalu sempit untuk memahami logika kehidupan yang ditetapkan oleh Allah yang terlampau besar. Maka kadang ada istilah “tidak masuk akal”, ya memang benar, memang akal kita ini terlalu sempit.

Banyak sekali hal-hal dalam hidup ini yang jelas-jelas logika kita tak akan bisa memahaminya.

Ada sebuah pengalaman yang saya buktikan sendiri bahwa memang saya ini sebagai manusia benar-benar terlalu bodoh. Saya rasakan sendiri bahwa manusia itu terlalu banyak kekurangan dan tak tau apa-apa mengenai ketetapan Allah.

Ini adalah kisah saya hidup di Ibukota, hanya dengan gaji 850ribu sebulan.

Masuk di akal? Jelas tidak kawan.

Sebelumnya mari kita hitung bersama berapa besar pengeluaran rutin saya tiap bulannya.

- Kos 1 bulan = 500.000

- Makan 1 hari 20.000 (ini sudah menu superhemat) x 30 hari = 600.000

- Transpot 2 kali busway 7000 x 30 hari = 210.000

- Total pengeluaran = 500.000 + 600.000 + 210.000 = 1.310.000

- Gaji anak magang = 850.000

Baru untuk 3 item saja duit saya harus sudah nombok 1.310.000 – 850.000 = 460.000

Memangnya saya mandi gak pake sabun? Saya ga kepingin gosok gigi pake odol? Ga pingin minum air? Ga pingin yang lain-lain? Jelas kepingin, karena saya pun masih pingin hidup. Jadi masih ada biaya lain yang dikeluarkan untuk keperluan itu.

Sebelum saya berangkat ke Jakarta, baru membayangkan angka-angka itu saja rasanya sudah stress. Mengapa tidak magang di rumah saja sih? Kan bisa lebih hemat? Gimana bisa beli barang yang dibutuhkan dengan dana sebesar itu.

Tapi kenyataannya sekarang sudah hampir 8 bulan saya hidup di Ibukota, dan saya lupa kapan terakhir kali minta uang orang tua, karena selama 8 bulan ini memang saya mencegah transfer dana dari orang tua.

Pengalaman ini yang ingin saya bagikan, mudah-mudahan bisa menginspirasi.

Ini adalah masalah mindset kawan,

Saya adalah seorang laki-laki. Beberapa tahun lagi tanggung jawab saya bukan lagi menghidupi diri saya sendiri, tapi juga menghidupi anak orang, alias menikah, punya istri, nanti lama-lama punya anak. Kalau saya tidak latihan dari sekarang untuk menyetop uluran dana dari orang tua, saya akan kaget ketika besok saya menikah dan berhadapan dengan kebutuhan yang berkali kali lipat besarnya. Ini mindset pertama kali saya tiba di Jakarta.

Bagaimana menjadi sosok kepala keluarga yang bisa diandalkan? Jawabannya adalah dia yang memahami agama, karena agama adalah segalanya. Dia adalah alasan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. 

Saya ini anak nakal, bukan seperti ustad yang sholeh, rambut saya gondrong, bukan seperti PNS, tapi saya berusaha ingin menjadi pemimpin keluarga yang baik. Maka saya dengarkanlah ceramah-ceramah keagamaan. Berhubung dulu saya ini orangnya malas datang ke kajian, saya download saja video-video ceramah dan motivasi dari internet. Apalagi provider internet sedang berlomba-lomba pasang kuota besar-besaran. 5GB per bulan akan sangat mubadzir kalo tidak dimanfaatkan secara optimal. Maka tiap malam saya download video tausiah itu, ditinggal tidur, lalu paginya saya putar. Itu rutinitas saya setiap hari di awal magang. Ingat, setiap hari lo. Setiap pagi saya dengerin pengajian sebelum berangkat ke kantor. Hingga sekarang mungkin koleksi video saya sudah lebih dari 10GB.

Ada satu poin yang saya garis bawahi pada beberapa video tersebut:

Ilmu investasi memang banyak diajarkan dimana-mana. Bagaimana kita mengelola modal dengan optimal, sehingga menghasilkan benefid. Tapi kebanyakan hanya mengajarkan bagaimana cara menanamkan modal, menilai risiko, dan saving untuk keperluan mendesak. Ada satu hal yang terlewatkan dari pelajaran ilmu investasi, padahal justru ini adalah yang paling utama. Ilmu itu adalah ilmu sedekah. Sedekah adalah langkah pertama yang harus dilakukan oleh investor sebelum berinvestasi. Investasi paling aman adalah sedekah, karena ini adalah janji Allah, bukan janji manusia. Setiap harta yang disedekahkan maka dia akan kembali lagi sebesar 10 kali lipatnya.

Saya dapat ilmu itu dari Mas Ippho Santosa.

Masuk di logika? Jelas tidak...

Kalau di logika kita, 10 – 1 = 9

Tapi kalau logika Allah, 10 – 1 = 19. Kita punya duit 10 disedekahkan 1, maka 1 akan kembali menjadi 10. Maka total duit kita menjadi 19.

Jadi misalnya kita punya duit hanya 10.000, tapi saya ingin membeli barang atau hajad yang senilai 50.000. Maka kita perlu sedekah 5000. Karena 5000 x 10 = 50.000 plus sisa uang kita 5000 = 55.000.

Itu matematika sedekah yang saya dapet ilmunya dari Ust. Yusuf Mansyur.

Lalu saya lihat nih gaji saya 850.000. Kebutuhan hidup saya rata-rata harusnya 1.500.000. Berarti kira-kira masih kurang 800.000 an. Berarti duit yang kudu saya sedekahkan adalah 80.000.

Berat tidak menyedekahkan nilai segitu dengan gaji segitu? Jelas berat men. Awalnya.

Tapi ada sebuah video yang saya lihat dari Ustd Felix Siauw.

Beliau berkata bahwa kebiasaan itu ibarat seperti ketika kita menginjakkan kaki kita tanpa alas kaki di hamparan lapangan yang penuh dengan rumput. Pada awalnya, kaki kita akan merasa sakit karena rumputnya masih tajam-tajam. Tapi setelah beberapa kali kita melewati rumput itu, lama-lama rasa sakit itu berkurang karena rumput yang lama-lama semakin merunduk, dan akhirnya menjadi biasa saja untuk dilewati.

Dan yang paling perlu ditekankan adalah, jangan ada alasan apapun yang membuat kita mundur ketika akan melakukan suatu kebaikan. Ketika akan sedekah, kok mendadak logika kita bicara, “kok banyak banget, tapi kan lagi butuh beli itu, gimana nanti mau beli itu?” Nah! Kata-kata semacam itulah salah satu bentuk dari lemahnya manusia. Sekali lagi, selain untuk itung-itungan pelajaran, jangan percaya dengan logika.

Maka agar tidak semakin pusing dengan banyak lagi alasan yang datang untuk menunda, sedekah saya yang pertama adalah senilai Rp 100.000 glondong yang langsung saya masukan di kotak amal masjid Istiqlal.

Pada saat itu mindset saya hanya kepingin ngetes. Apakah yang dikatakan pak ustad-ustad tadi tentang koar-koarnya khasiat sedekah itu benar atau tidak.

Nama saya Dinar. Saya sering kali mendengar di ceramah-ceramah, toko buku, atau kaligrafi-kaligrafi mengenai sebuah ayat yang bernama ayat seribu dinar. Apa nih maksudnya?

Rupanya, itu adalah ayat yang konon didapat dengan harga 1000dinar (1 dinar=2juta). Jadi 1000 x 2juta = 2M. Untuk kisah lengkapnya, saya sudah pernah posting tentang Hikayat Ayat Seribu Dinar.

Pada ayat tersebut dikatakan bahwa barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, dengan sungguh-sungguh menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah yang memang amat sangat berat, maka Allah akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Memang ayat seribu dinar ini kisahnya adalah kisah seorang pedagang yang sukses setelah membaca ayat ini tiap habis sholat. Jika memang benar begitu, mengapa tidak saya ikutan saja? Maka ini habit kedua yang saya lakukan sehabis sholat.

Ada dua sholat yang filosofinya sangat lucu, yaitu sholat tahajud dan duha.

Sholat Tahajud itu singkatannya Tau Tau Harta Bersujud.

Sedangkan sholat Duha itu singkatannya Doanya Pengusaha.

Hehe itu singkatan dari si otak kanan mas Ippho Santosa. Kata beliau, dua sholat itu tidak boleh kelewatan jika ingin menjadi pengusaha sukses dan kaya raya. Hmm, tidak ada salahnya untuk dicoba. Alhamdulillah sejak pertama magang sampai sekarang duha saya masih rutin terjaga sebelum mulai kerja. Malah, kalau kita merasa kita akan disibukkan oleh setumpuk kerjaan di suatu hari, maka awali hari itu dengan berduha. Maka harimu itu akan terasa lapang dan tidak diburu-buru waktu. Itu saya rasakan sendiri dengan rutinitas kehidupan yang menantang di kota Jakarta yang super padat penduduk ini.

Ada dua pengusaha yang mindsetnya selalu saya coba untuk terapkan. Dia adalah Merry Riana dan Top Ittiphad.

Merry Riana adalah entrepreneur muda yang berhasil bebas finansial dalam usia 30 tahun. Dia berhasil meraih sejuta dolar dalam usia yang masih muda, padahal sebelumnya dia punya hutang pemerintah Singapura ratusan juta.

Sedangkan Top Ittiphad adalah pengusaha rumput laut asal Thailand yang produknya bisa kita lihat sudah nongkrong di Alfamart dan Indomaret dengan label Tao Kae Noi. Dia sukses bebas finansial di usia 26 tahun, padahal sebelumnya keluarganya mempunyai hutang 4 Milyar.

Bukan masalah duitnya atau hutangnya yang saya banggakan dari mereka. Tapi masalah habitnya. Habit pengusaha adalah semakin pandai dia memanfaatkan waktu dan situasi, maka semakin suskes. Ada 2 alasan pengusaha untuk melakukan suatu hal, yaitu: apakah hal itu ada duitnya? Dan apakah hal itu ada pahalanya? Jika tidak dua-duanya, maka wajib tinggalkan!

Top Itthipad dan Merry Riana mengorbankan waktu bermain di usia muda mereka untuk bekerja. Di filmnya berjudul Top Secret, ada sebuah adegan dimana anak muda seusia Top bisa berjalan dengan santai sambil dengerin mp3, sedangkan Top harus berjalan dengan berkeringat menggendong sekarung kacang untuk berdagang.

Jadi sebenarnya yang membuat seseorang kaya atau tidak itu bukan perkara kerjanya sebagai PNS atau Pengusaha, tapi masalah habitnya. Saya pernah menjelaskan secara gamblang perbedaan habit keduanya di artikel saya berjudul PNS versus Pengusaha, Mana yang Lebih Sukses.

Maka mengapa saya tidak meniru kebiasaan mereka?

Saya punya banyak koleksi film dari teman. Tapi sampai sekarang belum pernah saya tonton. Bahkan, film Dispecable Me pun saya belum nonton lo! Padahal saya punya dari yang pertama dan kedua. Karena pas saya mau nonton film itu, saya pasti kepikiran apakah ada dampak positifnya buat saya ke depan. 1. Apakah ada duitnya? 2. Apakah ada pahalanya? Memang lebay, tapi itu adalah salah satu faktor saya bisa bertahan dengan gaji 850 per bulan.

Saya ganti kegiatan saya yang harusnya bisa dipakai untuk nyantai dengan hal yang lebih bermanfaat. Karena mindset saya sebenarnya kesenangan itu akan terakumulasi. Kalau kita bersenang-senang sekarang, suatu saat nanti kita pasti akan merasa bersusah susah. Tapi kalau bersusah-susah sekarang, maka kesenangannya nanti akan menumpuk dibelakang seperti menanam benih. Dan mumpung saya masih muda, saya ingin bekerja keras dulu di usia yang muda, seperti Top dan Merry tadi. Mereka berdua rata-rata menggunakan waktu sehari untuk bekerja selama 18 jam.

Kebetulan saya gemar di bidang komputer, musik dan sastra. Maka saya mulai pontensikan kegemaran saya itu untuk menghasilkan karya yang bermanfaat. Saya mencoba menulis buku, saya mengarang lagu dan mencoba mengaransemen, saya mengikuti lomba sastra online yang iming-iming hadiahnya besar, lomba bikin puisi, lomba nulis cerpen, saya juga kadang ikut lomba kompetisi blog. Itulah hal-hal yang saya lakukan untuk mengisi waktu luang saya.

Ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa Allah SWT amat membenci orang yang terlalu banyak makan dan terlalu banyak tidur. Dengan kata lain berarti yang sedikit makan dan sedikit tidur akan lebih disayang. Dan kalau disayang maka akan lebih sering diberi pertolongan. 

Itulah alasan yang sangat kuat mengapa saya setiap makan hampir tidak pernah lauk daging. Lebih seringnya pakai lauk gorengan. Total pengeluaran makan saya sehari maksimal 20 ribu, lebih seringnya ngga sampai.

Makan ngga pakai daging, apa bisa kenyang? Tidak. Tapi justru Rasulullah menyarankan kita agar berhenti makan sebelum kenyang.

Makan ngga pakai daging, daging kan menyehatkan? Iya sehat sekarang, tapi terakumulasi sakitnya besok di usia tua. Lebih menyehatkan daun-daunan dan sayur. Ayah saya sejak kecil jarang sekali makan daging, tapi sampai usia sekarang beliau tidak pernah sakit yang aneh-aneh. Jika ada dua pilihan lauk: daging dan sayur, dan hanya boleh memilih salah satu, maka ayah akan memilih sayur. Saya lebih percaya kepada kata-kata ucapan ayah daripada kata-kata dari iklan daging olahan yang bentuknya lonjong.

Banyak yang bilang kalau nanti gajinya sudah banyak apa yo mungkin makan sesederhana itu? Jawaban saya ada di Surah At Takasur: bahwa menjadi kaya itu tidak dilarang, tapi pola hidup harus tetap sederhana.

Nabi kita Muhammad SAW kaya rayanya bukan main. Lha bayangin saja penduduk di jaman nabi itu hampir seluruhnya bahagia, padahal salah satu indikator kebahagiaan adalah tercukupinya kebutuhan. Dan untuk memenuhi kebutuhan itu pakainya duit. Tidak salah lagi bahwa harta Rasulullah itulah yang selalu dibagi-bagikan kepada umatnya, hingga Beliau sendiri tidur hanya dengan pelepah kurma.

Ada sebuah kejadian di mana Rasul sedang menjadi imam sholat. Ketika selesai salam, Rasul terburu-buru pulang ke Rumah, tidak seperti biasanya Beliau yang selalu berdzikir panjang terlebih dahulu. Para sahabat pun keheranan.

Beberapa saat kemudian, Rasul kembali datang ke masjid untuk melanjutkan dzikirnya.

Setelah selesai, sahabat pun bertanya karena penasaran, apa yang menyebabkan Rasul tadi terburu-buru pulang?

Kemudian Rasul menjawab, bahwa setelah salam tadi mendadak beliau teringat bahwa di bawah alas tidurnya masih tersimpan beberapa dirham uang. Dan beliau sangat takut akan ditanya Allah mengapa Engkau masih menyimpan uang, sedangkan di luar sana banyak umatmu yang lapar. Maka beliau segera pulang mengambil uang tadi dan memberikan kepada badan, lalu kembali ke masjid lagi untuk menuntaskan dzikir. Di sini, sungguh tampak pola kesederhanaan hidup dan semangat berbagi dari beliau yang seharusnya ditiru oleh umat manusia yang kepingin sukses dunia akhirat.

Setiap hari Senin dan Kamis, saya juga upayakan untuk berpuasa. Selain untuk masalah hemat, juga karena masalah pahala.

Itulah beberapa kebiasaan yang bisa saya share.

Sedekah ditambah baca ayat seribu dinar ditambah rutin sholat duha ditambah puasa Senin Kamis ditambah memanfaatkan waktu adalah uang.

Kata banyak ustad, sedekah itu dapat memperkaya harta. Setelah saya praktekan, rupanya benar begitulah adanya! Setelah saya sedekahkan 100 ribu tadi, ada-ada saja rejeki yang datang bergantian. Bergantian lo, seperti baris ngantri untuk datang kepada saya, itu yang saya rasakan. Mulai dari dapet makan siang gratis di kantor, bahkan teman saya sampai ada yang bilang kalau sekelompok kantor dengan saya itu enak, sering dapet makan siang gratis. Saya juga bingung. Ada juga honor yang mendadak cair, honor diklat, uang perjalanan dinas, dan lain-lain.

Memang, seperti terjemahan di ayat seribu dinar yang rutin saya baca tadi, rezeki dan pertolongan Allah itu datangnya dari arah-arah yang tidak diduga. Termasuk ide-ide yang muncul di kepala ini pun juga merupakan bentuk dari rezeki Allah yang tak terduga.

Ada sebuah kisah Muhammad Al Fatih dalam menaklukan Konstantiopel, sebuah kota besar yang sudah selama 700 tahun lebih mencoba ditaklukkan oleh pasukan muslim tapi selalu berujung di kegagalan karena pertahanan kota yang luar biasa tangguhnya. Muhammad Al Fatih inilah satu-satunya yang akhirnya berhasil, bagaimana caranya? Percaya atau tidak, pasukan Al Fatih ini menumbangkan Konstantinopel dengan cara membawa kapal-kapal perang mereka berlayar bukan di atas ombak, tapi di atas gunung! Alias membawa kapal-kapalnya naik ke atas gunung untuk menyerbu Konstantinopel, karena hanya pada sisi gunung-gunung itulah pertahanan kota itu lemah.

Bukan masalah mendorong kapalnya yang luar biasa di sini. Tapi bagaimana Al Fatih bisa untuk mendapatkan ide untuk menyerang Konstantinopel dari arah gunung itulah sebuah rezeki dan rahmat dari Allah yang luar biasa. Kuncinya adalah, beliau selalu memperingatkan kepada pasukannya jangan sampai ada yang bermaksiat satu pun, karena maksiat dapat menghalangi rahmat Allah, dan beliau mengerahkan pasukannya untuk berpuasa.

Maka dari itu, kadang-kadang saya pun sering mendapat ide-ide yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Misalnya, membuka jasa edit foto. Itu ide yang menurut saya sangat konyol. Jadi ceritanya secara mendadak instansi saya meminta pas foto dengan memakai jas. Otomatis banyak anak yang tidak mungkin punya jas, apalagi untuk beli pasti mahal dengan gaj yang baru segitu. Kalau mau foto studio pun mahal bisa sampai 20 ribu. Ya saya buka jasa edit foto saja, saya pasangin jas di fotonya yang lama. Saya pasang tarif 5 ribu-10 ribu perfoto.

Memang harus ada pengorbanannya, sempat saking banyaknya orderan dan deadline saya tiap hari tidur jam 11 dan bangun jam 4. Dan selama bangun itu langsung ngedit foto lagi.

Lalu...........

Apakah dengan pola hidup seperti ini hidup saya jadi monoton dan tak ada kebahagiaan sama sekali seperti manusia normal? JELAS TIDAK.

Saya juga bermain dengan teman-teman untuk melepas penat.

Saya juga masih bisa karaokean.

Saya juga masih bisa makan di restoran bareng-bareng.

Saya juga bisa beli pakaian dan seragam baru.

Setiap pulang ke rumah Semarang, saya justru tidak pernah naik kereta ekonomi lo, minimal bisnis, seringnya malah eksekutif yang harganya 300 ribuan karena lebih cepat sampai lebih banyak waktu bertemu orang tua. Karena orang tua adalah segalanya. Saya yakin, kesuksesan saat ini tidak akan diperoleh tanpa doa orang tua. Bisa pulang ke rumah untuk sekedar nyapu ngepel dan bantuin orang tua nyuci baju di rumah nilainya lebih baik daripada apa pun yang saya dapatkan saat ini di Jakarta.

Saya malah kadang nyuci pakaian di londrian karena terlalu capek, padahal itu bayar.

Saya masih bisa beli speaker logitech yang high quality dan DVD writer merek Samsung yang harganya selangit. Padahal saya awalnya cuma melongo melihat harga kedua barang ini yang selangit dengan status gaji 850. Beberapa minggu kemudian kok malah bisa beli dua-duanya.

Saya bahkan bisa beli gitar baru yang mirip sama gitarnya Ariel Noah.

Dan lihatlah sekoper buku-buku yang masih sempet saya beli.

Dan masih banyak lagi.

Namun kebahagiaan yang paling besar adalah, saya memperoleh itu semua tanpa meminta uang dari orang tua. Sungguh ini merupakan pengalaman dan perjuangan yang tak terlupakan.

Saya tidak bermaksud untuk pamer. Saya hanya ingin menunjukkan bukti kebesaran Allah SWT bahwa apa saja yang dijanjikan oleh-Nya itu benar adanya, jika kita yakin dan manut. Jika Allah nyuruh kita sedekah, ya sedekah aja. Jika disuruh puasa ya puasa. Jika disuruh nggak pacaran ya jangan pacaran. Logikanya, Allah nyuruh gitu pasti Dia juga menjamin ada kesuksesan di balik itu. Kebanyakan kita itu ngeyelan, makanya hidupnya terkesan berat. Wong yang bikin hidup kita mudah itu Allah, kok malah ngeyel sama aturan Allah. Masalah ngeyel ini pernah saya bahas di postingan GregetnyaUmat Islam.

Bukti bahwa sedekah dapat melipatgandakan harta itu benar sekali. Bahkan saya sendiri saat menulis artikel ini lo masih bingung kok bisa sebegitu hebatnya yang saya peroleh ini.

Sampai saat ini, saya selalu menyisihkan 10 persen dari 850 ribu untuk disedekahkan. Entah bagaimana pun caranya pokoknya minimal 80 ribu harus habis disedekahkan dalam sebulan.

Pernah suatu ketika, sata benar-benar sedang ludes. Dompet saya isinya cuman 2 lembar: 10 ribu 1 lembar, dan 5 ribu 1 lembar. Saat itu hari Jumat, pasti ada kotak infaq yang dikelilingkan saat sholat Jumat. Berhubung sudah menjadi habit, rasanya tidak enak kalau tidak memasukkan uang ke dalamnya. Kalau saya masukin 10 ribu, berarti saya hanya punya 5 ribu. Naik busway 3.500, hanya sisa 1.500 di dalam dompet, apa nggak bahaya pergi cuman bawa uang segitu? Tapi kalau saya ngasih 5 ribu, berarti saya meremehkan sedekah, soalnya yang dipilih kok malah justru duit yang nilainya rendah. Daripada pusing, langsung saja saya masukan 10 ribunya.

Setelah sholat Jumat, saya dipanggil kepala seksi kantor, diminta untuk ke Kantor Pusat buat ngurus proyek pembuatan website kantor. Lalu dibikinin deh Surat Perjalanan Dinas (SPD). Akhirnya saya ke Kantor Pusat sekalian pulang naik taksi yang dibayarin. Habis dari kantor pusat, saya diajak mampir ke restoran, ditraktir! Sudah berapa duit itu? Lebih dari 10 ribu kan? Plus besoknya dapat uang perjalanan dinas 100 ribu. Subhanallah.

Keajaiban sedekah lainnya, saya mendadak dapat telpon dari rumah, rupanya cerpen saya yang saya ikutkan di kompetisi online masuk di juara favorit. Dapet sertifikat dan hadiah yang lumayan nilainya.

Tidak berhenti sampai di sini, sekarang pun saya sedang diminta membuat website untuk KPPN Jakarta 7. Mangapa saya yang diminta? Padahal yang lain juga bisa. Mungkin jawabannya ya karena sedekah dan amalan-amalan tadi. Padahal kata kepala kantornya, jangan kuatir nanti dibayar kok. Subhanallah, rezeki lagi, dari arah yang tidak disangka.

Dan sekarang pun saya mendadak dapet ide, mengapa saya tidak menulis buku tentang kisah saya selama 8 bulan ini saja. Karena memang masih sangat banyak hal yang tidak dapat terurai di sini. Bisa jadi rezeki lagi kan.

Maka apakah kita ini sudah pandai matematika?

Apakah nilai matematika kita di ujian nasional dulu nilainya 100?

Ternyata Allah jauh lebih pintar matematika!

Jangan percaya dengan mata kita, sebab mata hanya bisa melihat apa yang bisa dilihat. Jangan percaya logika kita. Tapi percayalah kepada logika Allah. Bagaimana caranya? Allah memberi sebuah tools mahadahsyat untuk memahami logika Allah. Alat itu adalah hati. Gunakan hati sebaik-baiknya, jangan dikotori, jangan dinodai, maka insya Allah dia akan lebih mudah untuk digunakan.

Semoga bermanfaat ;)

Sumber : www.dinarmagzz.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun