Mohon tunggu...
Dina Putri Yulianti
Dina Putri Yulianti Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ASN/ MAHASISWA S2

Dream Catcher

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Optimalisasi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK): Tinjauan Perencanaan dan Evaluasi dengan Model Precede/ Proceed

11 Juni 2024   20:00 Diperbarui: 11 Juni 2024   20:23 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan merupakan investasi yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, pemerintah telah mengembangkan program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses keluarga dan anggotanya terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif dan memahami program PIS-PK. Dalam penelitian ini, kita akan membahas tentang implementasi program PIS-PK di wilayah kerja Puskesmas Hajimena, Kabupaten Lampung Selatan, dengan fokus pada meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

Kesehatan masyarakat dipandang sebagai investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Puskesmas Hajimena, sebagai sarana untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya, berperan sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, program PIS-PK menggunakan pendekatan 6 komponen utama dalam penguatan sistem kesehatan, yaitu penguatan upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, sistem informasi kesehatan, akses terhadap ketersediaan obat esensial, pembiayaan, dan kepemimpinan atau pemerintah. Program ini juga menggunakan metode survei dan analisis prioritas masalah untuk menentukan masalah kesehatan yang perlu diatasi.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang implementasi program PIS-PK di wilayah kerja Puskesmas Hajimena dan bagaimana program ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Kita juga akan membahas tentang penggunaan teori perencanaan precede proced dalam program PIS-PK dan bagaimana program ini dapat meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat.

ANALISIS PERENCANAAN 

Menurut Green & Kreuter dalam McKenzie, James (2013) "PRECEDE adalah akronim untuk predisposisi, penguatan, dan pemungkin konstruksi dalam diagnosis dan evaluasi pendidikan/ekologis". "PROCEED adalah singkatan dari kebijakan, peraturan, dan konstruksi organisasi dalam pembangunan pendidikan dan lingkungan". Paruh pertama model, PRECEDE, "terdiri dari serangkaian penilaian terencana yang menghasilkan informasi yang akan digunakan untuk memandu keputusan selanjutnya". Paruh kedua model, PROCEED, "ditandai dengan penerapan strategis berbagai tindakan berdasarkan apa yang dipelajari dari penilaian pada tahap awal".

1. Analisis PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Constructs in Educational Diagnosis and Evaluation)

  1. Fase 1: Diagnosis Sosial dan Kualitas Hidup 

Azizah et al. (2021) menggambarkan kondisi sosial masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Hajimena, termasuk bagaimana persepsi masyarakat tentang kesehatan dan kualitas hidup mereka. Mereka mengidentifikasi isu-isu kesehatan utama yang menjadi perhatian, seperti gizi buruk dan akses ke layanan kesehatan melalui survei dan diskusi kelompok,

  1. Fase 2: Diagnosis Epidemiologis, Perilaku, dan Lingkungan

Penulis menggunakan data epidemiologi lokal untuk mengidentifikasi prevalensi masalah kesehatan, seperti stunting dan penyakit menular. Analisis perilaku mengungkapkan kebiasaan merokok, pola makan, dan perilaku kesehatan lainnya yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan, seperti sanitasi yang buruk dan akses terbatas ke air bersih, juga disoroti sebagai kontributor utama masalah kesehatan.

  1. Fase 3: Diagnosis Pendidikan dan Ekologis 

  • Predisposing Factors: Pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, sikap mereka terhadap perilaku sehat, dan kepercayaan budaya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi. Misalnya, kurangnya kesadaran tentang pentingnya gizi seimbang menjadi salah satu faktor predisposisi utama yang mempengaruhi stunting.

  • Reinforcing Factors : Faktor-faktor yang memperkuat perilaku sehat, seperti dukungan dari keluarga dan komunitas, dievaluasi. Azizah et al. (2021) menemukan bahwa dukungan sosial dari keluarga dan kader kesehatan sangat penting dalam mempromosikan perilaku sehat.

  • Enabling Factors : Ketersediaan sumber daya dan aksesibilitas layanan kesehatan dievaluasi sebagai faktor pendukung. Studi ini mengidentifikasi bahwa meskipun ada layanan kesehatan yang tersedia, hambatan finansial dan geografis masih menjadi tantangan besar bagi masyarakat untuk mengakses layanan tersebut.

d. Fase 4: Diagnosa Administrasi dan Kebijakan

Azizah et al. mengevaluasi kebijakan lokal dan nasional yang mempengaruhi program kesehatan, seperti program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Penulis juga mengidentifikasi kendala administratif dan operasional dalam implementasi program kesehatan di Puskesmas, seperti keterbatasan anggaran dan tenaga kesehatan.

2. Analisis PROCEED (Policy, Regulatory, and Organizational Constructs in Educational and Environmental Development)

e.  Fase 5: Implementasi

Program PIS-PK diimplementasikan dengan pendekatan keluarga sebagai unit intervensi utama, mengintegrasikan 12 indikator kesehatan. Tim kesehatan dari Puskesmas Hajimena bekerja sama dengan keluarga dan komunitas untuk mempromosikan praktik-praktik kesehatan yang lebih baik, seperti gizi yang seimbang dan pencegahan penyakit.

f.  Fase 6: Evaluasi Proses

Azizah et al. melakukan evaluasi proses untuk memastikan bahwa program PIS-PK dilaksanakan sesuai dengan rencana. Mereka menilai partisipasi keluarga dan efektivitas keterlibatan komunitas dalam program tersebut. Mereka juga menilai keberhasilan pelatihan tenaga kesehatan dan kader dalam menjalankan program di lapangan.

g.  Fase 7: Evaluasi Dampak

Evaluasi dampak dilakukan untuk melihat perubahan perilaku kesehatan keluarga, seperti peningkatan kesadaran tentang gizi dan penurunan kebiasaan merokok di rumah. Studi ini mencatat bahwa ada peningkatan dalam pengetahuan kesehatan dan partisipasi dalam kegiatan kesehatan setelah implementasi program PIS-PK.

h.  Fase 8: Evaluasi Hasil

Azizah et al. mengevaluasi hasil jangka panjang dari program, seperti perubahan dalam angka kejadian stunting dan penyakit menular.mMereka menemukan bahwa meskipun ada peningkatan dalam beberapa indikator kesehatan, tantangan seperti akses terbatas ke layanan kesehatan dan dukungan yang tidak konsisten masih perlu diatasi untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam jangka panjang.

ANALISIS EVALUASI 

Keunggulan Penerapan

  1. Struktur Sistematis : Model PRECEDE-PROCEED memberikan kerangka yang jelas dan sistematis untuk mengidentifikasi kebutuhan kesehatan, merancang intervensi yang tepat, dan mengevaluasi dampaknya. Dalam jurnal ini, struktur sistematis dari model digunakan untuk melakukan diagnosis menyeluruh terhadap masalah kesehatan masyarakat di wilayah Puskesmas Hajimena. Misalnya, fase PRECEDE membantu dalam memahami secara mendalam faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan, seperti perilaku merokok dan kebiasaan makan yang buruk.

  2. Pendekatan Holistik : Model ini mempertimbangkan berbagai aspek yang mempengaruhi kesehatan, termasuk faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap masyarakat), faktor penguatan (dukungan sosial), dan faktor pendukung (sumber daya dan akses ke layanan kesehatan). Azizah et al. (2021) menggunakan pendekatan holistik untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga, termasuk aspek sosial, perilaku, dan lingkungan. Hal ini memungkinkan program PIS-PK untuk merancang intervensi yang lebih komprehensif dan sesuai dengan kebutuhan spesifik masyarakat setempat.

  3. Fleksibilitas : Model PRECEDE-PROCEED dapat diterapkan dalam berbagai konteks program kesehatan, baik yang berfokus pada pencegahan penyakit maupun promosi kesehatan. Penerapan model dalam jurnal ini mencakup berbagai isu kesehatan dari penyakit menular hingga kesehatan keluarga, menunjukkan fleksibilitas model dalam menangani berbagai masalah kesehatan di komunitas yang berbeda.

Kekurangan dan Tantangan

  1. Kompleksitas : Tantangannya adalah mengelola kompleksitas model selama fase diagnosa dan implementasi. Misalnya, mengumpulkan data epidemiologis dan perilaku yang mendalam membutuhkan koordinasi yang baik antara berbagai pemangku kepentingan. Proses perencanaan dan evaluasi yang komprehensif sering kali memerlukan tenaga ahli dan pelatihan khusus, yang mungkin tidak selalu tersedia di tingkat puskesmas. Selain itu, mengintegrasikan intervensi berdasarkan 12 indikator kesehatan dalam PIS-PK bisa menjadi rumit dan membutuhkan koordinasi yang efisien di antara berbagai program dan layanan kesehatan.

  2. Data dan Informasi : Keterbatasan dalam ketersediaan data yang valid dan up-to-date merupakan tantangan besar. Misalnya, data epidemiologis dan perilaku yang diperlukan untuk fase diagnosis sering kali sulit diperoleh atau tidak tersedia dengan kualitas yang memadai. Di daerah dengan akses informasi yang terbatas, seperti di wilayah kerja Puskesmas Hajimena, pengumpulan data bisa menjadi tugas yang menantang dan mahal. Selain itu, mengumpulkan informasi dari keluarga mengenai kebiasaan kesehatan dan status sosial-ekonomi sering kali memerlukan pendekatan sensitif yang tidak selalu mudah dilakukan dalam waktu yang terbatas.

  3. Partisipasi Masyarakat : Melibatkan masyarakat secara efektif dalam proses diagnosis dan evaluasi bisa menjadi tantangan besar. Ketidakmauan atau kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk berpartisipasi dalam survei dan diskusi kelompok menjadi kendala utama. Mereka juga menghadapi kesulitan dalam memastikan partisipasi yang konsisten dan bermakna dari komunitas, yang diperlukan untuk mengumpulkan data yang akurat dan menjalankan program dengan sukses. Dalam jurnal disebutkan bahwa masyarakat cenderung enggan untuk terlibat dalam kegiatan yang membutuhkan komitmen waktu yang panjang atau yang mereka anggap kurang relevan dengan kebutuhan langsung mereka.

Diskusi

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) merupakan Program prioritas Departemen Kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas. Program Indonesia sehat ialah salah satu sasaran yang mau dicapai dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN) 2015- 2019. Program Indonesia Sehat termasuk salah satu program dari Agenda ke- 5 Nawa Cita, dalam rangka Meningkatkan Mutu Hidup Manusia Indonesia. Sasaran dari Program Indonesia Sehat merupakan meningkatnya derajat kesehatan serta status gizi lewat upaya kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Pendekatan keluarga merupakan salah satu metode Puskesmas guna meningkatkan jangkauan sasaran serta mendekatkan akses pelayanan kesehatan di daerah kerjanya dengan mengdatangi keluarga. Puskesmas tidak cuma menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan pula keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di daerah kerjanya. (Kemenkes, 2017)

 Model perencanaan Precede-Proceed dapat digunakan untuk menganalisis program PIS-PK. Model ini terdiri dari dua bagian: PRECEDE dan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk diagnosis dan evaluasi pendidikan/ekologis, sedangkan PROCEED digunakan untuk kebijakan, peraturan, dan konstruksi organisasi dalam pembangunan pendidikan dan lingkungan

Meskipun model PRECEDE-PROCEED menawarkan kerangka kerja yang komprehensif dan sistematis untuk merancang dan mengevaluasi program kesehatan, penerapannya di Puskesmas Hajimena menunjukkan bahwa ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Kompleksitas model, keterbatasan data, dan kesulitan dalam melibatkan masyarakat adalah beberapa kendala utama yang mempengaruhi efektivitas program PIS-PK. Mujiati et. al. (2020) juga menyoroti peran penting tokoh masyarakat dalam implementasi PIS-PK, terutama pada fase persiapan dan kunjungan keluarga/rumah. Tokoh masyarakat berperan sebagai sumber informasi, membantu pengorganisasian lapangan, menyiapkan dokumen keluarga, mendampingi kunjungan rumah, dan membantu menyelesaikan permasalahan yang timbul.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang lebih adaptif dan partisipatif yang mempertimbangkan konteks lokal dan kebutuhan spesifik masyarakat. Ini termasuk pengembangan strategi untuk mengumpulkan data yang lebih baik, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi dalam program kesehatan, dan mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk mendukung pelaksanaan program.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun